Mengapakah para Anabaptis mati, ada yang dipenggal, dicambuk, bahkan dibakar hidup-hidup, demi mempertahankan kebenaran bahwa pembaptisan (pemercikan) bayi bukan dari Tuhan melainkan doktrin sisipan dari iblis? Jawabannya; karena tujuan dari pembaptisan bayi sesungguhnya dimasukkan iblis untuk menghancurkan kekristenan, bukan jumlah umatnya melainkan kebenaran doktrinalnya. Dan itulah sebabnya iblis sangat membela tindakan tersebut dan dengan gigih mempertahankan pembaptisan bayi di gereja-gereja.
Ajaran Yohanes Pembaptis
Sudah pasti Yohanes Pembaptis membaptis orang dewasa, bahkan bukan hanya yang dewasa melainkan juga harus yang sungguh bertobat. Hanya orang yang terang-terangan dan sengaja menentang Alkitab yang bisa menafsirkan adanya pembaptisan bayi oleh Yohanes.
Pembaptis bayi biasanya menunjuk kepada pembaptisan Lidia untuk mendukung keputusan mereka, dengan ASUMSI bahwa di rumah Lidia ada bayi. Dan juga menunjuk kasus kepala penjara Filipi juga dengan ASUMSI ada bayi, demikian juga di rumah Kornelius, juga DIASUMSIKAN ada bayi. Ini namanya theologi ASUMSI, atau DOKTRIN ASUMSI.
Pada abad 19 pernah ada perdebatan antara Gembala sebuah gereja Methodis yang bernama William L. Caskey dengan seorang Gembala gereja Baptis yang bernama James Smith Coleman. Acaranya dihadiri banyak orang di kota Calhoun, Kentucky. Setelah melalui perdebatan yang panjang, Caskey maju mempresentasikan ASUMSI bahwa di rumah Lidia ada bayi karena dikatakan seisi rumahnya. Ketika giliran Coleman maju, ia berkata, bahwa Lidia adalah seorang janda dan hanya punya seorang putri dan sudah menikah dengan seorang tukang sepatu berambut merah, dan sudah pindah ke Damsyik, dan di Filipi Lidia tinggal dengan para pekerja penjual kainnya. Pemimpin Methodist tersebut terheran-heran dan bertanya, dari mana Anda dapat informasi itu? Gembala Baptis menjawab, sebagaimana Anda mengasumsikan bahwa ada bayi di rumah Lidia, mengapa saya tidak boleh BERASUMSI juga? Hadirin di dalam gedung tertawa sampai tidak bisa berhenti, dan acara terpaksa tidak bisa dilanjutkan. Hasilnya, banyak orang dari gereja Pembaptis Bayi (Methodis) yang bergabung memberi diri dibaptis di gereja Baptis.
Ketika Sida-sida bertanya kepada Filipus syarat dia dibaptis, Filipus menjawab, “jika tuan percaya dengan segenap hati.” (Kis. 8:37). Jadi, bukan hanya harus sudah dewasa bahkan harus sudah percaya dengan segenap hati. Siapapun yang mau dibaptis menjadi murid Yesus Kristus, harus sudah dewasa dan harus sudah percaya dengan segenap hati. Jika dua hal ini dipertahankan maka iblis kehabisan cara, atau setidaknya mengalami kesulitan untuk menyelundupkan orang Kristen tanpa lahir baru ke dalam gereja.
Awal Mula Pembaptisan Bayi
Kelihatannya setelah murid-murid para Rasul seperti Timotius, Titus dan lain-lain tidak ada lagi, mulai terjadi penyimpangan makna baptisan. Pembaptisan dinilai berkhasiat menyelamatkan, menyembuhkan, melindungi dan berbagai khasiat mistis lain. Penyimpangan tujuan baptisan menyebabkan motivasi orang dibaptis jadi salah. Karena motivasi salah, maka syarat usia seseorang untuk dibaptis semakin rendah. Orang tua yang salah mengerti tentang tujuan baptisan menghendaki anaknya dibaptis seawal mungkin.
Pembaptisan bayi menjadi marak saat Konstantin jadi kaisar. Kelihatannya iblis yang gagal menghambat gereja dengan penganiayaan, ubah strategi. Awalnya menganiaya gereja dengan maksud melenyapkannya, tetapi gagal. Siapapun yang cerdas pasti akan mengubah strategi menjadi menyesatkannya dari dalam. Cara penyesatannya ialah
[1] Menggunakan pembaptisan (pemercikan) bayi, dan
[2] Penggabungan gereja dengan negara. Dua ragi ini cukup untuk mengkhamirkan seluruh adonan.
Efek Baptisan Bayi
[1] Pembaptisan (pemercikan) bayi menyebabkan seseorang berstatus sebagai anggota jemaat, tubuh Kristus, tanpa bertobat dan iman. Dan pasti ini bukan tubuh Kristus yang benar karena tidak sesuai perintah Kristus.
[2] Pembaptisan (pemercikan) bayi menyebabkan seseorang berstatus orang Kristen tanpa bertobat dan percaya kepada Kristus. Dan pasti hanya Kristen nama yang tinggal ada kesaksian dalam kehidupan maupun doktrinal.
[3] Pembaptisan (pemercikan) menyebabkan gereja dipenuhi Kristen tanpa lahir baru, atau hanya Kristen KTP.
[4] Pembaptisan (pemercikan) bayi menyebabkan gereja dipenuhi orang Kristen tanpa lahir baru, dan kemudian menjadi pengurus gereja bahkan pemimpin gereja.
[5] Ketika gereja dipimpin oleh orang-orang yg tidak lahir baru, maka sesungguhnya keberadaan jemaat itu bukan lagi tiang penopang kebenaran melainkan agen penyesatan yang berkesinambungan.
[6] Gereja Pembaptis (pemercik) bayi demi membela prinsip mereka, telah membunuh banyak pengritik mereka. Semua yang punya akal sehat pasti bertanya, mangapakah demi membela sebuah ajaran yaitu membaptis (pemercikan) bayi mereka perlu bunuh orang?
[7] Biasanya kelompok Pembaptis (pemercik) bayi berkata, mengapakah masalah baptisan perlu terus dipermasalahkan? Kita balik bertanya, mengapakah masalah baptisan perlu sampai bunuh orang? Kalau kalah dalam berargumentasi, ya ikut saja yang lebih benar.
[8] Kelihatannya meminta Pembaptis (pemercik) bayi meninggalkan praktik mereka, itu sama seperti meminta orang berdosa bertobat. Sikap mereka yang sangat keras kepala mempertahankan pembaptisan (pemercikan) bayi adalah karena dari kecil mereka adalah korban pembaptisan (pemercikan) bayi yang belum bertobat dan belum lahir baru. Itulah sebabnya mereka tidak cinta kebenaran, tidak ada keinginan meninggalkan segala hal yang salah dan mengejar yang benar.
[9] Sesungguhnya Pembaptis (pemercik) bayi bukan sulit meninggalkan praktik pembaptisan bayi, lebih tepat ialah mereka sulit bertobat. Seandainya mereka bertobat, dan membiarkan Kristus memenuhi hati mereka, maka mereka akan menjadi ciptaan baru, dan otomatis mereka akan sadar bahwa pembaptisan (pemercikan) bayi adalah hal yang sangat salah.
[10] Iblis bekerja keras setiap kali Pembaptis (pemercik) bayi hampir-hampir ditobatkan. Iblis melihat Pembaptis (pemercik) bayi diganggu itu seperti seorang pedagang melihat pelanggannya diganggu kesetiaannya. Karena jika seorang Pembaptis (pemercik) bayi ditobatkan, maka efeknya akan besar kepada dirinya, keluarganya, dan gerejanya.
Masihkah Anda anggap remeh kesalahan praktik pembaptisan (pemercikan) bayi? Mengertikah pembaca penyebab kaum Anabaptis mengangkat topik ini hingga ribuan tahun? Dan jumlah martir Anabaptis yang dibunuh demi topik ini tidak sanggup dihitung. Setan berusaha keras mempertahankan doktrin yang disusupkannya ke dalam kekristenan dengan segala cara.
Pihak manakah yang paling berkepentingan mempertahankan baptisan (pemercikan) bayi? Pasti bukan pemimpin gereja, dan juga bukan orang tua bayi, karena sama sekali tidak merepotkan pemimpin gereja orang tua untuk menunggu sampai seorang anak akil balik dan membuat pengakuan iman dulu untuk dibaptis. Sesungguhnya yang PALING BERKEPENTINGAN mempertahankan baptisan (pemercikan) bayi ialah pihak yang ingin menyusupkan orang Kristen tanpa lahir baru ke dalam gereja. Anda pasti bisa menebak siapa dia.
Ketika Tuhan menyampaikan sesuatu yang sangat penting, Ia selalu berkata, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar” Mat 11:15. Karena bersifat artikel bukan audio, maka jika Tuhan yang mengajar melalui artikel, saya yakin Ia akan berkata siapa yang berakal budi hendaknya ia berpikir.
Menulis dengan kasih Kristus, agar yang tersesatkan bisa kembali ke jalan yang benar. *
Jakarta, 7 Februari 2018
Dr. Suhento Liauw
www.graphe-ministry.org
Maranatha!
Tulisan dan argumen ini satu2, poinnya, penuh logical fallacy. Ad Hominem, Red Herring, Post Hoc, tapi mari ambil contoh satu saja terdepan.
Pembaptisan (pemercikan) bayi menyebabkan seseorang berstatus sebagai anggota jemaat, tubuh Kristus, tanpa bertobat dan iman
Generalisasi: Kalimat tersebut mengasumsikan bahwa semua pembaptisan bayi otomatis menjadikan seseorang anggota jemaat tanpa adanya pertobatan dan iman. Ini bisa dianggap sebagai generalisasi karena tidak mempertimbangkan perbedaan praktik dan pandangan teologis di berbagai denominasi Kristen. Beberapa denominasi memandang pembaptisan bayi sebagai awal dari perjalanan iman yang kemudian diikuti oleh pengajaran dan komitmen pribadi saat dewasa. Di mana, di bagian ini pun, anggota Jemaat, diteguhkan di dalam baptis dewasa dan sidi, bukan dari pembaptisan bayi.
Kesalahan Kausalitas (Post Hoc): Ada implikasi bahwa pembaptisan bayi secara otomatis menyebabkan seseorang menjadi anggota tubuh Kristus tanpa pertobatan dan iman. Ini bisa dianggap sebagai kesalahan kausalitas jika tidak ada hubungan langsung yang ditetapkan antara tindakan pembaptisan dan status keanggotaan tersebut tanpa mempertimbangkan elemen lain seperti pendidikan iman.
Ambiguitas: Kalimat tersebut tidak menjelaskan secara spesifik apa yang dimaksud dengan “tanpa bertobat dan iman.” Dalam sudut pandang berbeda, iman dan pertobatan adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup, dan pembaptisan bayi hanya salah satu langkah dalam proses tersebut.
False Dilemma: Kalimat tersebut mungkin juga menyiratkan bahwa hanya ada dua kemungkinan: pembaptisan bayi tanpa pertobatan dan iman, atau tidak dibaptis sama sekali. Ini bisa menjadi bentuk false dilemma jika tidak mempertimbangkan adanya variasi lain dalam praktik dan kepercayaan.