Seberapa pentingkah Alkitab bagi orang Kristen? Jawabannya, sangat amat penting, karena itu adalah fondasi iman kekristenan, itu adalah nyawa kekristenan. Alkitab adalah segala-galanya bagi orang Kristen.
Apa Alasan Percaya Alkitab Firman Allah?
1. Alkitab adalah satu-satunya buku yang tidak ada salah dalam teks bahasa aslinya, PL Masoretic Text, dan PB Textus Receptus. Karena Alkitab adalah firman dari Allah yang maha benar. (jika temukan kesalahan silakan cari saya).
2. Alkitab adalah satu-satunya kitab yang mengajarkan moral yang tertinggi. Karena Alkitab adalah firman dari Allah yang maha suci, atau maha bermoral.
3. Alkitab adalah satu-satunya kitab yang berisikan nubuatan. Hanya Alkitab yang menyatakan dengan jelas hal-hal yang masih jauh di depan, dan kemudian terjadi. Karena Alkitab adalah firman dari Allah yang maha tahu.
4. Alkitab adalah satu-satunya kitab yang menyatakan keadilan bahwa dosa harus dihukumkan, tidak ada cara untuk menghapuskan dosa selain dihukumkan. Karena Alkitab adalah firman dari Allah yang maha adil.
5. Alkitab adalah satu-satunya kitab yang menyatakan kasih Allah yang paling besar, Ia mengorbankan anakNya yang tunggal untuk menyelamatkan umat manusia. Karena Alkitab adalah firman dari Allah yang maha kasih.
Tentu masih banyak alasan lagi yang menyatakan Alkitab adalah firman Allah, dan satu-satunya. Di luar Alkitab tidak ada firman Allah, baik lisan maupun tertulis.
Konsep ini adalah fondasi iman kekristenan yang terpenting. Kekristenan bukan iman yang buta, melainkan iman yang didasarkan pada akal sehat yang diciptakan Tuhan. Dan tentu ini adalah konsep yang paling dibenci oleh iblis.
Kitab Perjanjian Lama (PL) Bukan Otoritas Final
Pada saat Yohanes dan Yesus Kristus muncul, dunia Yahudi telah memiliki Kitab Perjanjian Lama (PL). Dan mereka juga memiliki banyak kitab lain, misalnya kitab orang jujur (Yos 10:13), kitab sejarah raja Daud (1 Taw.27:24), Talmud dll. Tetapi Tuhan hanya mengakui 39 kitab yang tergabung dalam Taurat, Nabium, dan Kethubim (Luk. 24:44) sebagai firmanNya.
Kitab-kitab PL mengajarkan ibadah simbolistik, ritualistik, jasmaniah (SRJ). Asal usul ibadah demikian karena Tuhan berjanji akan kirim Juruselamat sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Janji Juruselamat Karena dosa hanya dapat diselesaikan melalui penghukuman. Juruselamat akan dihukumkan menggantikan manusia yang akan diselamatkannya. Sebelum Juruselamat tiba, Tuhan menyuruh manusia menyembelih seekor domba sebagai simbol Sang Juruselamat di atas mezbah. Fungsi ibadah simbolistik, ritualistik dan jasmaniah ialah untuk mengingatkan pelakunya akan janji Allah bahwa Ia akan mengirim Juruselamat untuk menyelamatkan manusia. Tentu ibadah SRJ dilaksanakan SAMPAI Juruselamat yang DISIMBOLKANNYA tiba.
Orang Yahudi tidak bisa terima bahwa ibadah SRJ mereka yang berpusat di Bait Allah HARUS berhenti ketika Yohanes menunjuk Yesus Kristus dan menyatakan Dialah ANAK DOMBA ALLAH (Yoh.1:29), inti ibadah SIMBOLIK mereka tiba. Mereka menolakNya, bahkan mereka menyalibkanNya.
Tuhan mengumpulkan orang-orang yang menerimaNya, dan menjadikan mereka Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (TPDK) 1Tim.3:15. Inilah JEMAAT Perjanjian Baru yang ditugaskan untuk memberitakan kabar baik (Injil) bahwa Juruselamat telah tiba dan bangsa Yahudi menolakNya serta menyalibkanNya, tanpa sengaja penyaliban itu seperti persembahan seekor domba di atas mezbah. Setiap orang yang rela mengaku diri orang berdosa dan mengaminkan Yesus Kristus dihukumkan menggantikannya, maka semua dosanya akan dihitung terhukumkan pada diri Sang Juruselamat.
Anggur Baru Harus Memakai Kirbat Baru
Jemaat PB bukan jemaat Yahudi yang berpatokan pada kitab PL menantikan kedatangan Sang Juruselamat. Jemaat PB adalah proyek Tuhan untuk menyelamatkan manusia berdosa setelah bangsa Yahudi tidak mau percaya kepadaNya. Jemaat PB tidak lagi beribadah secara simbolistik ritualistik jasmaniah (SRJ), melainkan beribadah secara Hakekat, Rohaniah dalam Kebenaran (HRK). Ibadah SRJ menekankan jasmani sedangkan HRK menekankan hati. Ibadah HRK tidak lagi terikat pada tempat, waktu, dan sikap tubuh, karena ibadah ini berbasis HATI yang terjadi sepanjang waktu, dan di semua tempat.
Jemaat PB dengan sistem ibadah HRK, dipimpin oleh para Rasul Yesus Kristus. Para Rasul diberikan wahyu lisan untuk mengajar secara lisan. Dan Tuhan menginspirasikan mereka menuliskan kitab PB. Mereka bernubuat, berbahasa lidah, dan mendapat pengetahuan langsung untuk menyatakan hal-hal yang tersembunyi. Tentu tidak ada orang yang ikut ketika Tuhan dicobai iblis setelah puasa empat puluh hari, tetapi pengetahuan itu dinyatakan kepada Matius sehingga bisa dituliskan.
Jemaat paling awal yang dimulai di Yerusalem belum ada patokan yang baku dan pasti karena kitab PL sudah tidak memenuhi kebutuhan ibadah HRK. Bahkan sampai Kis 10, Petrus masih belum berani makan babi kecap karena masih percaya itu haram. Tuhan perlu menurunkan penglihatan sampai tiga kali untuk memaksa Petrus membuang konsep PL-nya.
Banyak orang berbuat kesalahan karena mencontoh tindakan jemaat awal Yerusalem padahal itu belum jemaat yang benar alkitabiah karena kekristenan baru start, dan belum ada patokan baku. Contoh, Karl Marx menciptakan sistem masyarakat KOMUNISME karena mau mencontoh kehidupan jemaat Yerusalem yang mengumpulkan harta mereka dan hidup bersama. Padahal KOMUNISME sama sekali bukan kehendak Tuhan, karena itu akan menghancurkan kehidupan yang rasional. Jika kekayaan milik bersama maka orang akan berlomba malas bukan berlomba rajin. Lalu mengapa jemaat mula-mula bisa terapkan komunisme dan berjalan dengan baik? Jawabnya karena mereka di bawah situasi penganiayaan. Jika sekelompok orang di bawah penganiayaan, maka mereka pasti bisa kumpul bersama, semua harta mereka bisa dilebur jadi milik bersama. Tetapi tidak baik untuk diterapkan pada situasi damai karena sifat tiap orang berbeda.
Apa yang tercatat di Kisah Para Rasul bukan pengajaran (doktrin), bahkan bukan keadaan yang benar untuk dicontoh, tetapi hanya memberitahukan tentang keadaan jemaat PB saat dimulai dan keadaan para Rasul yang diberi wahyu bertahap progresif menuju keadaan yang semakin sempurna. Jemaat Yerusalem mengalami kelegaan dari penganiayaan karena mereka kembali menyunatkan bayi mereka yang tentu tidak boleh dicontoh. Mereka tidak memakan makanan “haram”, bahkan mereka tetap melakukan upacara Pentahiran yang juga tidak boleh dicontoh. Semua itu terjadi karena pewahyuan yang bersifat PROGRESIF, semakin hari semakin sempurna.
Penyusunan Kitab Perjanjian Baru (PB)
Sambil jemaat PB berjalan dan berkembang, Tuhan menurunkan wahyuNya, dan menginspirasikan wahyu untuk dituliskan agar tersedia wahyu tertulis (written revelation) yang akan menjadi patokan kebenaran sepanjang masa. Dari jemaat-jemaat muncul persoalan, dan persoalan itu diselesaikan dengan pengiriman surat, sehingga tanpa disadari banyak pihak, tercipta surat-surat yang sifatnya pengajaran (doktrinal). Dan kemudian Tuhan menurunkan wahyu finalnya kepada Rasul yang terakhir, yaitu rasul Yohanes, di pulau Patmos. Sesudah penulisan kitab Wahyu, sekitar tahun 98 AD, kemudian rasul Yohanes dipanggil pulang.
Dengan meninggalnya rasul Yohanes maka tidak ada lagi Rasul. Jemaat yang berhikmat tahu bahwa karena tidak ada lagi rasul maka kitab Wahyu adalah wahyu terakhir, final. Tidak ada orang yang boleh mengklaim diri Rasul Kristus Yesus, karena tidak ada lagi. Siapapun yang mengaku dirinya Rasul Kristus, itu pasti rasul palsu.
Semua murid tahu bahwa Tuhan hanya memilih 12 murid yang disebut rasul. Mereka disebut rasul Yesus Kristus. Ketika Yudas Iskariot terhilang, mereka memilih Matias sebagai penggantinya. Paulus yang tadinya bernama Saulus menghadapi kecurigaan untuk menyandang status Rasul karena dia tidak dalam rombongan. Kelihatannya, ada jemaat di Korintus yang mempermasalahkan kerasulannya sehingga di 2Kor12:12 Paulus perlu menegaskan bukti kerasulannya. Dan, melalui ayat ini kita jadi tahu bahwa hanya Rasul Yesus Kristus saja yang diberi karunia melakukan mujizat. (Baca Kis.2:43, 5:12).
Akhirnya kita tahu bahwa kitab PL yang terdiri 39 kitab adalah firman Tuhan yang diturunkan di masa sistem ibadah simbolistik, ritualistik dan jasmaniah (SRJ), dan semua tulisan yang ditulis para Rasul, yang di-backup para Rasul, dan yang di-proofread para Rasul artinya yang beredar selagi masih ada Rasul, itu adalah firman Tuhan. Dan kitab Wahyu adalah kitab terakhir, yang ditulis oleh Rasul terakhir.
Alkitab Otoritas Satu-satunya
Setelah penulisan kitab PB selesai, dan digabungkan dengan kitab PL yang sudah ada dan sudah dipakai di zaman ibadah SRJ, maka terbentuklah sebuah kitab yang terdiri dari 66 kitab. Inilah satu-satunya otoritas karena inilah satu-satunya firman Tuhan. Mustahil Tuhan akan turunkan firman lagi karena itu pasti akan mengganggu otoritas Alkitab. Lagi pula karena sudah tidak ada Rasul lagi, jika ada orang berkata bahwa Tuhan berbicara kepadanya, siapakah yang punya otoritas untuk memastikan atau memvalidasi bahwa itu wahyu Tuhan, bukan bentuk sabotase iblis.
Dengan 66 kitab ini semua gereja harus diukur untuk mengetahui ketepatan pengajarannya, termasuk gereja pertama yang berdiri di Yerusalem. Kita tahu bahwa saat gereja pertama berdiri belum ada patokan sistem ibadah HRK, dan anggota jemaatnya adalah penganut Yudaisme yang fondasi doktrinnya ialah kitab PL. Kita tidak menyalahkan mereka jika mereka masih takut memakan babi kecap, dan masih menyunatkan bayi mereka. Pengajaran Rasul yang lisan tentu tidak bisa diingat secara sempurna. Tetapi, setelah pengajaran (doktrin) yang diajarkan oleh Rasul-rasul semakin sempurna, dan terlebih Alkitab selesai, maka gereja-gereja HARUS berpatokan pada Alkitab, terutama kitab Perjanjian Baru (PB). Ingat, kitab PL itu dasar bagi iman zaman ibadah Simbolistik, Ritualistik dan Jasmaniah (SRJ) yang tidak cocok untuk diterapkan lagi pada jemaat PB dengan sistem ibadah Hakekat, Rohaniah dalam Kebenaran (HRK).
Mengapakah kitab PL tetap dipertahankan jika tidak cocok jadi patokan? Jawabnya, Kitab PL memberitahukan banyak hal yang menjadi dasar bagi kebenaran kitab PB. Kitab PL memberitahukan kita tentang berbagai permulaan. Kitab PL memberitahukan kita konsep penghukuman untuk menyelesaikan dosa. Dan kitab PL memberitahukan kita tentang konsep penebusan. Banyak hal dalam PB akan sulit dimengerti tanpa kitab PL, misalnya tiba-tiba Yesus Kristus adalah DOMBA Allah akan sulit dipahami tanpa memahami domba korban Habel, domba korban Paskah dll. Namun kitab PL tidak bermakna tanpa memahami penggenapannya di kitab PB.
Semua adat-istiadat harus dibuang dan gereja yang benar hanya berpatokan pada Alkitab (66 kitab). Gereja yang benar hanya memiliki satu dasar single standard tidak boleh double standard apalagi sampai multiple standard.
Iblis Sangat Tidak Senang
Setelah jemaat PB memiliki patokan kebenaran, yaitu KANON ALKITAB, tentu iblis sangat tidak senang. Ia tahu dengan keadaan demikian ia akan mengalami kesulitan untuk menyesatkan jemaat PB.
Iblis berusaha keras agar gereja memasukkan adat-istiadat, tradisi, dan berbagai extra-biblical authorities ke dalam jemaat untuk mempengaruhi pengajaran (doktrin) dan tindakan gereja. Dengan dasar kebenaran yang double, triple bahkan multiple, maka akan menghasilkan gereja yang kacau yang jauh dari harapan Tuhan. Gereja demikian tidak akan menjadi Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (TPDK), melainkan akan menjadi pusat penyesatan.
Iblis bekerja keras sehingga muncul gereja yang memasukkan Apokripa sebagai firman Tuhan. Sama seperti orang Yahudi menambah Talmud selain kitab PL. Terlebih lagi ketika ia berhasil menghasut pimpinan gereja menjadikan keputusannya (dekrit) sejajar dengan Alkitab, Iblis tertawa puas. Gereja demikian pasti menyimpang jauh dari harapan Tuhan, sebaliknya akan sangat memuaskan keinginan iblis.
Iblis juga memunculkan orang-orang yang bisa dipakainya untuk mengganggu Alkitab dengan cara lain. Mereka menyeru-nyerukan pembuat mujizat padahal karunia melakukan mujizat adalah karunia pembuktian kerasulan. Dengan memunculkan pembuat mujizat maka iblis berhasil mengacaukan kekhususan jabatan rasul. Dan dengan kekacauan jabatan rasul maka otomatis terjadi kekacauan konsep Alkitab sebagai kanon tertutup. Iblis biasanya memacu mereka untuk bersemangat, bahkan menganjurkan mereka mematikan akal sehat.
Iblis bermain dahsyat di dalam kelompok ini, sambil menutup akal sehat mereka ia mengajak mereka ke arena subyektif. Iblis merangsang pemimpin mereka bernubuat padahal tidak ada wahyu dari Tuhan karena memang pewahyuan sudah ditutup. Nubuatan mereka kadang tepat secara kebetulan dan kalau salah pun mereka tidak malu karena pengikut mereka tetap mengikuti mereka dengan setia.
Mereka dipimpin semakin jauh dari Alkitab yang adalah satu-satunya firman Tuhan. Mereka percaya Yesus yang dilukis sembarangan, berdoa dengan setia kepada laki-laki gondrong yang ganteng, padahal tidak demikian menurut Yesaya 53:2-3. Belakangan mereka membuat patungnya di berbagai bukit dan sangat menyanjungnya, mengajar kepada anak-anak mereka bahwa itu Tuhan.
Ketika kita mengajak mereka kembali kepada Alkitab dan memakai akal sehat, mereka berkata tidak, dan mereka juga ngotot hanya mau memakai Roh Kudus tanpa akal sehat. Mereka tinggalkan Alkitab, firman Tuhan yang pasti, dan menari ria di dalam roh yang tidak pasti. Mereka tidak mengerti bahwa Roh Kudus telah menyelesaikan Alkitab dan mau manusia menjadikan Alkitab SATU-SATUNYA OTORITAS KEBENARAN. Sukar sekali untuk menyadarkan mereka bahwa mereka ditipu iblis yang menggiring mereka ke alam roh yang tidak ada kepastian dan tidak bisa dideteksi.
Ketika mereka kerasukan roh, mereka tidak tahu roh apa yang merasuki mereka. Mereka sangat yakin bahwa mereka dipenuhi Roh Kudus. Ketika ditanya bagaimana mereka tahu bahwa mereka dipenuhi Roh Kudus, bukan roh iblis, biasanya mereka memakai perasaan sebagai alat penilai. Bahkan ada yang menjawab, saya kan percaya Yesus, masak roh iblis yang merasuki saya? Tanpa disadarinya bahwa Yesus yang diimaninya adalah Yesus kalender atau yang patungnya di atas bukit
Tuhan sudah menyediakan Alkitab, firman tertulis yang pasti, namun mereka tertipu iblis untuk kembali ke alat tak pasti yang telah ditinggalkan. Mereka masih percaya mimpi, dan percaya penglihatan, bahkan ada yang selalu mendengar bisikan suara seperti penderita schizophrenia. Mereka meyakini itu dari Tuhan sekalipun tidak ada cara untuk memastikannya. Contoh, ada di antara mereka yang mengklaim lihat Yesus. Ketika ditanya bagaimana cara dia pastikan itu Tuhan Yesus? Ujung-ujungnya marah.
KESIMPULAN
Suatu kelompok atau denominasi tidak mungkin ALKITABIAH jika memiliki EXTRA-BIBLICAL AUTHORITY. Alkitabiah itu artinya percaya pada Alkitab, dan HANYA Alkitab saja. Iblis berjuang keras agar manusia percaya pada kitab lain, atau menempatkan kitab lain setara dengan Alkitab. Jika tidak mau menempatkan kitab lain di samping Alkitab, Iblis berjuang agar ia percaya saja pada mimpi, bisikan roh, atau penglihatan. Intinya iblis tidak mau seseorang percaya HANYA pada Alkitab saja.
Jika Anda marah setelah baca artikel ini, itu adalah bukti bahwa ada roh yang tersinggung di dalam Anda. Kiranya Pembaca bertambah hikmat setelah membaca Artikel ini.
Menulis dengan penuh kasih agar yang tersesat bisa kembali ke jalan yang benar.