EXEGESIS surat ROMA pasal 9: PEMILIHAN ATAS DASAR KEMAHATAHUAN ALLAH.

PEMILIHAN ATAS DASAR KEMAHATAHUAN ALLAH.

Karena panjang maka kami mempersilahkan pihak yang berminat untuk membaca dulu dengan teliti Roma Pasal 9.

[1]. Roma 9, ini adalah argumentasi Rasul Paulus tentang mengapa bangsa Yahudi bisa menjadi bangsa pilihan, dan terus kemudian sampai di pasal 11, mengapa pemilihan beralih ke jemaat lokal, dan bangsa Yahudi seperti ranting zaitun asli yang dipotong sedangkan jemaat lokal dari berbagai bangsa yang non-Yahudi seperti ranting zaitun liar dicangkokkan.

[2]. Di ayat 4 Paulus katakan bahwa bangsa Yahudi, “Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji.” Semua itu bukan karena adanya kehebatan apapun, melainkan karena pemilihan oleh Allah.

[3]. Tujuan pemilihan dinyatakan di ayat ke 5 yaitu untuk MENURUNKAN MESIAS, “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin! Jadi, poin ini harus diingat bahwa pemilihan Abraham, Ishak dan Yakub itu untuk menurunkan Mesias, bukan untuk memilih agar mereka dan semua keturunan mereka masuk Sorga.

[4]. Di ayat 8, dijelaskan bahwa sesungguhnya hal yang lebih diutamakan ialah keturunan Rohani, bukan keturunan jasmani. Karena Ishak yang dihitung bukan keturunan Abraham dari Hagar dan Ketura (ayat 9). Dan kemudian hari juga terjadi pencampuran, ada wanita Kanaan Jerikho (Rahab) dan ada wanita Moab (Ruth) sebagai nenek moyang Mesias. Namun demikian, tetap bangsa Yahudi adalah istimewa di mata Allah karena mereka bangsa pilihan. Mengapa mereka istimewa? Karena mereka akan menjaga JANJI ALLAH mengirim Juruselamat Dunia.

[5]. Selanjutnya ayat 10 sampai 13, sangat dramatis menceritakan tentang pemilihan Yakub yang telah terjadi sebelum mereka lahir. Dikatakan bahwa pemilihan Yakub bukan Esau, bukan atas dasar perbuatannya, melainkan atas dasar kemahatahuan Allah. Bahkan telah dikatakan kepada Ribka: “Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,” Allah tahu bahwa Esau tidak AKAN menghargai perkara rohani melainkan menjualnya dengan murah, tetapi kemudian menginginkannya dengan tangisan, tetapi atas kesalahannya tidak diberikan kesempatan kedua.

16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. 17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. (Ibr.12:16-17) .

Menarik sekali, Calvinis seringkali berargumentasi bahwa pemilihan Yakub dan penolakan Esau itu TANPA SEBAB, namun penulis Ibrani menyatakan Esau ditolak karena KESALAHANNYA. Maksud di Roma 9 itu ialah sebelum BERBUAT SESUATU Esau sudah ditolak dan Yakub dipilih, itu karena Allah tahu Esau akan menjual warisan rohaninya, sedangkan Yakub sangat merindukan warisan yang lebih. Dan inilah faktor yang menyebabkan Yakub dipilih dan Esau ditolak, dan di Ibrani 12 dikatakan Esau tidak dipilih itu adalah kesalahannya.

[6]. Calvinis selalu menjadikan ayat 13 untuk memfitnah Allah sebagai Allah yang membenci dan mengasihi seseorang tanpa sebab. “Seperti ada tertulis: “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Mereka lupa bahwa penulis surat Roma juga penulis surat Ibrani, yang mengatakan,” Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.” Terlalu jahat, dan terlalu salah untuk memfitnah Allah membenci Esau tanpa sebab, karena Allah telah tahu bahwa Esau tidak menghargai berkatNya, dan Allah mengasihi Yakub karena Allah tahu hati Yakub sangat merindukan berkatNya.

[7]. Ayat 14, Paulus bertanya, apakah Allah tidak adil? Mustahil! Karena Dia Allah yang maha tahu, mustahil bisa tidak adil. Motivasi hati manusia jauh sebelum lahir sudah diketahuinya, bahkan apa yang akan terjadi di kekekalan kelak juga diketahuinya. Jika Allah MENETAPKAN sesuatu atau mengangkat seorang menjadi raja, dan meruntuhkan kerajaan, itu semuanya adalah dilakukan atas kemahatahuanNya. Tidak ada orang yang perlu menjadi penasihat, apalagi pengkritikNya.

[8]. Ayat 15 sampai 17, Paulus memberi contoh keputusan kedaulatan Allah atas Firaun. Jangankan jabatan Raja, bahkan nyawa semua raja dan manusia ada di tangan Allah. Bukankah Allah pernah melenyapkan seisi bumi dan sisakan 8 orang, bukankah Sodom dan Gomora tinggal nama saja? Namun, ayat-ayat ini sama sekali tidak menyatakan bahwa manusia tidak diberikan FREEWILL (kehendak bebas) seperti yang sering ditafsirkan Calvinis. Allah mau berbelas kasih kepada siapa saja, dan mau membinasakan siapa saja, itu kehendak bebas Allah dan tentu dibatasi oleh SIFAT-SIFAT ALLAH yang mahakasih, mahabenar, mahakudus, mahabaik, mahaadil dan seterusnya. Dan siapapun yang mencoba berargumentasi dengan Allah untuk mempertanyakan keputusanNya akan malu seperti Ayub.

[9]. Jadi, di ayat 18 – 19 Paulus bertanya, siapakah yang mau menentang Allah? Siapakah kamu manusia yang dibentuk dari tanah, mau mencoba menentang Allah? Tidak boleh, kita harus sangat bersyukur telah dijadikan manusia dan diberi kesadaran diri, kehendak bebas, kita patut bersyukur. Tidak patut bagi manusia untuk berbantahan dengan Allah, seperti tanah liat yang dijadikan kloset tak bisa bantah (ayat 21) mengapa tidak dijadikan piring untuk raja. Kita harus bersyukur telah dijadikan manusia yang bisa menyembah dan mengasihi satu dengan yang lain dan mengasihi pencipta Kita.

[10]. Ayat 22 sampai 25 adalah argumentasi Paulus bahwa Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (TPDK) akan Tuhan alihkan ke bangsa-bangsa lain non-Yahudi, dan itu adalah murni kedaulatan Allah. Namun, apakah tanpa sebab? Lagi-lagi kaum Calvinis selalu mau memojokkan Allah sebagai pengambil keputusan absolut gila-gilaan raja-raja abad pertengahan zaman John Calvin yang membunuh orang sekehendak mereka. Allah tidak berbuat tanpa alasan walau Dia Allah yang maha berdaulat. Ayat 26, ada bangsa-bangsa lain yang bukan anak, namun akan diakui anak. Ayat 27 walau Israel secara lahiriah banyak namun yang terselamatkan sedikit, sisa saja. Di ayat 29, dikatakan jika tidak demi kasih karunia, mereka semua bisa dibinasakan seperti Sodom dan Gomora.

[11]. Yang menarik adalah ayat 30, karena di sinilah letak rahasia pemilihan dan penolakan terjadi, yaitu atas dasar PERCAYA (IMAN) dan TIDAK PERCAYA. Perhatikan, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman.” Jadi, bangsa Yahudi ditolak karena tidak beriman, dan bangsa lain diterima karena iman. Bisa disimpulkan jauh ke atas, Abraham, Ishak dan Yakub diterima atau dipilih sebagai nenek moyang yang menghadirkan Mesias KARENA IMAN, sedangkan Esau ditolak karena tidak beriman.

[12]. Ayat 31 sampai 33 ditambahkan lagi oleh Paulus bahwa bangsa Yahudi mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran dan tidak sampai pada kebenaran itu. “Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan,”

Kesimpulan:

Sesungguhnya inti kebenaran yang disampaikan oleh Rasul Paulus di surat Roma Pasal 9 adalah KEDAULATAN Allah yang telah memilih bangsa Yahudi (Israel). Dan diuraikan bahwa pemilihan itu mulai dari Abraham, Ishak, dan puncaknya pada pemilihan Yakub bukan Esau. Dan ini sesungguhnya adalah pemilihan kebangsaan yang tujuannya adalah untuk menghadirkan Mesias sebagai manusia.

Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin! (Rom 9:5).

Dan argumentasi yang dituju Rasul Paulus dari pasal 9, dan seterusnya sampai pasal 11, ialah bahwa Allah BERDAULAT melakukan apapun, mengganti Raja, bahkan menciptakan manusia baru jika perlu, dan semua ciptaan tak punya hak untuk membantah, seperti tanah liat tak mungkin membantah tukang priok. Begitulah sesungguhnya Allah akan memotong bangsa Yahudi YANG TIDAK BERIMAN, dan menggeser Tiang Penopang Dan Dasar Kebenaran kepada bangsa lain “Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan yang bukan kekasih: kekasih.” Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” di sana akan dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Allah yang hidup.”

Oleh Calvinis pasal ini telah disalahtafsirkan menjadi Allah yang secara gila dan tanpa hikmat, tanpa alasan membenci siapa yang tidak disukaiNya dan mengasihi siapa yang disukaiNya, lebih gila dari raja-raja abad pertengahan zaman John Calvin hidup. Padahal, Allah adalah Pencipta paling berhikmat, bijak, adil, penuh kasih, dan kemurahanNya selama-lamanya. Esau tidak terpilih adalah karena dia tak beriman, begitu juga Israel ditolak karena mengejar hukum bukan dengan iman melainkan perbuatan. Lagi pula di pasal ini sama sekali bukan berbicara tentang pemilihan untuk masuk Sorga melainkan pemilihan untuk tujuan jabatan dan fungsional. Kiranya uraian singkat ini bisa menolong bagi pencari kebenaran.*

Jakarta, 31 Januari 2025
DR. SUHENTO LIAUW, D.R.E., TH.D.
<www.graphe-ministry.org>
<drsuhentoliauwblog.graphe-ministry.org>
Youtube: GBIA GRAPHE & GBIA INDONESIA.
Maranatha!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *