Shalom atau Maranatha?

Dua puluhan tahun lalu kita hampir tidak mendengar orang Kristen atau pengkhotbah berseru Shalom dari mimbar.  Mengapa?  Karena itu bukan seruan kekristenan melainkan Yahudi, sekalipun artinya sangat bagus. Seruan kekristenan ialah maranatha, karena orang Kristen sangat amat merindukan kedatangan Tuhan, bukan hidup damai di bumi.  Maranatha pun bukan bahasa Yunani, melainkan bahasa Aramik yang Paulus transliterated ke tulisan Yunani,  yang artinya Tuhan, datanglah.

MENURUT PENGAMATAN SAYA, orang lain boleh tidak setuju, sejak banyak Muslim jadi Kristen mulailah seruan Shalom terdengar dari mimbar.  Mengapa?  Jawabannya,  karena konsep Islam ialah semakin Arab orang dianggap semakin rohani, dan konsep ini melekat sampai saat mereka menjadi Kristen.   Dalam berbagai kesempatan mereka baca Alquran bahasa Arab dan berkata-kata dalam bahasa Arab beberapa kalimat sebelum melanjutkan khotbah mereka dengan bahasa Indonesia. Dan mereka ngotot Alquran tidak boleh diterjemahkan melainkan tafsir padahal itu diterjemahkan.

Ketika sejumlah Muslim jadi Kristen, biasanya mereka tidak diajar melainkan dimanfaatkan untuk bersaksi,  karena kebanyakan mereka “ditangkap”  oleh denominasi yang tidak menekankan pengajaran melainkan kesaksian, yang tentu tidak ada orang yang qualify mengajar mereka. Oleh sebab itu mereka tidak mengerti kebenaran dan tetap pada konsep Islam bahawa semakin Arab semakin terkesan rohani, dan bahas Arab adalah bahasa Islam. Tetapi untuk diterapkan dalam kekristenan mereka bingung karena PL bahasa Ibrani, PB bahasa Yunani.  Namun bgmnpun karena Islam lebih dekat PL dan Yerusalem ada di Israel yang bisa dikonsepkan sebagai tanah Suci pengganti Mekkah, dan sistem ibadah PL lebih cocok dengan Islam, maka terjadilah pengkonsepan islam ke Kristen, dengan bahasa Ibrani sebagi pengganti bahasa Arab dan Yerusalem sebagi pengganti Mekkah.  Terjadilah seruan dari mimbar shalom dan makin hari makin menyebar, bersamaan dengan konsep Yerusalem sebagi tanah suci,  shg di China dan Korea dan dimana-mana org Kristen berseru Shalom.

Tentu perusahaan Tour & Travel sangat senang dan turut memacu konsep ini,  terlebih konsep tanah suci dan mendorong org berbondong-bondong ke tanah suci. Shalom adalah bahasa Ibrani dan salam adalah bhs Arab, yang artinya persis sama. Bahasa indonesia memungut salam yang adalah bahasa Arab menjadi bahasa Indonesia. Jadi SALAM sudah menjadi bahasa indonesia.

Ada orang salah menanggapi saya, mereka berkata mengapa urusan kecil begini diurus?  Tentu kecil besarnya urusan sangat tergantung yang memandang dan dampaknya terhadap kekristenan. Kekristenan tidak seperti agama lain yang memiliki tempat suci dan bahasa tertentu sebagi ciri agama Kristen atau yang akan menunjukan pemakainya lebih rohani. Agama Islam dengan bhs Arab, Yudaisme dgn bhs Ibrani dan Hindu Budha dgn bhs Sanskerta, tetapi kekristenan tdk ada krn kekristenan adalah kumpulan kelompok org yg beribadah dlm roh dan kebenaran.

Saya sama sekali tidak memusuhi bahasa Ibrani, saat di Israel saya menyalami orang-orang Israel dengan kata Shalom,  bukan selamat pagi. Tetapi jika di Indonesia dan kepada orang Indonesia saya tentu menyalami mereka dengan selamat malam,  bukan Shalom.

Kalau saya menyalami orang Indo dengan kata Shalom, bukan dengan selamat malam, maka saya telah memperlakukan kata Shalom (bahasa Ibrani):
1. Sebagai sebuah salam khusus kekristenan,  padahal itu bukan salam kekristenan melainkan salam yudaisme.
2. Atau terpengaruh konsep Islam untuk menggantikan bahasa Arab dengan bahasa Ibrani.
3. Atau terpengaruh tahyul bahwa kata Shalom itu mengandung berkat dll.
4. Atau ikut-ikutan saja, krn tdk mengerti.
5. Atau Karena grogi, ya teriak Shalom saja.
6. Atau tidak jelas mau berkata apa ya Shalom saja.

Kekristenan tidak memiliki tempat suci bahkan tidak ada pusat karena berpusat pada jemaat lokal.  Orang Kristen adalah manusia yang paling logias. Karena tidak ada bahasa khusus kekristenan maka salamilah orang Jawa dengan bahasa Jawa dan orang Tionghoa dengan bahasa Tionghoa, orang Batak dengan Horasbah, orang Nias dengan Ya’ahowu, dan orang YAHUDI dengan BAHASA IBRANI,  yaitu  SHALOM.

Jika Anda teriak Shalom yang adalah bahasa Ibrani pada orang Jawa, orang Batak, orang Tionghoa, Anda telah bersikap bahwa kata Shalom memiliki keistimewaannya sendiri. Kekristenan akan SEPERTI Islam yang mengagungkan bahasa Arab, lebih buruk lagi jika terpengaruh tahyul bahwa kata Shalom itu istimewa,  maka kekristenan seperti perdukunan. Banyak teman memberitahukan saya bahwa banyak kelompok Kristen sudah lebih dari meneriakan Shalom, mereka sudah menekankan bahasa IBRANI bahkan telah menyeret kekristenan ke arah Ebionit.  Apakah ini perkara sepele?  Semua kerusakan besar dimulai dari kerusakan kecil. Semua penyimpangan besar dimulai dari penyimpangan kecil.

Efek yang semakin besar terlihat dari usaha menggeser kata ALLAH menjadi Elohim. Padahal hampir di semua Encyclopedia dan Kamus  yang reliable berkata bahwa ALLAH adalah kata yang dikontraksikan dari AL dan ILAH yang artinya The God atau yang disembah itu. Dan sudah resmi jadi bahasa indonesia yang artinya God.

Belakangan terlihat sangat jelas kebangkitan EBIONIT di kalangan Kristen tertentu. Dan kelihatannya akan semakin marak karena kurangnya pengertian.

Jika Anda ingin tahu lebih banyak kebenaran alkitabiah, silakan berkunjung ke <www.graphe-ministry.org> atau -dengarkan Radio Berita Klasik AM 828 atau dengar lewat HP INSTALL   RADIOAMGEO melalui Play Store. Ada pembahasan Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu.
Dr. Suhento Liauw dan Dr. Steven Liauw.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *