Belakangan, karena ada kasus perceraian dan pernikahan orang yang cukup terkenal, banyak orang Kristen bertanya kepada saya tentang masalah pernikahan dan perceraian menurut Alkitab.
[1]. Syarat pernikahan yang sah di mata Tuhan itu apa saja? Sesungguhnya syarat sebuah pernikahan sah di mata Tuhan hanya dua: (1) Diumumkan kepada publik. (2) Bersetubuh, hidup menyatu.
Dengan dua syarat ini pernikahan seorang laki-laki dengan seorang perempuan sah di hadapan Tuhan. Ketika dua orang setuju untuk menjadi suami-istri, mereka harus mengumumkan momen penyatuan mereka kepada publik bahwa sejak hari ini, tanggal sekian, bulan sekian, tahun sekitan, mereka berdua adalah suami-istri. Siapapun yang masih menginginkan salah satu mereka harus back off, menghentikan niatnya, dan menghormati penyatuan ini.
Pengumuman kepada publik itu bisa berupa pesta, arak-arakan keliling desa, pengumuman di koran, atau pengiriman surat pemberitahuan ke famili, teman, kenalan dan lain sebagainya. Intinya, bahwa mereka telah berstatus suami-istri, telah diketahui oleh keluarga, sanak famili, teman-teman dan kenalan.
Mengenai surat nikah dan lain sebagainya hanyalah administrasi tambahan untuk kebutuhan pencatatan pemerintah. Pernikahan adalah salah satu Hak Asasi Manusia, sehingga tidak ada keperluan ijin pemerintah, melainkan pemerintah hanya melakukan pencatatan saja, oleh sebab itu disebut CATATAN SIPIL.
Adam menikah dengan Hawa, wanita satu-satunya yang ada, memang dinikahan Tuhan secara langsung sesaat selesai diciptakannya Hawa. Tetapi Abraham menikahi Sarah pada saat mereka masih penyembah berhala. Pernikahan Ishak tidak dilakukan di gereja, dan tidak tercatat ada institusi apapun yang meneguhkannya. Pernikahan Yakub dengan dua orang putri Laban pasti dilakukan sesuai kebiasaan orang Mesopotamia.
Gen 29:21 Sesudah itu berkatalah Yakub kepada Laban: “Berikanlah kepadaku bakal isteriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku akan kawin dengan dia.” 22 Lalu Laban mengundang semua orang di tempat itu, dan mengadakan perjamuan.
[2]. Makna Sebuah Peneguhan Nikah di Hadapan Jemaat. Istilah PEMBERKATAN nikah adalah istilah yang salah dari gereja yang masih memiliki jabatan Imam. Jabatan Imam adalah jabatan perantara antara Allah dan manusia. Jemaat PB alkitabiah tidak memiliki jabatan imam lagi karena setiap orang yang lahir baru adalah anak Allah sehingga tidak membutuhkan PERANTARA dengan Bapa Sorgawi. Peneguhan nikah ialah peristiwa dua orang yang saling mencintai yang ingin hidup sebagai suami-istri datang ke hadapan jemaat untuk memohon dukungan, dan menjadi saksi atas peristiwa penyatuan mereka serta janji setia mereka. Berkat Tuhan untuk mereka berdua telah termasuk dalam paket keselamatan jiwa mereka sebagai anak-anak Tuhan dan dalam hidup mereka yang mengasihi Tuhan.
Berkat Tuhan selalu ada untuk anak-anakNya, kecuali mereka tidak menaatiNya atau membangkangi Bapa mereka. Apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia (Mat. 19:5-6).
[3]. Memberkat Ulang Kakek Nenek adalah kesalahan fatal. Ada gereja yang mengajarkan bahwa pernikahan yang dilakukan di luar kekristenan atau tanpa PEMBERKATAN di gereja itu tidak sah, sehingga sekalipun sudah kakek nenek mereka lakukan pemberkatan ulang. Tentu ini kesalahan fatal karena jika pernikahan mereka tidak sah, si kakek boleh cari yang lebih muda untuk pemberkatan ulang di gereja. Padahal, semua pernikahan di muka bumi antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang telah diumumkan kepada publik dan telah hidup bersama sampai sudah punya anak dan cucu itu adalah pernikahan yang sudah sah di hadapan Tuhan. Pernikahan demikian tidak boleh lagi diceraikan oleh manusia.
Pernikahan pengulangan di Kana adalah kesalahan theologis yang fatal. Membawa suami-istri untuk pemberkatan ulang di kota Kana adalah perbuatan tanpa pengertian, atau sekedar menyenangkan bahkan membohongi peserta Tour demi keuntungan materi.
[4]. Perceraian Yang Tidak Salah Jika Menikah Lagi. Tuhan menyatakan bahwa pernikahan yang telah diakui Tuhan tidak boleh diceraikan manusia. Namun bisa terjadi hal-hal yang tidak ideal dalam pernikahan. Dalam Alkitab tercatat tiga alasan seseorang menikah lagi yang tidak salah di mata Tuhan.
(a). Terpisah oleh kematian. Ketika salah satu dari pasangan meninggal maka pasangan yang tertinggal boleh menikah lagi. Tetapi ketika salah satu pasangan sakit bahkan cacat bukan alasan bagi pasangan yang sehat untuk menikah melainkan adalah kesempatan baginya untuk membuktikan komitmen janji nikah mereka.
(b). Diceraikan oleh salah satu pihak. Prinsip pernikahan adalah kesenangan, kebahagiaan, dan kesukaan dua belah pihak. Ketika salah satu pihak menjadi tidak senang dan menceraikan, dan bukan atas kesalahan pihak yang diceraikan, maka pihak yang diceraikan menjadi bebas di mata Tuhan.
10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku–tidak, bukan aku, tetapi Tuhan–perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. 11 Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. 12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. 13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. 14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. 15 Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.
Kalimat “aku–tidak, bukan aku, tetapi Tuhan–perintahkan,” maksud Paulus ialah ketika Tuhan hadir di dunia Tuhan ada memerintahkannya. Dan kalimat “Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan:” ini maksud Paulus SAAT Tuhan hadir di dunia Dia tidak katakan, tetapi SEKARANG dia yang perintahkan. Ada pengkhotbah bodoh tanpa pengertian yang mengajarkan bahwa ini adalah perintah Paulus pribadi yang tidak perlu ditaati. Padahal jelas bahwa seluruh tulisan Rasul Paulus diinspirasikan oleh Tuhan. Memang saat Tuhan hadir Dia tidak perintahkan, tetapi sekarang Tuhan perintahkan MELALUI RasulNya.
Isi perintah Tuhan yang disampaikan melalui Paulus ialah jika pasangan suami istri ada yang tidak lagi bersedia hidup dengan pasangannya, dan menceraikannya maka ia tidak boleh menikah lagi. Tetapi jika dia masih mau hidup dengan pasangannya, tetapi pasangannya tidak mau hidup dengannya melainkan MENCERAIKANNYA, maka dia bebas.
“Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat.”
Kata “tidak terikat” dalam bahasa aslinya οὐ δεδούλωται (ou dedoulutai) mengandung arti tidak diperbudak, dalam pengertian sebagai orang bebas, ya boleh menikah lagi. Tetapi tentu bukan pembuat masalah (trouble maker) supaya bisa diceraikan dan kemudian bisa menikah lagi. Contoh yang Rasul Paulus sebutkan ialah sepasang suami istri yang tadinya sama-sama orang yang belum diselamatkan, kemudian salah satunya diselamatkan, dan pasangannya tidak mau hidup bersamanya lagi.
Ungkapan “suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya.” Sebenarnya maksud KUDUS di situ jika dilihat dengan kondisi zaman sekarang maksudnya ialah LEGAL, bukan Kudus dalam arti tidak berdosa. Maksud firman Tuhan, seorang wanita maupun pria jika memiliki anak sendirian maka anaknya akan dilihat sebagai anak hasil hubungan gelap, anak cemar.
(c). Salah satu dari pasangan berbuat zinah. Tuhan tegaskan dua kali bahwa perceraian tidak boleh kecuali karena zinah (Mat. 5:32, 19:9). Banyak orang baca Injil Matius 19, hanya sampai ayat 5 dan 6 saja, padahal Tuhan teruskan perkataanNya sampai ayat 9.
Tetapi Aku berkata kepadamu: “Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.”
Anak kalimat “kecuali karena zinah”
εἰ μὴ ἐπὶ πορνείᾳ (ei me epi porneia) kata porneia ini asal kata porno atau berhubungan seksual dengan lawan jenis luar nikah. Kata Tuhan, tindakan perceraian tidak direstui Tuhan kecuali atas dasar pasangannya melakukan hubungan seks dengan pihak lain. Apa sebab?
Suami istri sesungguhnya telah menjadi satu daging ketika mereka melakukan persetubuhan, dua tubuh mereka telah disambungkan (connected) melalui tongkat kecil sehingga menjadi satu tubuh atau satu daging. Ketika salah satu dari mereka menyambungkan dirinya pada pihak lain, atau menjadi satu tubuh dengan pihak lain, maka tindakan itu di mata Tuhan sama dengan ia memutuskan sambungannya dengan pasangannya.
Jadi, sesungguhnya betapa besar arti persetubuhan dua orang manusia, laki dan perempuan di mata Tuhan, yaitu dua tubuh menjadi satu. Dan inilah alasannya satu laki-laki hanya boleh disambungkan dengan seorang perempuan, bukan dua, tiga atau empat wanita. Dan sekali sudah diumumkan kepada publik bahwa mereka berdua adalah suami istri kemudian terjadi persetubuhan, maka mereka berdua telah menjadi satu daging. Apa yang telah diakui Tuhan sebagai satu daging tak boleh lagi diceraikan oleh manusia.
Saya tidak pernah menasihati seseorang yang mendapatkan pasangannya berzinah untuk bercerai. Jika yang bersalah bertobat dan memohon pengampunan, maka menasihatinya mengampuninya. Tetapi Tuhan tahu bahwa manusia tidak bisa hidup dengan pasangan penzinah yang tidak mau berobat. Uraian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan pernyataan Tuhan bahwa tidak boleh bercerai KECUALI karena pasangan berzinah. Semua theolog yang benar tidak berusaha merubah ayat Alkitab atau membuat ayat Alkitab saling bertentangan melainkan berusaha memahami tiap-tiap ayat dan menjelaskannya.
Ada pengkhotbah yang tak berpengertian yang memakai alasan bahwa ketika seorang lelaki memandang wanita dan menginginkannya itu sudah berzinah dengannya di dalam hati, untuk dijadikan alasan bahwa tidak boleh bercerai sekalipun berzinah karena nanti semua istri ceraikan suami mereka sepulang dari mall. Pengkhotbah ini salah menafsirkan Alkitab, karena sesungguhnya KHOTBAH DI BUKIT yang tercatat di Mat.5:27-28, itu tentang syarat kesucian warga KERAJAAN yang sedang diumumkan Sang Mesias, Anak Daud, yang sifat kekudusannya adalah kekudusan hati. Artinya, tidak ada satu orang laki-laki pun yang tidak berzinah secara hati, atau tidak ada seorang pun yang tidak berdosa, dan tidak ada seorang pun sanggup sempurna seperti Bapa. Itulah sebabnya manusia yang mau ke Sorga memerlukan Juruselamat.
Sedangkan KECUALI ZINAH yang dimaksud Tuhan dalam konteks suami istri itu bukan yang terjadi di dalam hati, melainkan yang dengan badan (Mat.5:32,19:9). Perzinahan yang terjadi di dalam hati tidak bisa dibuktikan selain oleh Tuhan, sedangkan perzinahan jasmani bisa dibuktikan, dan tentu harus bisa dibuktikan barulah bisa dijadikan alasan, bukan yang sekedar dugaan atau kecurigaan atau kecemburuan.
Tuhan tidak menciptakan binatang dengan pemahaman seks seperti manusia. Oleh sebab itu binatang tidak perlu ada pengumuman sebelum mereka berhubungan seks. Dan binatang bebas berhubungan seks dengan lawan jenisnya sesuka mereka, dan berganti pasangan sesuka mereka.
Tetapi terhadap manusia Tuhan menginginkan aturan bahwa sebelum melakukan hubungan seks, diumumkan dulu bahwa mereka berdua ini adalah pasangan suami istri mulai saat itu. Dan setelah itu mereka adalah suami istri dan kemudian mereka menjadi satu daging, yang tak terpisahkan lagi. Mereka harus bertekad hingga kematian yang memisahkan mereka. Oleh sebab itu hanya ada tiga kasus perceraian yang tidak dipersalahkan; karena kematian, karena diceraikan tanpa salah, dan pasangannya tidak setia.
Iblis bekerja dahsyat mengganggu manusia agar melakukan hal-hal yang menyakiti hati Tuhan. Tuhan tidak menghendaki perceraian namun iblis berusaha keras mengganggu agar terjadi kekacauan hubungan suami istri dan bisa terjadi perceraian. Iblis tahu jika dia berhasil mengacaukan pasangan suami istri, maka itu berarti ia berhasil mengacaukan keharmonisan keluarga, dan itu akan membawa efek yang akan mengganggu hubungan mereka dengan Tuhan. Efek yang paling buruk akan dialami anak-anak mereka. Bahkan iblis meningkatkan serangannya dengan maraknya LGBT.
Pelajarilah jangan sekedar membaca. Kiranya uraian ini bisa memberi pedoman bagi orang-orang Kristen dalam menilai pernikahan dan perceraian, dan pernikahan setelah perceraian.
RBC, Kalimantan Barat, 25 Januari 2019.
Dr. Suhento Liauw
<www.graphe-ministry.org>
<drsuhentoliauwblog.graphe-ministry.org>
Maranatha!