Rasul Paulus mengatakan, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2Tim 4:2).
Mengapakah Rasul Paulus mendesak sebegitu keras agar Timotius si penerima surat untuk memberitakan Firman, sampai dia katakan baik atau tidak baik waktunya? Jawabannya ialah Paulus tahu bahwa Allah tidak pilih orang-perorang masuk Sorga melainkan sangat tergantung pada pemberitaan Injil.
Ada Filsafat Yang Menghancurkan Semangat Penginjilan
Sudah setengah milenium filsafat yang sangat menyesatkan berkumandang, yang menurut Laurence Vance berhasil mewabahi seluruh kekristenan, bahwa Allah telah menetapkan (predestinated) sejumlah orang yang masuk Sorga dan juga telah mengutuk sejumlah orang ke Neraka tanpa alasan (unconditional). Mereka sedemikian hebat mengargumentasikannya sehingga terlihat hampir-hampir benar. Tetapi jika dicermati dengan hikmat dari Tuhan, akan terlihat bahwa dasar yang mereka pakai sesungguhnya adalah filsafat yang berpusat pada premis bahwa Allah maha tahu dan maha berdaulat.
Menurut Rasul Paulus, jumlah orang yang masuk Sorga sangat tergantung pada kegiatan pemberitaan Injil oleh orang yang terdahulu diselamatkan oleh Injil.
“Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” (Rm 10:13-14).
Menurut Rasul Paulus tidak ada orang bisa percaya sesuatu yang tidak pernah didengarnya. Itulah sebabnya sangat perlu pergi memberitakan Injil baik atau tidak baik waktunya. Filsafat yang dihembuskan oleh para bidat yang bernama Agustinus dan diteruskan oleh Calvin, mengajarkan secara bertentangan dengan yang dikatakan Rasul Paulus bahwa orang harus mendengar Injil barulah ia bisa percaya. Menurut mereka yang saya sebutkan itu, Tuhan perlu menghidupkan dulu manusia yang menurut mereka sudah mati seperti mayat, barulah orang itu bisa mendengar Injil.
Saya sudah baca Alkitab ulang-ulang dan tidak menemukan ayat Alkitab yang mendukung konsep mereka. Alkitab menuliskan bahwa manusia yang jatuh dalam dosa menjadi sangat pintar,
“Berfirmanlah TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.” (Kej 3:22).
Bahkan Tuhan sendiri menyatakan bahwa manusia sudah sangat pintar, apapun yang mereka ingin lakukan akan terlaksana.
“dan Ia berfirman: “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.” (Kej 11:6).
Setelah kejatuhan manusia memang sangat pintar, bisa bikin pesawat yang dua ratus ton terbang ke angkasa. Bisa bikin HP yang sedang saya pakai untuk tulis dan kirim artikel ini. Namun manusia mengalami kerusakan moral, dan mengalami kematian rohani.
“Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” (Efe.2:1).
“Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,” (Kol 2:13).
Manusia yang jatuh ke dalam dosa itu mati, bukan berarti mereka seperti mayat, karena masih bisa bikin rumah bahkan mau membangun menara. Pengajar filsafat sesat mengajarkan bahwa mati secara rohani itu kondisinya seperti mati jasmani sehingga tidak bisa merespon perkara rohani. Tetapi baik Alkitab maupun pengamatan kita terhadap kehidupan manusia, kita dapatkan bahwa manusia masih tertarik terhadap perkara rohani. Segala macam bentuk penyembahan yang dilakukan manusia adalah bukti bahwa secara rohani manusia masih peka dan bereaksi ingin menyembah sesuatu.
Kalau begitu, apakah yang dimaksud Rasul Paulus dalam surat-suratnya bahwa manusia itu tadinya saat belum diselamatkan adalah mati? Sesungguhnya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud manusia mati rohani ialah tidak memiliki hubungan harmonis dengan Allah Sang Pencipta, putus hubungan. Allah maha kudus, maka sejak kejatuhan manusia telah mengakibatkan manusia terpisah dari Allah.
Di bagian lain Rasul Paulus menggambarkan bahwa orang yang belum diselamatkan itu buta, seperti ada selaput menyelubungi mata mereka. Dan selaput mata mereka akan terlepas pada saat mereka menerima bahwa Yesus adalah Sang Mesias, Juruselamat dunia.
“Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.” (2Kor 3:14).
Rasul Paulus pernah dalam kondisi buta rohani seperti mereka. Tetapi, sejak dia menerima Yesus sebagai Mesias dan Juruselamat yang dijanjikan, maka seluruh rahasia rohani yang terkandung dalam seluruh kitab PL yang pernah dibacanya yang tadinya tidak dipahaminya mendadak terlihat terang dan jelas seperti seorang yang selaput matanya terlepas.
Artinya setiap manusia berdosa yang mati rohani karena terpisah dari Allah yang maha kudus, ketika mendengarkan berita Injil, panggilan dari Allah, dan mau mengaku diri orang berdosa serta menyesali dosanya, serta menyambut karya Yesus yang menanggung dosanya, maka selaput matanya terlepas, serta saat itu juga ia dimeteraikan oleh Roh Kudus.
“Di dalam Dia kamu juga — karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu — di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.” (Efe. 1:13).
Jadi, mati rohani yang disimpulkan oleh pembela filsafat predestinasi bahwa tidak bisa merespon berita Injil, adalah salah total. Manusia berdosa tetap bisa mendengar dan merespon menerima atau menolak, atas semua hal baik yang rohani maupun yang non rohani. Mati rohani itu ialah terpisah dari Allah yang adalah sumber kehidupan.
Beritakan Injil (Firman) Segiat-giatnya
Karena manusia bisa mendengar, dan bisa merespon semua berita, bahkan pintar berargumentasi, maka Tuhan perintahkan untuk memberitakan Injil, bahkan saking menekankan urgensinya, dikatakan beritakan kepada segala makhluk.
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk 16:15).
Dari ayat yang terkutip sudah terlihat jelas bahwa Tuhan menginginkan Injil diberitakan, dan pendengar yang percaya akan selamat. Pemberi perintah pasti tahu persis bahwa manusia berdosa bisa mendengar dan bisa percaya, jika tidak, mustahil Ia memerintahkan untuk memberitakannya. Dan terlihat juga bahwa pemberi perintah tahu bahwa tidak semua manusia yang mendengar akan percaya maka ada kalimat SIAPA YANG PERCAYA, yang berarti akan ada yang percaya dan ada yang tidak percaya.
Rasul Paulus juga mengatakan bahwa IMAN timbul dari mendengarkan Injil, bukan di satu tempat tetapi di beberapa tempat.
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Rm 10:17).
“Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,” (Flp 1:27)
Misionaris Pergi Beritakan Injil
Tanpa misionaris pergi ke sebuah daerah yang belum pernah diberitakan Injil, orang di daerah itu tidak bisa diselamatkan. Teori filsafat pemilihan orang masuk Sorga itu teori salah yang bukan didasarkan pada Alkitab. Adalah hal yang terlalu bodoh untuk percaya bahwa sebelum William Carey ke India Tuhan tidak pilih satu orang India pun untuk masuk Sorga. Bagaimana mungkin sebelum misionaris tiba di Papua Tuhan tidak memilih satu orang pun orang Papua untuk masuk Sorga?
Filsafat Calvinisme telah mematikan semangat pemberitaan Injil ke suku-suku terpencil. William Carey dilarang berangkat ke India oleh seorang Gembala Gereja Baptis yang terpapar Calvinisme, dan untunglah Carey ngotot tetap pergi. Pada abad 18 di AS ada kelompok gereja Baptis yang disebut Particular Baptis yang terpapar Calvinisme yang menentang pengiriman misi. Mereka percaya bahwa penebusan Yesus Kristus hanya untuk orang yang dipilihNya, namun mereka tidak tahu siapa saja yang dipilih. Menurut mereka sejak dalam kekekalan Allah telah mengutuk sebagian orang (reprobate) ke Neraka TANPA ALASAN (unconditional), dan usaha pengiriman misi itu usaha yang percuma.
KESIMPULAN
Artikel ini saya tulis tanpa bermaksud menyudutkan gereja manapun dan pribadi siapapun. Tujuan saya adalah agar pembaca tahu bahwa Tuhan perintahkan kita untuk memberitakan Injil kepada semua manusia baik atau tidak baik waktunya, bahkan saking dahsyat penekanannya sampai dihiperbolkan hingga kepada segala makhluk.
Tuhan mau setiap manusia mendengarkan Injil, kalau orang yang mendengarkan menjadi percaya maka akan diselamatkan, sedangkan yang tidak percaya akan dihukum. Mustahil perintah ini diberikan jika Tuhan tahu manusia tidak bisa merespon. Hanya orang dungu yang memerintahkan orang memberitakan sesuatu kepada robot.
Adalah kesimpulan yang sangat salah bahwa dalam kekekalan Tuhan sudah memilih dan menetapkan pribadi orang-perorang masuk Sorga dan pribadi orang kebanyakan dikutuk ke Neraka (reprobate). Jika usaha misi menginjili suku-suku primitif bukan sebuah perjuangan dan pengorbanan yang indah mulia di mata Tuhan, maka para misionaris adalah orang-orang bodoh dan malang. Bagi saya para misionaris adalah orang-orang yang sangat berjasa, segala jerih-lelah mereka bahkan pengorbanan mereka pasti akan Tuhan ganti dengan mahkota kemuliaan.*
Jakarta, 1 Oktober 2022
DR. SUHENTO LIAUW, DRE., TH.D.
<www.graphe-ministry.org>
<drsuhentoliauw.graphe-ministry.org>
YouTube channel: GBIA GRAPHE & GBIA INDONESIA.
Maranatha!