Renungan Harian 12 Oktober –
Nas: Kisah Para Rasul 18:1-11
Dalam urutan catatan sejarah Baptis terdapat banyak pahlawan iman yang tidak dikenal. Karena di gereja-gereja Baptis tidak ada pengusungan hirarki gereja yang manusiawi dan tidak Alkitabiah, sering kali nama-nama mereka hilang dari catatan dunia ini, namun nama-nama mereka tercatat dalam lembaran-lembaran kekal di Sorga. Demikian jugalah yang terjadi dengan John Pitman, yang dilahirkan di dalam keluarga yang sering berpindah-pindah karena usaha dagang ayahnya. Kematian ayahnya meninggalkan ibunya dan beberapa anak yang masih kecil. Di dalam masa kecilnya, kedua orangtuanya telah mengajarnya untuk menghormati Alkitab dan setia menghadiri kebaktian gereja.
Karena keadaan ekonomi keluarganya, ia melakukan pekerjaan magang sebagai pembuat tali. Hidupnya menjadi semakin tidak senonoh dan duniawi, dan terus hidup di dalam dosa selama sekitar empat tahun. Pada suatu waktu pada tahun 1769 ia memutuskan untuk mengubah tujuan hidupnya dan meluncur keluar menuju kehidupan upaya manusia untuk membenarkan diri. Ia berdoa tiga kali dalam sehari, menaati ketentuan tentang hari Sabat dengan ketat, dan berpuasa sejak hari Sabtu sampai hari Minggu malam. Namun, semua usaha ini tidak mendatangkan kedamaian di dalam hati atau pikirannya.
Sementara berada di dalam keadaan sikap pandang seperti ini, Pitman berusaha meminta penjelasan kepada Dr. Stillman, gembala First Baptist Church di Boston. Stillman menasihatinya dengan Injil kasih karunia Allah, dan pada akhirnya Pitman mengalami keselamatan, dibaptiskan, dan diterima sebagai anggota jemaat. Ketika pasukan Inggris menembaki warga kota Boston pada tanggal 5 Maret 1770, Pitman berada di dekat salah seorang korban yang tertembak. Ia kemudian ditugaskan sebagai pengawal pada malam yang patut dikenang itu. Ia menjadi sukarelawan di dalam batalion pertama milisi Philadelphia, di bawah komando Kolonel Dickenson. John Pitman sibuk dalam menjalankan bisnis sekulernya, namun ia menerima panggilan dari gereja Baptis yang ada di Upper Freehold, New Jersey, pada tanggal 12 Oktober 1777.”¹
Kehidupannya memberi kesaksian ketegasan Kristen yang teguh dan menunjukkan bahwa semangat patriotisme terbentuk karena ditempa dan dibimbing oleh kesalehannya. Sebagaimana yang banyak dilakukan oleh kaum Baptist, ia mendukung Revolusi Amerika dan terus melanjutkan pekerjaan sekulernya di sela-sela keseluruhan pelayanannya. Orang-orang seperti ini sibuk di dalam banyak jenis profesi yang berbeda dan mengabdikan tidak sedikit bagian waktunya untuk mempelajari firman Allah. Pitman banyak melakukan perjalanan yang ekstensif dari Philadelphia ke Rhode Island, pergi ke mana-mana untuk berkhotbah, dan dalam banyak kesempatan melayani gereja-gereja lokal ketika mereka dalam keadaan kekurangan.
Tentang Pitman dikatakan bahwa, “ia adalah orang yang memiliki keteguhan luar biasa, dan memiliki keberanian besar, secara fisik dan moral…. Dalam segala urusan dengan sesamanya, ia menunjukkan dengan jelas integritas yang sangat kuat.”² Kiranya hal ini dikenang sebagai peringatan bagi ribuan pengkhotbah Baptis yang harus menyokong keluarganya dengan kerja keras, supaya tetap giat belajar sampai jauh malam untuk mengolah hati dan pikiran mereka dengan firman Allah, sehingga dapat memberi makan domba-domba mereka dan juga memberitakan Injil yang menjadi bagiannya di dalam ladang penuaian yang luas. Syukur kepada Allah, Ia melengkapi beberapa orang dengan kekuatan dan stamina untuk menangani pelayanan seperti itu.
EWT
_________
¹William B. Sprague, Annals of the American Pulpit (New York: Robert Carter and Bros, 1865), 6:198.
² Ibid., hal. 199.
———————————-
Renungan Tambahan DR. SUHENTO LIAUW:
1. Orang Baptis paling teguh mengikuti Alkitab, ngotot bahwa otoritas tertinggi ialah pada jemaat lokal. Segala sesuatu diputuskan oleh suara terbanyak dari anggota jemaat. Baptis tidak punya pemimpin setingkat Paus, tidak ada ketua sinode, uskup, bishop, dll. Karena Baptis percaya sebuah jemaat lokal itu tubuh Tuhan, bukan satu sinode apalagi seluruh kekristenan. Kami tahu ada Baptis yang sudah masuk angin dan agak demam yang sudah membentuk sinode dll.
2. John Pitman dikatakan diajar sejak kecil untuk menghormati Alkitab dan setia menghadiri kebaktian. Ini modal utama bagi setiap anak untuk dia tumbuh besar dan menjadi orang baik. Namun setelah akil balik dia tetap perlu diselamatkan oleh Injil yang benar. Hatinya yang mencari Tuhan hingga rela berpuasa pasti Tuhan lihat sehingga menuntunnya bertemu seorang pengkhotbah Baptis yang bisa menjelaskan Injil yang benar dan dia diselamatkan. Adakah Anda juga haus akan kebenaran?
3. John Pitman hidup di masa revolusi Amerika. Dia ikut berjuang seperti orang-orang Baptis lain yang sangat ingin lepas dari Inggris yang menekan dalam kebebasan beriman. Sistem penggajian dan sistem persembahan gereja saat revolusi pasti tidak bagus sehingga dia perlu bekerja sekuler untuk menunjang keluarga. Jadi, beginilah kehidupan seorang yang aktif dipakai Tuhan, terlibat dalam segala bidang untuk Tuhan. Intinya, apapun yang kita kerjakan, kerjakanlah itu untuk Tuhan (Kol. 3:23).