Pembaca yang pernah menjadi anak dan menjadi orang tua tahu bahwa karena kasih sayang maka orang tua sering memperingatkan anak-anak tentang suatu bahaya. Anak pintar biasanya memperhatikan, tetapi anak bodoh selalu mengabaikan peringatan.
Matius 24:23-26
Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. (Mat 24:23-26 ITB)
Tuhan Yesus sendiri yang memperingatkan bahwa akan datang orang yang berkata bahwa lihat Yesus atau Mesias, atau Yesus datang kepadanya di rumahnya, apakah boleh dipercaya? Tuhan berpesan, jangan percaya.
Peringatan ini jika diperhatikan dengan baik oleh semua murid Tuhan, sudah cukup untuk menolak semua kesaksian yang berkata bahwa dia melihat Yesus. Lihat, dia ada di padang gurun (out door), lihat, dia di dalam bilik (in door), jangan kamu percaya!
Namun sayang sekali, sama seperti banyak anak bodoh yang mengabaikan nasihat ayah mereka, begitulah banyak murid Tuhan yang mengabaikan nasihat guru mereka. Mereka mendengarkan kesaksian orang yang bertemu Yesus dengan mulut terngagah penuh antusias. Padahal secara akal sehat saja, bagaimana mereka tahu bahwa itu Yesus, bukan iblis yang menyamar sebagai Yesus.
Ayat-ayat tersebut di atas juga memperingatkan bahwa mesias palsu dan nabi palsu akan menyesatkan orang dengan mujizat-mujizat, dan tanda-tanda yang DAHSYAT. Seharusnya murid Tuhan yang berhikmat memperhatikan peringatan ini dengan cermat, bahkan bertanya, kalau begitu apakah Tuhan masih melakukan mujizat, dan kalau masih bagaimana cara membedakannya?
Kuasa Tuhan tentu tidak berubah, dulu sekarang dan selamanya. Namun tujuan pengadaan mujizat tentu bisa berubah. Ketika Tuhan hadir di muka bumi dan mengadakan mujizat, tujuannya apa? Tujuannya untuk menunjukkan bahwa Dialah Mesias yang diutus Bapa (Yoh,11:42). Ketika Tuhan memberikan kuasa melakukan mujizat kepada Rasul-rasul tujuannya untuk apa? Tujuannya untuk membuktikan bahwa mereka adalah Rasul (utusan) Yesus Kristus (2Kor.12:12). Lalu iblis mengadakan mujizat tujuannya untuk apa? Tujuannya untuk memukau orang menjadi pengikutnya.
Sejak Tuhan memperingatkan bahwa iblis akan memakai mujizat untuk menyesatkan orang pakai namaNya, kita yang berhikmat seharusnya tahu bahwa Tuhan tidak memberikan kuasa melakukan mujizat kepada murid-muridNya sekarang. Terlebih setelah semua murid dibekali tulisan yang Tuhan ilhami yaitu tentang kedatangan Mesias yang asli dan yang telah menyelesaikan penebusan dosa di atas kayu salib.
Tuhan tidak ada kepentingan memberikan kuasa melakukan mujizat kepada murid-murid selain Rasul-rasul. Tujuan Rasul-rasul diberi kuasa melakukan mujizat untuk membuktikan bahwa Tuhan menurunkan wahyu kepada mereka dan semua pengajaran serta tulisan mereka adalah dari Tuhan atau firman Tuhan.
Tetapi kita percaya bahwa Tuhan dapat bahkan tetap melakukan mujizat jika itu diperlukan oleh murid-murid-Nya. Namun tentu tidak secara menyolok agar jangan sampai orang datang mau jadi murid karena mujizat bukan karena kebenaran.
2 Tesalonika 2:9 -12
Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan. (2Th 2:9-12 ITB)
Perhatikan ayat-ayat terkutip di atas, si pendurhaka yang adalah pekerjaan iblis, akan datang dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat palsu. Apakah tujuan kedatangan si pendurhaka itu? Tujuannya untuk menyesatkan manusia. Lalu, perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat palsu untuk apa? Sudah jelas itu berguna untuk menarik perhatian orang-orang tak berhikmat yang sudah sangat tertarik pada hal-hal ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat.
Saya menyaksikan sebuah Video-Clip yang dipaste di medsos, segerombolan orang di sebuah kapal, kelihatannya di danau Galilea, yang melihat awan yang berbentuk salib, mereka berteriak histeris, bahwa itu Yesus. Ada video lain lagi, sekelompok orang yang melihat ke awan, ada gumpalan awan yang terlihat berbentuk wajah seseorang yang tidak jelas, massa berteriak histeris bahwa itu Yesus. Aneh, bukan?
Ternyata mereka bukan karena tidak baca Alkitab, tetapi mungkin seperti anak bodoh, yang tidak memperhatikan nasihat ayahnya, sekalipun sudah diberi tahu bahwa iblis akan menyesatkan dengan tanda-tanda yang ajaib namun tetap mempercayai hal-hal ajaib dan tanda-tanda. Padahal sudah ditulis dengan sangat jelas, berarti sudah diperingatkan dengan baik bahwa iblis akan datang dan akan memakai tanda-tanda dan mujizat-mujizat, untuk menyesatkan.
Mujizat-mujizat dikatakan palsu karena Tuhan memang tidak memberikan kekuasaan melainkan hanya kekuasaan Lucifer yang terbatas. Saat Kathryn Kuhlman tahun 1970-an, dikatakan melakukan banyak mujizat, seorang Gembala Gereja Baptis membuat iklan di koran bahwa siapa yang disembuhkan oleh Kathryn Kuhlman dipersilakan datang kepadanya, akan diberi hadiah 5000 dollar. Hasilnya tidak ada satu orang pun yang pernah muncul ke tempatnya.
Saya bertemu dengan seorang yang marah besar dan berkata bahwa pendeta bohong besar karena ketika Benny Hinn KKR dia datang dari Tangerang membawa ibunya yang lumpuh, ternyata tidak sembuh. Dia komplain karena di brosur dikatakan pasti sembuh.
Ketika orang fokus kepada mujizat, mereka tidak fokus pada kebenaran. Tuhan Yesus sendiri yang telah memberi makan ribuan orang pada saat Pilatus tanya pendapat mereka tentang Yesus yang sedang diadili, semuanya pada teriak salibkan Dia. Dimanakah mereka yang sudah makan, dan yang pernah menyaksikan banyak mujizatNya?
Mereka disesatkan dengan tipumuslihat mujizat karena tidak cinta kebenaran. Padahal sudah Tuhan peringatkan bahwa iblis akan melancarkan penyesatan melalui mujizat. Setelah tahu akan peringatan demikian, mengapakah manusia bukannya mengejar kebenaran, melainkan masih mengejar mujizat? Sungguh heran.
Matius 7:21-23
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:21-23 ITB)
Perikop ayat Alkitab terkutip di atas sudah sangat dikenal, dan sesungguhnya ini adalah sebuah peringatan yang sangat keras. Namun isi peringatannya tidak sampai pada tujuan pemberi peringatan, sebab iblis ikut menafsirkan Alkitab dan memplesetkannya.
Tuhan sudah terang-terangan menyebut tiga perbuatan mereka, yaitu yang BERNUBUAT, MELAKUKAN MUJIZAT dan YANG MENGUSIR SETAN. Namun kelompok yang sering mempromosikan mujizat dan nubuatan selalu menyelewengkan tafsiran dan berkata, “yang salah bukan nubuatan, mujizat dan usir setan, melainkan mereka pembuat kejahatan.” oleh argumentasi demikian, sebagian orang terkesima, dan lupa inti permasalahannya.
Seharusnya orang yang kritis berpikir, mengapakah Tuhan menyebut tiga aktivitas itu? Mengapakah Tuhan tidak berkata, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami berkhotbah demi nama-Mu, dan mengadakan seminar demi nama-Mu, dan mengadakan banyak usaha penginjilan demi nama-Mu juga? Karena berkhotbah, seminar dan penginjilan bukan tindakan pembuat kejahatan! Lho, kok bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat terkategorikan kejahatan?
Mengapakah Tuhan menyebut pelaku tiga aktivitas tersebut pembuat kejahatan? Masak tidak ada hubungannya antara tiga aktivitas tersebut dengan pembuat kejahatan kok Tuhan bisa menyambungnya ke situ? Di atas saya katakan bahwa ini sebuah peringatan yang sangat keras. Tetapi kalau tidak cari kebenaran melainkan senang pada kesesatan, mata orang pasti tertutup mau berapa keras pun peringatan itu disampaikan.
Mau tahu alasan tiga aktivitas itu disebut pembuat kejahatan?
Sejak Rasul Yohanes meninggal, maka tidak ada Rasul lagi, dia adalah Rasul terakhir. Dan dia adalah penerima wahyu terakhir di pulau Patmos, sekitar tahun 95 – 98 AD. Jadi, semua orang yang berkata bahwa dia terima wahyu dari Tuhan dan bernubuat, itu bukan dari Tuhan, itu adalah tipuan. Ada yang berkata bahwa dia menerima bisikan, dan kemudian bernubuat, keren sekali, dan pengikutnya memperlakukannya bagaikan nabi besar. Ini pembuat kejahatan! Tuhan tidak mungkin salah peringatkan orang.
Bukankah dalam surat Korintus dikatakan diberikan karunia bernubuat? (1 Kor 12). Betul, tetapi karunia bernubuat itu sebelum tahun 98 AD (kitab Wahyu ditulis), surat Korintus itu ditulis tahun 50-an AD, berarti sekitar 40/50 tahun sebelum pewahyuan ditutup.
Dimana ayatnya bahwa wahyu ditutup sampai kitab Wahyu? Jawabannya, Wah.22:18-19 jelas berkata tidak boleh tambah wahyu lagi. Oh, itu kan hanya kitab Wahyu yang tidak boleh ditambah! Waduh..masak kitab Wahyu tidak boleh ditambah, lalu kitab Korintus boleh ditambah? Atau malahan boleh menambah kitab lain misalnya kitab Mormon? Atau kitab Ellen White?
Waspadalah, jangan sampai dienyahkan oleh Tuhan.
Lalu, apa salahnya dengan pelaku mujizat? Mengapakah dikategorikan pembuat kejahatan?
Dalam 2 Korintus 12:12 sudah jelas dikatakan bahwa karunia melakukan mujizat itu adalah BUKTI kerasulan, berarti hanya Rasul saja yang punya. Kalau semua orang atau sembarangan orang punya, maka itu bukan bukti kerasulan lagi.
Berarti sejak Rasul terakhir pulang ke Sorga, maka bersamaan dengan dia, berakhir juga karunia melakukan muiizat. Tetapi tentu Tuhan masih melakukan mujizat, namun tidak menyolok, dan tentu Tuhan juga mendengarkan doa anak-anakNya. Mengapakah saat zaman Rasul-rasul dilakukan dengan menyolok? Karena waktu itu Tuhan sengaja ingin meninggikan para Rasul yang memulai era kekristenan dan penerima wahyu zaman Perjanjian Baru. Sekarang, di zaman akhir tidak ada orang yang perlu ditinggikan. Justru diperingatkan bahwa iblis mencari-cari orang gila hormat untuk ditinggi-tinggikan, dan dipakainya menyesatkan orang. Pelaku mujizat akhir zaman itu menipu orang, atau dipakai iblis untuk menipu orang. Itu tindakan pembuat kejahatan.
Nah, sekarang mengapakah tidak boleh mengusir setan? Ada orang berkata, “pak Suhento ini ada-ada saja, kok ngak boleh usir setan.” Dia lupa bahwa yang berkata itu Tuhan, bukan saya. Tentu boleh usir setan, tetapi caranya yang berubah.
Pada zaman Tuhan Yesus hadir, dia menunjukkan kuasanya atas setan, mereka datang menyembahNya. Murid-murid di akhir zaman tidak disuruh pergi bikin upacara usir setan.
Hal yang sangat menyedihkan ialah bahwa sangat sedikit pengkhotbah yang sanggup membedakan antara sakit jiwa (psikotik) dengan kerasukan setan. Mereka yang Tatung saat Cap Go Me di Singkawang, pementasan kuda lumping, bagau putih, dan banyak pertunjukan adat, adalah yang benar-benar di-backup iblis atau kerasukan. Sedangkan orang yang over-stressed, karena tekanan ekonomi, patah hati, itu sama sekali tidak ada setannya.
Di zaman iblis sudah dikalahkan Kristus, orang-orang yang kerasukan setan sesungguhnya adalah yang mereka sendiri inginkan. Iblis tidak bisa seenaknya misalnya merasuki Presiden Trump atau Presiden Putin. Orang yang psikotik itu memerlukan psikiater, bukan didoakan semalam suntuk dengan upacara usir setan yang sebenarnya tidak ada di dalamnya.
Orang yang kerasukan setan tidak hilang ingatan atau kesadaran diri, sedangkan yang psikotik itu hilang kesadaran diri. Orang yang kerasukan setan, Tatung Cap Go Me Singkawang, bisa ikut pawai, baris berbaris. Dan biasanya mereka tidak terasuki sepanjang waktu, melainkan ada jedahnya, acara selesai pulang mandi.
Tuhan mau di akhir zaman anak-anakNya tidak melakukan show of force (unjuk kekuatan) mengusir iblis, melainkan mengusir dengan memakai kebenaran.
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:31-32 ITB)
Orang yang kerasukan, saat dia siuman pulang mandi dan makan, saat inilah dia diinjili, dimenangkan dengan kebenaran. Kalau tidak pernah siuman, kemungkinan itu psikotik, bukan kerasukan. Dimerdekakan dengan kebenaran barulah kemerdekaannya permanen, kalau cuma diusir-usir, iblisnya pergi sebentar dan kembali bawa teman.
Orang yang mengangkat dirinya sebagai yang punya kuasa mengusir setan itu lancang. Betul, orang Kristen itu anak Allah yang maha kuasa. Tetapi Allah ingin anak-anaknya mengusir setan dengan memakai kebenaran Injil bukan dengan tengking menengking. Bandingannya, Anda anak raja, pangeran, betul, tetapi tidak berarti bapakmu senang kamu keluarkan pistol dan tembak penjahat yang olok-olok kamu. Dia mau kamu pakai ajudanmu, dan ajudanmu panggil polisi, dan akan diurus sesuai hukum yang berlaku, kalau kamu sembarangan cabut pistol dan tembak, kamu pembuat kejahatan.
Boleh usir setan, boleh. Tetapi sudah tidak dengan cara unjuk kekuatan, melainkan dengan kekuatan pengajaran kebenaran. Dan jika kebenaran yang memerdekakan, orang itu benar-benar merdeka.
Tuhan selalu berkata, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar” Mat 11:15. Karena bersifat artikel bukan audio, maka jika Tuhan yang mengajar melalui artikel, saya yakin Ia akan berkata siapa yang diberi otak hendaknya ia berpikir***