Tiap-tiap Hari Menelusuri Sejarah Baptis-Keseragaman, Tata Cara, dan Perbedaan Pendapat

Nas: _ Yesaya 14:1-15_

Persoalan hubungan gereja/negara berakar dari usaha panjang Setan dan raja-raja sistem dunia ini untuk “naik mengatasi ketinggian awan-awan” dan “menyamai Yang Mahatinggi” (Yes 14:14). Kehendak Allah mengenai hubungan gereja/negara dengan jelas dinyatakan dalam laranganNya bagi seorang Lewi untuk menjadi seorang raja atau orang mana pun dari kerajaan Yehuda untuk menjadi seorang imam. Saul ditolak oleh Allah ketika ia melanggar hukum dengan mengambil alih jabatan imam dan mempersembahkan korban kepada Tuhan. Hanya Yesus Kristus, yang berdasarkan peraturan Melkisedek, dapat melayani sebagai imam dan raja.

Setelah pemilu tahun 1661 di Inggris, gereja Anglikan mendominasi Parlemen dan mempengaruhinya untuk menye-tujui sebuah revisi dari Anglican Book of Common Prayer [Buku Doa Gereja Anglikan]. The Act of Unifomity [Undang-undang Keseragaman] segera mengikuti, dan undang-undang tersebut mendapatkan persetujuan kerajaan pada tanggal 19 Mei 1662. Undang-undang itu menuntut bahwa semua pelayan Injil harus mendapatkan penahbisan gereja Episkopal/Anglikan dan bahwa, dengan ancaman akan dicabut semua jabatan gerejanya, setiap pelayan Injil harus, pada suatu hari Minggu tertentu sebelum Perayaan St. Bartholomew (Agustus 24), secara terbuka menyatakan “persetujuannya yang sungguh-sungguh kepada semua orang, terhadap segala sesuatu yang terdapat dan dijelaskan di dalam dan oleh…the Book of Common Prayer.”

Sebelum kejadian ini, kurang lebih 700 pelayan Injil yang penahbisannya terjadi pada masa peralihan (waktu itu Inggris sempat beralih dari sistem Monarki ke sistem Parlementer, lalu kembali ke Monarki lagi), telah dipaksa meninggalkan jabatan mereka dengan berbagai jenis tekanan, dan lebih dari seribu pelayan mengikuti jejak mereka karena merasa tidak dapat membuat deklarasi semacam itu [menyetujui isi Buku Doa Gereja Anglikan]. Kaum Baptis menolak keseluruhan konsep gereja negara dan metode pendirian dan pembiayaannya, bahkan jika orang-orang itu pantas untuk menerimanya. Banyak dari para pelayan yang ditolak itu akhirnya menjadi Baptis. Diperkirakan ada sebanyak 1760 pelayan Injil yang akhirnya dikeluarkan, dan kebanyakannya adalah karena mereka telah menentang baptisan bayi.”¹

Konsekuensi tidak langsung dari semua ini bagi kaum Baptis sangatlah besar. Pertama, ketika begitu banyak orang dan jemaat meninggalkan gereja negara, hal itu berarti kaum penentang sebagai sebuah kelompok, sekarang jauh lebih mungkin bertahan dibandingkan jika mereka hanyalah beberapa kelompok Independen, Baptis, dan Quaker. Kedua, sejumlah pelayan yang dikeluarkan beserta umat mereka, setelah memikirkan secara menyeluruh tentang keyakinan mereka, akhirnya menjadi Baptis. Hal ini mengakibatkan berdirinya sejumlah gereja-gereja Baptis baru selama masa penganiayaan.

Act of Conformity menekankan bahwa pemerintah membayangkan satu gereja dengan tidak ada bentuk lain penyembahan (gereja), bahkan jika gereja ini menghidupi diri sendiri dan tidak menerima bantuan finansial dari pemerintah. Pada masa itu, orang-orang ditahan “baik karena ketidakhadiran dalam paroki gereja mereka” dan “karena berkumpul untuk berencana jahat dan pemberontakan dalam pertemuan-pertemuan yang tidak sah dengan dalih agama.”² Penganiayaan tidaklah sama tergantung pada kepribadian lokal dan hubungan antar-pribadi. Di beberapa tempat, adalah menakjubkan bahwa jemaat-jemaat dapat bertahan, tetapi jelas bahwa baik di pemerintah pusat maupun di daerah-daerah lokal tidak ada keinginan yang konsisten untuk membasmi semua perbedaan pendapat.

Hukuman-hukumannya bervariasi mulai dari dikenakan denda, pemenjaraan, pengasingan, hingga ancaman hukuman mati. Kebebasan berkeyakinan kita tidaklah datang dalam satu malam, tetapi adalah buah yang kita nikmati setelah beratus-ratus tahun perjuangan dan penderitaan. Kiranya kita memeliharanya dan berani untuk berdiri menghadapi seluruh peraturan yang akan membatasi kebebasan hati nurani kita dan yang mempromosikan gereja negara atau negara-agama.

EWT
____

¹ B. R. White, A History of the English Baptists (n.p.: American Baptist Historical Society, n.d.), 1:102-3.
² Ibid., hal. 104.
_________

Renungan Tambahan DR. SUHENTO LIAUW:

1. Iblis adalah makhluk yang tidak bisa malu, dan juga tidak bisa capek, serta tidak mati. Sepanjang sejarah ia melancarkan serangan kepada pembela kebenaran. Ia pernah memakai raja dan ratu, dan memakai gereja yang didirikannya untuk membelokkan kebenaran dan menganiaya para pembela kebenaran. Sekarang pun ia tetap mencari orang-orang yang bisa dipakainya. Jangan sampai Anda jadi alatnya.

2. Ketika negara merasa berhak mengurusi agama, pasti ia akan dipakai iblis untuk menganiaya. Tuhan saja memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih mau ikut Dia atau ikut iblis. Tetapi iblis tidak rela memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih tidak mau ikut dia. Ia terbukti dalam sejarah menganiaya orang yang memilih tidak mau ikut dia.

3. Jika Anda mau mencari agama yang benar, ketahuilah bahwa agama yang benar adalah yang mengajarkan KETERPISAHAN antara agama dan negara. Kalau Anda mau mencari gereja yang benar? Sama, pelajarilah sejarah, gereja yang benar adalah yang mengajarkan KETERPISAHAN antara gereja dan negara, yang mengajarkan berikan pada kaisar yang menjadi hak kaisar, dan kepada Tuhan yang menjadi hak Tuhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *