Renungan Harian 24 November-Ditelan Dalam Kehendak Allah

Dari Buku: Tiap-tiap Hari Menelusuri Sejarah Baptis

Nas: Matius 26:37-46

Susanna Mason lahir di Rehoboth, Massachusetts, tahun 1724 atau 1725. Kakek buyutnya adalah seorang tentara dalam Pasukan Roundhead Oliver Cromwell. Keluarganya memiliki latar belakang Baptis. Dia bertobat tahun 1745, bergabung dengan gereja Separate (Baptis), dan mempertahankan keyakinan Baptisnya ketika dia menikah dengan Isaac Backus. Backus, yang pada saat itu belum sepenuhnya yakin akan prinsip-prinsip Baptis tentang pemercikan bayi, tahu tentang pandangan-pandangan Susanna pada waktu ia meminta dia menikah. Belakangan, dia menjadi “yakin sepenuhnya” dan menjadi salah satu terang yang benderang di antara kaum Baptis dan memainkan peran yang sangat besar berhubungan dengan terbentuknya kebebasan hati nurani di Amerika Serikat.

Perhatikan gambaran berikut tentang pernikahan Susanna dan Isaac pada hari Rabu, 29 November 1749: Dia [Isaac] menolak untuk mengizinkan suka-suka dan hura-hura tidak karuan yang biasanya menyertai pernikahan-pernikahan di New England, karena ia menganggap pernikahan sebagai suatu upacara yang khusyuk dari Allah. “Saya sering melihat dengan jijik kepada perilaku umum kebanyakan orang dalam hal ini; yaitu mereka menyerah kepada hawa nafsu mereka dan membiarkan diri di dalam kesia-siaan dan kedagingan ketika mereka sedang Mencari seorang Pendamping, atau hendak Masuk ke Status Pernikahan.” Susanna setuju dengan dia. Pernikahan itu berlangsung di rumah ayah Susanna di Rehoboth dan dilakukan di hadapan hakim sesuai dengan adat yang berlaku. Tetapi Backus mendapatkan izin dari hakim agar teman-temannya menjadikan upacara itu upacara yang agamawi:

Sdr. Shepherd membaca sebuah Mazmur dan kami Bernyanyi; kemudian kami pergi berdoa dan Tuhan mendengarkan dan Mendekat kepada kami. Lalu saya mengambil tangan Saudari Susanna tersayang dan Mengatakan Sesuatu mengenai Pengertian Saya tentang Posisi dan tindakan kami di hadapan Allah, dan juga bahwa Ia telah dengan jelas menunjukkan kepadaku Orang ini sebagai Pendamping dan seorang penolong bagiku. Dan kemudian lanjut dan menyatakan Janji Pernikahan; dan dia [Susanna] melakukan yang sama kepadaku. Kemudian Tuan Foster dengan khidmat menyatakan bahwa kami sah adalah Suami dan Istri: lalu Sdr. Shepherd melanjutkan dengan mendoakan agar kami diberkati dan memberikan kami suatu Penguatan Indah. Dan juga dilakukan beberapa lainnya; lalu saudara Paine berdoa dengan bebas. Lalu saya membaca, dan kami menyanyikan Mazmur 101, setelah itu saya menyampaikan suatu Khotbah Pendek dari Kisah Para Rasul 13:36.”¹

Susanna adalah seorang istri yang sangat mumpuni dan hemat bagi Isaac. Dia membesarkan sembilan orang anak dengan bantuan yang relatif sedikit dari suaminya. Backus menghabiskan banyak waktunya dalam perjalanan, dan bahkan ketika dia ada di rumah, dia sering sibuk menulis atau memenuhi tanggung jawab penggembalaannya. Karena itu, tugas memelihara rumah tangga jatuh ke pundak Susanna. Backus menulis tentang istrinya: “Kebijakan dan kehematannya sangat membantu penyokongan keluarga kami . . . dan cara hidupnya yang pantas menjadi panutan membuat dia dihargai tinggi oleh kenalan-kenalannya secara umum. Dalam beberapa kebangkitan rohani di sekeliling kami, dan dalam yang satu sebelum kematiannya, dia paling besukacita, dan sangat terlibat.”²

Menderita suatu penyakit yang nyeri dan melumpuhkan, Susanna berkata, “Saya tidak begitu peduli masalah hidup atau mati, karena kehendak saya sudah ditelan dalam kehendak Allah.”³ Pada tanggal 24 November 1800, lima hari sebelum ulang tahun pernikahannya yang ke-51, Susanna Backus dengan tenang berangkat, setelah hidup penuh sebagai seorang istri yang mengasihi dan mendukung suaminya yang berpengaruh. Tanpa pertolongan Susanna yang kuat dan efisien, suaminya pastinya memiliki pelayanan yang jauh kurang produktif. Backus hidup di masa-masa awal pembentukan Amerika, dan pengertiannya tentang prinsip-prinsip Alkitab separasi gereja dan negara dipakai Allah untuk menuntun para bapa negara Amerika.

EWT
_________

¹ William G. McLoughlin, ed., Isaac Backus and the American Pietistic Tradition (Boston: Little, Brown and Company, 1967), hal. 68-69.
² William G. McLoughlin, ed., The Diary of Isaac Backus (Providence: Brown University Press, 1979), 3:1462.
³ McLoughlin, Isaac Backus and the American Pietistic Tradition, hal. 229.
———————————

Renungan Tambahan DR. SUHENTO LIAUW:

1. Istri yang baik siapakah yang akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari emas dan perak. Susanna Mason, seorang istri yang mampu mengurus seluruh rumah tangga dengan sembilan anak tanpa pembantu adalah wanita yang hebat, zaman sekarang pasti sulit mendapatkannya. Dan kebijakan serta kehematannya dipuji oleh suaminya yang adalah pengkhotbah berpenghasilan kecil. Seorang istri sangat berperan menjadikan rumah tangga indah. Renungkanlah.

2. Kita membaca bahwa Susanna memiliki iman yang lebih benar dari suaminya. Pastilah dengan lembut dia berhasil menunjukkan kepada suaminya bahwa baptisan setelah dewasa dan dengan selam lebih benar. Wanita pencari kebenaran dan kemudian menjadi seorang beriman yang penuh pengertian lebih cantik dari wanita pesolek di mata Tuhan. Renungkanlah.

3. Seorang wanita yang berani berkata bahwa kehendaknya telah ditelan oleh kehendak Allah, patut diteladani oleh semua wanita. Pastilah, dalam hidup ini dia akan berusaha memuliakan Allah, dan kalau mati itu adalah keuntungan baginya. Susanna telah mendukung suaminya melayani Tuhan di masa awal AS, dan tercatat dalam sejarah Isaac Backus adalah seorang yang sangat berjasa bagi gereja Baptis di masa awal di AS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *