DEMOKRASI, MUNGKINKAH IBLIS TIDAK MENJAMAHNYA?

Banyak orang tidak menyadari bah­wa sejak malaikat menentang Allah, maka selanjutnya makhluk berakal budi dan berkehendak bebas yaitu manusia menjadi titik pusat perebutan pengaruh. Malaikat pembangkang yang disebut setan dan iblis, tahu bahwa mereka ti­dak mungkin melawan Allah secara pe­rang fisik atau kekuasaan, maka mereka berusaha mempengaruhi manusia untuk menentang Allah.

Iblis berusaha mempengaruhi pikir­an manusia untuk mengikuti pikirannya seperti yang dilakukannya terhadap Adam Hawa, dan jika perlu mereka me­nganiaya manusia seperti yang dilaku­kannya terhadap Ayub. Dari kitab Ayub terlihat bahwa iblis berpikir jika manusia dianiaya sedemikian rupa maka manu­sia akan menghujat Allah, terutama me­re­ka yang diajarkan bahwa semua keja­hatan ditetapkan Allah. Padahal Allah tidak pernah mene­tapkan kejahatan, tetapi dalam keadaan tertentu bisa mengijinkan anak-anak­Nya dicoba.

Iblis di Belakang Mo­nar­khi

Demi menghimpit orang kepu­nyaan Allah, iblis mempengaruhi raja-raja kare­na di masa pemerintahan Monar­khi, raja sendiri adalah hukumnya, dia bisa memutuskan segala sesuatu seke­hendak hatinya. Ketika kekristenan baru muncul, kita tahu bahwa korban per­ta­ma adalah Yohanes Pembaptis, utusan Allah. Dia dibunuh hanya untuk meme­nuhi keinginan seorang anak yang belum dewasa.

Berikutnya tercatat di Alkitab Rasul Yakobus dipenggal kepalanya, dan Petrus dilepaskan oleh malai­kat. Na­mun tercatat dalam sejarah bah­wa Petrus kemudian disalibkan dengan kepala sebelah bawah. Kaisar demi kai­sar dipengaruhi iblis untuk menganiaya orang Kristen ratusan tahun. Orang Kristen lahir baru tidak kecewa apalagi putus asa oleh penganiayaan, karena sangat tahu bahwa kehidupan di dunia adalah sementara. Ada banyak sekali cara mengakhiri hidup ini, pengania­yaan hanyalah salah satu cara, dan ini adalah cara yang indah karena akan mendatangkan hadiah. Kematian yang karena sakit penyakit tidak mendatang­kan hadiah seperti kematian oleh pe­nga­niayaan karena kebenaran. Konsep demikian tentu sangat membingungkan penganiaya karena ternyata orang Kris­ten bukan berkurang oleh pengania­ya­an melainkan bertam­bah.

Iblis kemudian merubah taktik, ia memajukan Konstantin menjadi kaisar tahun 303 AD, dan merubah cara dari menganiaya menjadi bersahabat terha­dap orang Kristen. Daripada iman me­reka semakin kuat dan jumlah mereka semakin banyak oleh penganiayaan, maka dengan kaisar yang menjadi Kristen, iblis bisa merusak kekristenan dari dalam. Dan strategi iblis ini sangat berhasil, karena kekristenan berhasil diru­sak dari dalam.
Gereja digabung dengan negara, seluruh warga negara menjadi anggota jemaat dan pembaptisan bayi menjadi keharusan. Penjilat kaisar dan yang me­ngincar kekuasaan berpura-pura sa­ngat beriman. Akhirnya kekristenan dicam­purkan dengan berbagai penyem­bahan berhala dan gereja dipenuhi pa­tung.

Kristen Memakai Keke­ras­an

Sebelumnya iblis memakai kaisar dan raja menganiaya orang Kristen, kini iblis memakai orang Kristen mengani­aya orang Kristen. Gereja yang berga­bung dengan pemerintah tidak senang dikritik, bahkan tidak senang atas keha­diran kelompok kristen lain.

Akhirnya iblis berhasil memakai orang kristen menganiaya orang Kristen. Gereja yang bersatu dengan pemerintahan Roma melancarkan penganiayaan terhadap kelompok Kristen lain bahkan lebih dahsyat daripada yang dilakukan oleh kaisar penyembah berhala. Apa penyebabnya? Karena gereja yang ber­gabung dengan negara melakukan pembaptis­an bayi, sesuatu yang perlu mereka lakukan sebab setiap orang sejak lahir adalah warga negara maka dia harus juga warga gereja. Dan juga karena ketidakpahaman akan kebe­nar­an me­ngaki­bat­kan semakin banyak konsep yang tidak sesuai Alkitab dimasukkan ke dalam gereja. Karena penyimpangan ini muncul sekelompok orang Kristen yang tidak setuju.
Kelompok yang mengkritik dilihat sebagai musuh, maka dianiaya, dan dibunuh dengan segala cara. Bahkan sampai hari ini masih ada orang Kristen atau gereja yang memakai kekerasan terhadap gereja lain yang mengritik pengajarannya. Akhirnya iblis yang senang memakai kekerasan berhasil menggabungkan kaisar dan gereja untuk memusuhi kebenaran.

Demokra­si Muncul Di Benua Baru

Karena pe­nga­niayaan gabungan kaisar/raja dan pemimpin gereja yang masif di Eropa selama seribuan tahun, menyebabkan pencinta kebe­nar­an hidup dalam ketakutan bahkan sangat menderita. Mereka lari dari satu kota ke kota lain berpindah-pindah untuk meng­hindari pengania­yaan. Sebab itu ketika ada berita tentang pene­muan benua baru oleh Columbus tahun 1493, tentu benua ini merupakan alternatif tempat pelarian yang sangat menggiurkan bagi pencinta kebenaran.

Akhirnya berbondong-bondong orang yang merasa kehidupan­nya di Eropa sulit, memilih mengadu nasib menuju benua baru. Tahun 1602, sejumlah orang Kristen (puritan), 102 orang yang merasa teraniaya di Eropa menaiki kapal yang bernama May­Flower, menuju benua baru. Ketika mereka mendarat di sekitar Virginia, sebelum mereka naik ke daratan, mereka mengharuskan setiap orang menandatangani sebu­ah pakta yang kemudian disebut MayFlower Com­pact, bahwa tidak ada orang yang ber­usaha menguasai orang lain, semua keputusan harus bersifat pend­apat suara terbanyak. Inilah kelompok ma­syarakat demokrasi paling awal, lebih dari seratus tahun dari Montesquieu yang mengumumkan trias-politicalnya tahun 1748. Berbon­dong-bondong anabaptis yang teraniaya di Eropa menuju benua baru. Orang-orang Kristen lahir baru yang hidup mereka penuh kasih, banyak yang meninggal karena kesuliatan mena­nam berhu­bung tanah yang berbeda dari Eropa.

Mereka tidak pernah merampas tanah orang Indian, melainkan membe­li­nya. Orang Indian bersahabat dengan mereka sehingga membantu mereka menanam dan ketika tuaian pertama dilakukan mereka mengucap syukur Thanksgiving mengundang orang Indian juga. Thanksgiving inilah yang sekarang diperingati setiap tahun.

Raja dan Gereja Datang Menggagalkan Demokrasi

Setelah pendatang dari Eropa se­ma­kin banyak di benua baru, raja-raja di Eropa kirim pasukan, akhirnya be­nua Amerika baik yang Utara mau­pun Selatan dibagi-bagi mereka seperti bagi kue. Inggris ambil Amerika Utara, Spanyol Portugis ambil Amerika Sela­tan. Tadinya New York milik Belanda dan Maluku milik Inggris, tetapi dari­pada terpencar susah pengurusan, akhir­nya tukar guling Inggris lepas Maluku ke Belanda dan Belanda lepaskan New York ke Inggris. Permu­suhan dengan penduduk asli Indian dipi­cu oleh pe­merintah yang sewe­nang-wenang me­rampas tanah mere­ka. Karena peme­rintah Inggris kirim pasukan dan peja­bat dari Eropa, akhirnya orang-orang yang tadinya berpikir bisa hidup bebas berdemo­krasi, kembali ditindas. Gere­ja Inggris, Episkopal, memperlihatkan taringnya, menganiaya orang-orang yang berbe­da keyakinan dari mereka.

Anabaptis yang menolak pembap­tisan bayi sangat menusuk hati me­reka. Penganiayaan terhadap orang Baptis kemudian semakin masif, kini masih banyak jejak-jejak bekas pen­jara yang dulu pernah dipakai mengu­rung pengkhotbah Baptis. Tetapi o­rang-orang Baptis semakin bertambah di tengah-tengah penganiayaan ga­bungan raja dan gereja Episkopal.

Tuntutan Merdeka Dari Inggris

Dengan budaya masing-masing pu­nya senjata di rumah, dan meng­ha­dapi penganiayaan yang semakin berat, maka tidak heran jika kemudian muncul pikiran untuk angkat senjata. Orang-orang Bap­tislah kelom­pok ma­sya­rakat Amerika yang paling ingin merdeka dari Inggris. Kita tahu sejarah AS yang kemudian merdeka dari Inggris 1776, dan orang Baptis sangat kecewa karena di UUD tidak tercantum dengan tegas tentang kebebasan beragama. Akhirnya diu­sul­kan aman­dement pertama yaitu bahwa Kongres tidak boleh menge­luarkan hukum ben­tuk apapun yang berhubungan dengan masalah agama, bahwa beragama itu hal yang sebebas-bebasnya.

Sejarah mencatat bahwa Amerika Serikat adalah negara pertama di muka bumi yang sistem pemerintahannya demokratis. Dan rakyat AS karena kebebasan memfasilitasi gereja yang benar sehingga Gereja Baptis bertum­buh pesat. Kebaktian Kebangunan Ro­ha­ni diadakan di mana saja tidak perlu ijin. Pengkhotbah hebat-hebat dari Ero­pa silih-berganti mengunjungi dan membuat KKR. Gereja dan Sekolah Theologi tumbuh lebih cepat dari jamur. Dosen saya yang lahir sebelum Perang Dunia ke-2 bercerita bahwa saat dia kecil di kota kecilnya pada hari Minggu tidak ada orang yang tertinggal di rumah yang tidak hadir kebaktian.

Secara politik presiden pertama George Washington, memberi teladan, ketika diminta menjadi presiden seu­mur hidup, dia menolak, dan berkata cu­kup dua kali periode. Ia seorang yang sangat rohani yang sungguh lahir baru. Ketika masa Revolusi, dia meminta Chaplan John Gano untuk membap­tisnya ulang, katanya baptisan bayinya adalah yang tidak diketahuinya, dan yang bukan atas kehendaknya.

Demokratis Makmur dan Dicontoh

Karena demokratis, logis dengan mayoritas rakyat yang beriman pada ke­benaran, sehingga AS menjadi negara yang terhebat di muka bumi. Ekono­minya berkembang pesat sehingga menjadi negara yang sangat makmur. Segera negara-negara di Eropa men­con­toh sehingga penganiayaan terha­dap anabaptis mereda.

Perang Dunia I maupun yang II, Eropa tidak bisa menahan Jerman, dan jika tidak ditolong oleh AS maka bangsa Eropa lain sudah tidak ada, semuanya berbahasa Jerman, dan semua orang Asia juga sudah ber­bahasa Jepang.
Pemimpin dunia dan kebanyakan manusia di muka bumi salah menilai. mereka menyangka bahwa AS hebat itu karena demokrasi. Ada benarnya, tetapi sesungguhnya komponen dari demo­krasinya tentu jauh lebih penting. Ma­sya­rakat AS mayoritas adalah orang Kristen alkitabiah yang lahir baru. Me­reka sangat menjunjung tinggi Alkitab. Karena dasar moral yang adalah Alki­tab menyebabkan mereka berpo­litik de­ngan jujur dan bersih, berdagang de­ng­an jujur dan bersih, tanpa korupsi. Sesung­guhnya yang menjadi faktor keberhasilan demokrasi di AS itu bukan sistem demokrasi itu sendiri melainkan komponen rakyat­nya yang mayoritas adalah orang-o­rang baik. Sebab de­mo­krasi itu sebu­ah sistem pemerintahan yang dipilih oleh mayoritas rakyat. Jika mayoritas rakyatnya buruk maka tidak mungkin bisa menghasilkan demokrasi yang baik. Pohon yang jelek tidak mung­kin bisa menghasilkan buah yang baik.
Di negara lain, iblis tahu bahwa ne­gara-negara berlomba berubah dari monarkhi ke demokrasi, ia berusaha keras merusak mayoritas rakyat.

Di saat sistem monarkhi iblis memegang raja, setelah berubah jadi demokrasi iblis tahu sekarang dia harus pegang mayoritas rakyat. Apakah sistem de­mokrasi akan lebih baik, lebih berhasil? Belum tentu, sangat tergantung pada kondisi mayoritas rakyatnya.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *