Ketika artikel ini ditulis, di Perancis sedang terjadi demonstrasi besar-besaran oleh kelompok yang diberi nama The Yellow Jaket (si jaket kuning). Banyak tempat yang indah-indah dirusak, mobil di jalanan dibakar, gedung-gedung di tepi jalan penuh dengan kaca yang pecah berhamburan. Pembawa acara televisi menayangkan ekonom yang memperkirakan Perancis akan menderita kerugian triliunan Euro.
Mereka memprotes presiden Perancis Emmanuel Macron yang akan menaikkan pajak minyak. Bukankah mereka yang memilih Macron dua tahun lalu? Betul sekali, tetapi sekarang Macron tidak memenuhi keinginan hati mereka, maka mereka melampiaskan kekesalan hati mereka dengan membakar apa saja yang mereka jumpai.
Menurut banyak penganalisa, keributan bisa meluas sampai ke seluruh Eropa jika tidak segera dihentikan. Dan kelihatannya sudah akan berhenti karena Presiden Macron telah berpidato bahwa ia bersedia mendengarkan para demonstran, bahkan kenaikan pajak minyak akan dibatalkan.
Kondisi Masyarakat Eropa
Masyarakat Eropa sesungguhnya adalah campuran umat dari berbagai gereja. Kita tahu bahwa Spanyol adalah mayoritas penganut Katolik, demikian juga dengan Portugis, dan Italia. Sedangkan Inggris adalah penganut Anglikan atau Episkopal yang hampir sama dengan Katolik. Jerman adalah orang-orang gereja Lutheran. Belanda, Swiss adalah orang-orang gereja Reformed. Rusia dengan hampir seluruh mantan Block Soviet adalah Orthodox, demikian juga dengan Yunani. Tentu masih ada banyak negara yang terdiri dari campuran berbagai gereja, dan juga terdapat masyarakat atheis.
Di Eropa hampir tidak ditemukan Baptis karena para anabaptis telah lari ke Amerika demi menghindari penganiayaan dari gereja-gereja tersebut di atas. Ada sedikit Baptis di Inggris, namun sangat terkontaminasi oleh Calvinisme, terlebih setelah Spurgeon. Saat saya berada di kota Viena, saya bertanya kepada receptionist hotel Hilton dimanakah saya bisa dapatkan gereja Baptis, untuk ikut kebaktian hari Minggu besok. Dia menjawab saya bahwa di kota ini setahu dia tidak ada gereja Baptis.
Di AS-lah para anabaptis bebas mendirikan Gereja Baptis, terlebih setelah kemerdekaan AS dan setelah Amandement Pertama yang menjamin kebebasan beragama dan mendirikan gereja ditetapkan Kongres. sejak saat itu Gereja Baptis bertumbuh lebih cepat dari jamur di AS.
Dari keadaan gereja yang menjadikan Maria bunda Allah, dan yang gerejanya dimulai karena ingin kawin lagi, dan yang mengajarkan bahwa Allah menetapkan Adam jatuh dalam dosa, serta berbagai gereja yang mementingkan jubah dan toga dengan tongkatnya yang salut emas, bisakan didapatkan orang Kristen yang sungguh-sungguh dilahirkan kembali? Inilah gambaran keadaan orang Kristen Eropa yang membentuk masyarakat demokrasinya.
Secara moral masih lumayan baik karena mereka masih tahu bahwa tidak boleh berzinah dan tidak boleh mencuri maka itu tingkat korupsi di Eropa rendah. Tetapi sangat jelas bahwa mayoritas orang Kristen di Eropa ialah orang Kristen yang dibaptis menjadi Kristen sejak bayi dan belum pernah bertobat serta percaya kepada Yesus sesuai pengajaran yang benar.
Dari Monarkhi Ke Demokrasi
Satu persatu negara di Eropa demi mencontoh AS bergeser dari monarkhi ke demokrasi. Di Perancis terjadi penggulingan Raja Louis, dan Napoleon, kemudian menjadi Republik. Kerajaan Inggris akhirnya terpaksa harus memakai sistem parlementer. Jerman juga mengikuti sistem demokrasi. Akhirnya seluruh negara di benua Eropa berubah dari monarkhi menjadi domokrasi, dengan raja maupun ratu hanya untuk lambang protokoler saja.
Iblis pernah memakai raja dan ratu dengan sangat efektif menganiaya orang Kristen yang mengasihi kebenaran. Bahkan iblis memakai gereja miliknya bersama raja dan ratu mengejar-ngejar orang Kristen alkitabiah yang m engasihi kebenaran.
Kita tahu bahwa demokrasi adalah pemerintah yang oleh rakyat, dengan semua aparatnya dipilih oleh rakyat. Sudah pasti kondisi rakyat akan sangat menentukan kondisi demokrasi. Montesquieu, seorang yang mengusulkan trias-politika (1748) adalah ahli hukum Perancis. Tetapi faktor paling utama dari demokrasi adalah rakyat, dan iblis sangat tahu akan hal ini.
Memang, mengendalikan beberapa orang, misalnya raja beserta pemimpin gereja, tentu jauh lebih gampang daripada mengendalikan mayoritas rakyat. Walau sulit tetapi tidak berarti rakyat tidak bisa dikendalikan. Terutama ketika mayoritas rakyat bukan orang Kristen lahir baru, berarti mereka adalah orang-orang yang masih dalam jangkauan akses iblis.
Sabotase Injil Dengan Perang Dunia
William Carey, seorang Pengkhotbah Gereja Baptis di Inggris menerobos wawasan pemberitaan Injil ke berbagai wilayah jajahan negara Eropa, sasaran pertamanya ialah India, pada akhir abad 18. Tindakan Carey kemudian merangsang gereja-gereja di AS, sehingga pada awal abad 19, Gereja Episkopal mengirim Adoniram Judson ke Burma. Tetapi ketika di perjalanan yang sangat lama masa itu, ia merenungkan kebenaran tentang baptisan, dan ketika tiba di India ia bertemu dengan kelompok Carey, Adoniram Judson menyerahkan diri untuk dibaptis ulang dengan baptisan alkitabiah.
Adoniram Judson menjadi misionari Baptis pertama dari AS, dan kemudian pengiriman misi sangat bersemangat. Asia, Afrika dalam waktu tidak terlalu panjang akan menerima Injil kasih karunia Tuhan. Iblis memunculkan Perang Dunia I menyebabkan Eropa hancur-hancuran. Bukan hanya pengiriman misi berhenti saat perang, namun juga saat sesudah perang.
Tetapi AS yang tidak dihancurkan Perang yang berpusat di Eropa, tetap bersemangat mengirim misi penginjilan ke Asia dan Afrika. Kita tahu bahwa jajahan negara-negara Eropa begitu banyak, hampir seluruh Asia, Afrika bahkan hingga Amerika Latin. Dengan semangat pengiriman misi Gereja-gereja Baptis yang sangat tinggi, iblis tahu bahwa dia akan kalah telak.
Itulah sebabnya Iblis menghasut Hittler dengan penasehat penasehatnya untuk melancarkan Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia II maka dunia berubah, negara-negara jajahan merdeka dengan pemerintahannya yang beraneka ragam. Negara-negara tertentu tidak mengijinkan pemberitaan Injil, seperti China yang tadinya sangat menerima Injil menjadi Komunis dan Atheis, sehingga menolak Injil.
Iblis Sedang Mengaduk Rakyat Eropa
Dengan komposisi Kristen yang tidak alkitabiah, yang semakin hari semakin menjadi atheis, rakyat Eropa akan dirusak oleh demokrasi itu sendiri. Karena baik-tidaknya demokrasi itu sangat tergantung pada komposisi rakyatnya. Jika mayoritas rakyat adalah orang baik, maka demokrasi akan baik, tetapi sebaliknya jika komposisi rakyat buruk, maka demokrasi sesungguhnya justru akan membawa keburukan.
Seturut berjalannya waktu, karena theologi yang tidak alkitabiah, maka semakin banyak masyarakat Eropa yang menjadi atheis. Dan yang masih pergi ke gereja pun tinggal yang tua-tua, sedangkan yang muda-muda tidak mau lagi ke gereja sekalipun masih mengaku sebagai orang Kristen.
Banyak di antara mereka yang keadaannya lebih parah lagi ialah menjadi gay dan lesby, dan yang menikah pun banyak yang tidak menghendaki anak. Karena tujuan pernikahan adalah mencari kesenangan maka pasangan yang masing-masing penuh ego, tentu menyebabkan angka perceraian sangat tinggi.
Masuknya Tanah Liat Dari Timteng
Iblis melihat kondisi masyarakat Eropa yang Kristen KTP, bahkan sudah lebih banyak yang atheis, bisa dikendalikan untuk tujuannya. Iblis sangat tahu bahwa sekarang bukan zaman monarkhi lagi, tidak ada gunanya mengendalikan raja atau ratu yang tidak memiliki kekuasaan lagi. Di zaman demokrasi ini pihak yang perlu dikendalikan ialah rakyat karena demokrasi penentunya adalah suara mayoritas.
Tentu bukan kebetulan kalau Timur Tengah diaduk pakai orang-orangnya yang memanfaatkan kekosongan kekuasaan AS sebab Obama adalah presiden paling lemah, maka memunculkan gerakan “Persaudaran” yang meruntuhkan Libya, Kemudian Mesir, dan pembentukan ISIS yang berusaha menyerang Syria dan Irak Utara. Dengan sekejap mata Syria porak-poranda, dan itu memicu pengungsi menuju Yunani, bahkan berjalan kaki menuju Eropa.
Angela Merker dipelintir hatinya oleh pengatur skenario sehingga membuka pintu bukan hanya pintu Jerman tetapi sesungguhnya pintu Eropa untuk menerima semua pendatang Timteng dan Afrika. Turki sejak diterima sebagai anggota Uni Eropa sesungguhnya adalah pintu lebar masuknya manusia Timur Tengah dan Afrika menuju Eropa.
Mayarakat Eropa sedang berubah, dari masyarakat yang dasar moralnya adalah Judeo-Christian menjadi atheis dan pengikut iblis. Tadinya disebut benua biru, tetepi sekarang kelihatannya bukan biru terang melainkan biru gelap. Semakin hari semakin banyak rakyat Eropa yang menghendaki penerapan hukum abad ke-7 yang mengijinkan laki-laki beristri sampai empat. Dan yang paling tragis ialah hilangnya akal sehat serta kebebasan berpendapat yang tadinya adalah warisan pusaka rakyat Eropa yang mengantar mereka menjadi masyarakat terdepan.
Agama yang tidak boleh dikritik sesungguhnya akan menumpulkan otak, dan mengikis akal sehat, dan ujungnya ialah menghasilkan iman yang buta. Ketika akal sehat masyarakat hilang, dan yang dijunjung tinggi adalah sentimen imannya yang buta, maka masyarakat demokratis demikian pasti akan membawa malapetaka besar.
Rakyat Inggris yang usia lanjut kebingungan dengan hadirnya orang-orang liar yang tidak mengikuti aturan. Mereka terangsang ketika menyaksikan perempuan cantik tak berkerudung dan langsung melabraknya. Kota London telah berubah total karena jumlah orang tak berakal sehat memenuhi jalanan, bahkan mereka bisa mengangkat temannya menjadi walikota.
Ketika orang Inggris yang tua-tua merasa gerah dan mencari penyebabnya mereka dapatkan bahwa ternyata pintu rumah Eropa terbuka sehingga orang jahat bebas masuk. Angela Merkel yang membuka pintu dan jendela dan di wilayah Turki pintu terbuka lebar. Akhirnya mereka merasa perlu memisahkan diri dari Eropa karena kebijakan pintu terbuka yang diambil para pemimpin Eropa. Inggris menyelenggarakan Referendum tanggal 23 Juni 2016, untuk memilih tetap di dalam Eropa atau keluar. Dan hasilnya mayoritas rakyat Inggris memilih memisahkan diri dari Eropa.
Pada saat artikel ini sedang ditulis, tanggal 13 Desember 2018, kemarin, Perdana Menteri Inggris Theresa May hampir dikalahkan dalam pemungutan suara di dalam partainya, tentang apakah tetap Brexit atau Bergabung kembali ke Eropa. Sesungguhnya masyarakat yang sangat menghendaki pisah dari Eropa ialah mereka yang berumur karena mereka merasa kehilangan ketentraman dengan pendatang yang tidak tahu aturan dan tata-krama. Sedangkan masyarakat muda lebih menghendaki tetap bergabung dengan Eropa bahkan mereka senang ketika keadaan Inggris berubah menjadi aneh sekalipun.
Terlebih lagi bagi orang Kristen KTP dan mereka yang atheis, mereka tidak peduli negara mereka berubah bahkan sampai pada hari jumat siang jalanan tidak bisa dilalui. Mereka tidak pusing sedikit pun bahkan mereka siap menikah dengan wanita tunduk yang berkerudung jika itu akan menjadi lebih enak bagi hidup mereka.
Theresa May kali ini menang, dan Inggris tetap BREXIT keluar dari Eropa tetapi karena iblis telah memegang orang muda Inggris, maka beberapa tahun ke depan, setelah yang tua-tua mati, dan jika diadakan referendum lagi, maka yang menghendaki gabung kembali ke Eropa pasti akan menang.
Iblis Sangat Tahu Cara Kerja Demokrasi
Tidak ada gunanya bagi iblis untuk memegang raja atau ratu lagi, karena mereka hanya untuk upacara tak punya kekuasaan seperti dulu. Presiden dan Perdana Menteri pun pada prinsipnya takut pada mayoritas rakyat. Mereka bukan hanya tidak akan terpilih lagi, bahkan melalui demonstrasi mereka bisa diturunkan di tengah jalan.
Kita melihat sangat jelas bahwa demokrasi yang berjalan di Eropa sedang merusak wilayah itu. Secara ekonomi akan hancur karena orang-orang malas, yang lebih senang hidup bertualang, dan mereka yang menuntut disubsidi akan semakin banyak. Di Perancis dalam minggu artikel ini ditulis terjadi demonstrasi hebat hanya karena Presiden Perancis berencana menaikan harga minyak. Rakyat miskin tidak setuju, mereka mau negara memajak orang-orang kaya yang rajin saja untuk mensubsidi mereka. Presiden Macron tidak bisa tidak mendengarkan mereka jika masih mau menjabat. Zaman dulu semasa Monarkhi orang kaya sangat terpandang dan berarti, tetapi di zaman demokrasi, sekaya apapun orang itu, pada saat ke kotak pemilu ia hanya punya satu suara. Orang yang ditakuti di zaman demokrasi adalah orang yang bisa mempengaruhi massa, atau yang memiliki pengikut.
Dengan merusak generasi muda, menaruh mereka ke bawah kendalinya maka iblis telah memegang kendali demokrasi. Sesekali iblis menunjukan giginya dengan menggerakkan demonstrasi besar-besaran, untuk menggertak penguasa yang tidak mau ikuti kemauannya. Rakyat Eropa yang Kristen KTP, yang atheis, dan para pengikut penyembah iblis, yang menjadi mayoritas, maka itu bukan lagi komposisi positif untuk demokrasi. Demokrasi dengan komposisi masyarakat yang mayoritas orang yang menolak Alkitab, itu daya musnahnya akan sangat dahsyat. Alkitab menubuatkan bahwa Eropa, itu kekuatan dari Utara, yang akan berperang di Harmagedon.***