BIANG SEMUA PENGANIAYAAN KEAGAMAAN

Ketika saya memposting sejarah penganiayaan kaum Anabaptis, banyak orang yang tidak membaca sejarah tidak tahu bahwa dulu kelompok Kristen melakukan penganiayaan yang sangat dahsyat terhadap kelompok Kristen lain. Banyak orang tidak tahu bahwa banyak kelompok Kristen telah memakai Alkitab dan memakai nama Yesus menganiaya orang dengan cara yang lebih kejam dari para pejuang ISIS di Timteng.

Kelompok Kristen itu menyiksa orang di atas rak, dengan cara obyek mereka dibaringkan di atas rak dengan kaki dan tangan diikat dan ditarik sampai sendi-sendinya copot. Anda bisa bayangkan betapa sakitnya. Ada yang digantung kedua tangannya dengan pemberat pada kakinya dan setelah dinaikkan kemudian dilepas mendadak sehingga yang dianiaya jatuh dengan pemberat di kaki, biasanya sendi paha atau lutut bisa copot. Ada yang dipenjarakan puluhan tahun dari seorang yang gemuk tak bisa lewati jeruji penjara sampai menjadi kurus kering dan bisa lolos jeruji penjara. Ada yang dipasung tangan dan kepala di pasar untuk diolok-olok oleh semua orang. Dipenggal itu cara yang paling nyaman dibandingkan yang ditenggelamkan dan dibakar hidup-hidup.

Siapa menganiaya siapa?

Sejarah mencatat, setelah Yesus Kristus dianiaya hingga disalibkan, kaisar demi kaisar, raja demi raja, menganiaya para Rasul dan murid-murid Kristus. Dalam kitab Kisah Para Rasul tercatat sejumlah penganiayaan yang diderita oleh Rasul Paulus dan murid-muridnya. Sebelumnya Rasul Paulus yang tadinya bernama Saulus adalah pemimpin penganiaya, namun kemudian ia bertobat.

Penganiaya pertama terhadap kekristenan ialah orang Yahudi yang memakai tangan pemerintah Roma. Mereka berkolaborasi bahkan menyogok pemerintah untuk memihak mereka dan menganiaya penganut ajaran baru yang tidak mereka senangi. Karena pengajaran Yesus dan para muridNya berbeda dari pengajaran mereka, dan mereka kalah dalam argumentasi, akhirnya mereka memakai JURUS menganiaya dengan tangan pemerintah, dan kadang pakai preman pasar, atau massa yang bodoh dan ikut-ikutan.

Sejak Konstantin jadi kaisar Roma tahun 303 AD, penganiayaan pagan terhadap Kristen berhenti karena kaisar bersimpati terhadap kekristenan. Terlebih setelah Edict of Milan tahun 313 AD, maka kekristenan diakui Kekaisaran Roma, dan pelan-pelan Kekristenan bukan diakui saja melainkan dijadikan agama negara secara universal (Katolik), Sylvester yang adalah Bishop Kota Roma berkembang menjadi pemimpin seluruh gereja Roma yang Am atau Universal atau Katolik.

Semenjak saat itu, semua iman yang berbeda dari iman yang dipatok oleh gereja Roma yang Am itu dilarang. Dan bayi harus dibaptis menjadi Kristen karena agama Kristen telah disatukan dengan Kekaisaran Roma. Sudah pasti orang Kristen yang mengerti kebenaran saat itu tidak setuju bayi yang belum mengerti apapun dikristenkan. Mereka juga tidak setuju kaisar ikut campur tangan urusan iman dan gereja. Karena mereka tidak setuju pembaptisan bayi, maka setelah dewasa mereka yang berhasil disadarkan, bertobat dan percaya, diminta membuat pengakuan iman dan dibaptiskan atas dasar pengakuan iman mereka. Kelompok ini diberi nama ANABAPTIS yang artinya PEMBAPTIS ULANG.

Kelompok ANABAPTIS ini kemudian menjadi sasaran penganiayaan oleh gereja Konstantin. Tentu mereka bersembunyi, bahkan sampai membuat terowongan bawah tanah, katakombe untuk bertahan. Nama mereka tentu jadi rahasia apalagi nama pemimpin mereka sehingga luput dari pencatatan sejarah. Keberadaan mereka biasanya justru dari catatan musuh bahwa mereka berhasil memusnahkan sejumlah bidat di sebuah wilayah. Mereka disebut bidat oleh penganiaya sebagai alasan agar bisa menyiksa dan membunuh mereka dengan sambil pegang Alkitab dan teriak demi Yesus.

Mengapa Anabaptis Dianiaya?

[1]. Pertama, kaum Anabaptis tidak bisa terima gereja bergabung dengan negara. Kaum Anabaptis tidak mau kaisar atau raja atau pemerintah duniawi terlibat mengatur masalah iman mereka. Mereka tidak mau pemerintah ikut campur tangan sedikit pun urusan iman mereka. Anabaptis paling taat pemerintah dalam semua hal lain kecuali dalam hal iman, mereka tidak mau pemerintah mengatur iman mereka.

[2]. Kedua, kaum Anabaptis tidak setuju orang yang belum bertobat dan belum percaya DIBAPTISKAN atau dipercik untuk dijadikan Kristen. ANABAPTIS bisa melihat bahwa jika orang yang belum bertobat dan belum percaya dibaptis maka ini akan menyebabkan gereja dipenuhi “Kristen” tanpa iman atau tanpa lahir baru. Orang yang layak dibaptis menurut Anabaptis hanyalah orang yang telah membuat pengakuan imannya, tanpa ada batasan umur.

[3]. Ketiga, bagi kaum ANABAPTIS firman Tuhan hanya kitab Perjanjian Lama (PL) dan kitab Perjanjian Baru (PB), tidak boleh tambah dan tidak boleh kurang.

[4]. Keempat, kaum Anabaptis tidak bisa terima adanya jabatan Imam setelah setiap jemaat adalah orang kudus dan anak Allah. Sesungguhnya di zaman PB setiap orang percaya adalah imam, bahkan imamat yang rajani, royal priesthood (1Pet.2:9).

[5]. Kelima, bagi kaum ANABAPTIS keselamatan hanya melalui iman saja, tanpa perlu tambah ibadah buatan manusia, dan berbagai ritual. Bahkan tanpa perlu tambah perbuatan baik. Perbuatan baik dilakukan oleh orang yang SUDAH selamat, bukan dilakukan UNTUK selamat.

Inilah pengakuan iman utama dari kaum ANABAPTIS, dan tentu masih banyak item kecil-kecil lagi. Dan pengakuan iman tersebut oleh gereja Konstantin dianggap bidat, dan layak dimatikan sambil pegang Alkitab dan teriak nama Yesus. Kaum Anabaptis ini kemudian di abad 16 memberi nama gereja mereka dengan nama Gereja Baptis. Pencatat sejarah dengan buta mengatakan bahwa kaum ANABAPTIS mulai pada abad 16, padahal itu masa mereka muncul ke permukaan. Sayang sekali banyak gereja Baptis zaman sekarang yang sudah meninggalkan prinsip-prinsip yang dipegang kaum ANABAPTIS.

BIANG semua penganiayaan agama

Sesungguhnya penganiayaan tidak bisa terjadi secara masif tanpa di-backup oleh pemerintah. Bahkan siapapun yang menganiaya orang yang bukan disetujui pemerintah akan ditangkap dan diadili karena pemerintah adalah hamba Allah untuk urusan keadilan dan keamanan rakyatnya. Tetapi masalahnya berbeda ketika pemerintah dan agama menyatu maka musuh agama akan dilihat sebagai musuh pemerintah.

Orthodox yang pisah dari Katolik tahun 1054, semuanya tetap menyatu dengan pemerintah, baik itu di Rusia, Yunani, dan Timteng (koptik). Anglikan juga pisah dari Katolik dan bersatu dengan kerajaan Inggris. Lutheran keluar dari Katolik dan bergabung dengan pemerintah Jerman. Reformed keluar dari Katolik bergabung dengan pemerintah Belanda, Geneva, Zurich. Dan amatilah sejarah dengan baik, dan catatan sejarah gereja, maka Anda akan tahu gereja-gereja yang bergabung dengan pemerintah atau negara tertentu.

Semua gereja yang bergabung dengan negara atau pemerintah cenderung melakukan penganiayaan terhadap pihak yang berbeda doktrinal dengan mereka. Perbedaan doktrinal biasanya dilihat sebagai gangguan terhadap ketenangan mereka karena pencari kebenaran yang cerdas akan bertanya terus dan akan meninggalkan gereja mereka. Jika hal ini terjadi maka akan sangat merugikan mereka secara finansial, terutama para pelayan mereka yang bermotivasi menjadikan gereja sebagai sumber kebutuhan kehidupan materi.

Jadi, kini anda tahu biang dari semua penganiayaan Kristen yang sambil pegang Alkitab dan teriak nama Yesus? mereka sambil bakar orang yang mereka TUDUH bidat sambil berpikir itu menyenangkan Yesus. Padahal menurut Tuhan Yesus pihak yang bunuh orang itulah bidat yang sesungguhnya bahkan adalah anak-anak iblis.

“Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yoh 8:44:).

Pengikut mereka di zaman modern ini tentu tidak bisa seenaknya membunuh orang lagi. Tetapi biasanya sifat nenek moyang rohani mereka masih bisa terlihat jelas. Karena anak iblis bagaimanapun juga tetap anak iblis, walau watak asli mereka bisa disembunyikan dengan berbagai cara. Biasanya bisa terlihat dari cara mereka berbicara di media sosial, cara mereka mengolok-olok orang. Ketika pengajaran mereka yang tidak alkitabiah disinggung biasanya iblis yang di dalam mereka langsung bangkit, karena doktrin yang disusupkannya terganggu. Mereka tidak bisa berargumentasi dengan lembut, bahkan mereka akan memakai aturan pemerintah untuk INTIMIDASI musuh doktrinal mereka. Biasanya mereka akan memasalahkan izin gereja, akreditasi sekolah dan hal-hal yang berkaitan dengan pemerintah.

Tetapi, anak-anak Tuhan hanya mengandalkan Tuhan, dan tidak mau memakai kuasa pemerintah duniawi sedikit pun, melainkan mengandalkan pimpinan Roh Kudus dan Alkitab, Firman Tuhan, serta berargumentasi dengan akal budi yang diberikan Tuhan secara lembut. Amatilah, mana anak iblis dan mana anak Tuhan, walau semuanya pegang Alkitab dan menyebut diri mereka Kristen.

Jakarta, 25 Januari 2022
DR. SUHENTO LIAUW, DRE., TH.D.
<www.graphe-ministry.org>
<drsuhentoliauwblog.graphe-ministry.org>
YouTube: GBIA GRAPHE & GBIA INDONESIA.

Maranatha!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *