Sekitar sepertiga dari mahasiswa GITS adalah wanita. Dan mereka bertanya, pelayanan apakah yang mereka bisa lakukan yang berkenan kepada Tuhan? Tentu saya jawab, ada banyak sekali, wanita bisa khotbah dan memimpin di KOMISI wanita. Wanita juga bisa khotbah atau mengajar anak-anak Sekolah Minggu, bahkan pemuda remaja yg belum menikah, seperti seorang ibu kepada anak atau kakak kepada adik. Wanita tentu bisa melayani musik dan berbagai pelayanan literatur, dan ada banyak lagi pelayanan yang boleh.
Lalu para mahasiswi bertanya, pelayanan apakah yg wanita tidak boleh, serta alasannya?
Hal yang perlu direnungkan dulu ialah perintah istri tunduk pada suami, dan suami mengasihi istri (Ef. 5:22 & 25). Atas dasar inilah maka di jemaat seorang wanita juga tidak boleh memerintah dan mengajar laki-laki karena perintah Tuhan pasti selaras.
Atas dasar istri harus tunduk pada suami maka wanita tidak boleh mengajar dan memerintah laki-laki (1 Tim. 2:11-12). Dan konsekuensi berikutnya ialah tidak boleh jadi Gembala jemaat krn tidak ada jemaat yang semua anggotanya hanya wanita, lagi pula jabatan Gembala adalah jabatan yang bersifat memimpin (otoritatif), dan mengajar.
Juga dalam 1 Tim. 3:2 dikatakan bahwa Gembala adalah suami dari satu istri, tentu adalah laki-laki, dan di ayat 4 dikatakan ia seorang kepala keluarga.
Karena firman Tuhan tidak mungkin saling bentrok, maka jabatan gereja yang memiliki wewenang otoritas tidak mungkin Tuhan izinkan dijabat oleh wanita, misalnya Rasul, Gembala, dan Guru, kecuali guru yang hanya mengajar wanita saja. Jabatan nabi boleh dijabat wanita karena nabi adalah semacam jurubicara, oleh sebab itu dalam Alkitab ditemukan nabi wanita, namun tidak ada Rasul wanita karena Rasul adalah jabatan yang bersifat memimpin, bahkan boleh menghukum. Sebenarnya boleh ada penginjil wanita, cuma masalahnya jabatan penginjil sekarang menyimpang dari yang seharusnya. Jabatan Penginjil seharusnya hanya menginjil, dan tidak mengajar atau menggembalakan jemaat. Tetapi oleh sebagian gereja Penginjil dilihat sebagai seorang yang tamatan STT yang belum ditahbiskan, jadi agak kacau.
Alasan lain wanita tidak boleh jadi Gembala dan mengkhotbahi laki-laki dewasa ialah sehubungan dengan perintah Firman Tuhan bahwa istri harus tunduk pada suami dan suami mengasihi istri (Ef. 5:22,25). Firman Tuhan seluruh Alkitab tidak mungkin boleh dilaksanakan secara saling bertentangan, artinya tidak boleh terjadi, saat di rumah istri tunduk pada suami kemudian saat di jemaat istrinya memimpin dan mengajar suaminya dan suami org lain.
Hal yang harus diperhatikan oleh wanita sesungguhnya bukan apa yang bisa dilakukannya melainkan bagaimana dia bisa menyenangkan hati Tuhan. Melakukan sesuatu yang bisa MERUSAK TATANAN yang Tuhan tetapkan tentu tidak menyenangkan hati Tuhan. Sekali tatanan dirusak, misalnya wanita berkhotbah di jemaat maka akan membawa pengaruh bagi rumah tangga, sebab kalau di Gereja istri boleh mengkhotbahi suaminya dan suami orang lain, tentu di rumah ia tidak perlu lagi tunduk kepada suaminya. Dan ini secara lambat lalun akan mempengaruhi kehidupan rumah tangga. Kekristenan Liberal di Eropa dan Amerika telah menjadi salah satu penyumbang tingginya angka PERCERAIAN dan kekacauan rumah tangga.
Mahasiswi saya bertanya, pak, ketika kami pulang kampung, dalam acara keluarga besar, karena kami sudah sekolah theologi, biasanya kami diminta memimpin doa bahkan berkhotbah. Kami harus bagaimana? Saya menjawab mereka, sebelum kamu memimpin doa atau bahkan berkhotbah, kamu HARUS katakan bahwa menurut Alkitab kamu tidak boleh memimpin laki-laki dewasa. Dan jika mereka memaksa terus, maka lakukanlah karena berarti mereka sudah mengakui bahwa mereka bukan laki-laki dewasa yang bisa diharapkan Tuhan untuk memimpin, mereka bukan laki-laki dewasa di hadapan Tuhan.
Masalah wanita memimpin laki-laki bukan dosa moral yang nyata dan langsung seperti mencuri, melainkan sebuah tindakan MERUSAK TATANAN yang Tuhan inginkan. Pembangkangan ini akan merusak tatanan rumah tangga dan merusak gereja setelah waktu yang panjang.
Semua PERCERAIAN terjadi pasti kalau bukan suami kurang mengasihi istrinya adalah karena istri kurang tunduk pada suaminya.
Istri yang alkitabiah selalu mengajar anak-anaknya menghormati dan tunduk pada ayah mereka sambil dirinya memberi contoh. Suami yang alkitabiah selalu mengajar anak-anaknya mengasihi dan membantu ibu mereka sambil dirinya memberi contoh.
Gereja yang mengijinkan wanita memimpin dan mengkhotbahi suami-suami, telah merusak gereja dan rumah tangga PERLAHAN-LAHAN. Dan remaja putri maupun pemudi yang disuruh memimpin acara, itu sesungguhnya dijerumuskan. Karena ketika mereka tumbuh sebagai “jagoan” maka mereka akan sulit mendapat pasangan karena hampir tidak ada laki-laki yang bercita-cita menikahi wanita jagoan.
Apakah dengan ketetapan demikian Tuhan kurang mengasihi wanita? Tentu tidak, karena Tuhan perintahkan laki-laki mengasihi wanita.
MERENUNGKANNYA TENTU LEBIH BAIK DARIPADA MARAH.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak kebenaran alkitabiah, silakan berkunjung ke <www.graphe-ministry.org>
YouTube channel: GBIA GRAPHE
Dr. Suhento Liauw.
Maranatha!