Banyak orang Kristen bertanya kepada saya, mengapakah gereja-gereja tidak mempraktikan perintah Tuhan untuk saling cuci kaki?
Yohanes 13:12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
[1]. Para Rasul tidak melakukannya.
Tidak tercatat satu kali pun para rasul melakukan upacara pencucian kaki sebagaimana yang Guru mereka pesankan. Apakah para Rasul melakukan pembangkangan? Tentu tidak, melainkan mereka mengerti pengajaran yang disampaikan Sang Guru, yaitu mereka harus rendah hati, mereka harus saling merendahkan diri satu terhadap yang lain.
Para Rasul tahu persis jika mereka menjadikan cuci kaki sebagai upacara, dan dalam kehidupan sehari-hari tidak terjadi kerendahan hati, maka itu malahan akan menjadi upacara KEMUNAFIKAN. Setahun sekali atau dua kali bikin acara cuci kaki yang sebenarnya sudah bersih, tetapi dalam kehidupan sehari-hari sombong, maka upacara pencucian kaki hanya sebuah lelucon yang tidak lucu.
[2]. Para Rasul mengerti perbedaan antara media pendidikan dan upacara simbolistik penggambaran.
Ketika seorang ayah mau mengajar kepada anak-anaknya pelajaran tentang berbagi (sharing) di antara anak-anaknya, ia mengambil kue dan kemudian ia memotong kuenya menjadi empat dan membagikan setiap potongan kepada setiap anaknya yang empat orang sambil berkata, kalian harus saling mengasihi dan saling memperhatikan, serta saling berbagi satu dengan yang lain.
Anak-anaknya yang pintar tahu persis maksud ayah mereka, bahwa mereka harus saling mengasihi dan saling berbagi satu dengan yang lain. Kue yang dipotong-potong oleh ayah mereka hanya media yang dipakai untuk mengajarkan bahwa mereka harus saling berbagi. Tentu maksud ayah mereka bukan cuma kue saja yang perlu mereka _share,_ melainkan semua makanan, bahkan semua barang yang mereka miliki. Akan lucu sekali jika mereka setahun beberapa kali bikin upacara membagi kue dengan dipotong rata dan membaginya, tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka sangat egois bahkan tidak peduli pada saudaranya.
[3]. Para Rasul dan orang Kristen mula-mula cukup pintar.
Mereka berhasil menangkap pengajaran Tuhan dalam tindakanNya mencuci kaki murid-muridNya. Mereka mengajarkan kerendahan hati di antara mereka, misalnya Petrus yang lebih senior ketika ditegur Paulus di Anthiokia dia tidak marah atau dendam. Kita tidak membaca bahwa mereka melakukan upacara pencucian kaki, tetapi mereka melaksanakan ajaran Tuhan tentang rendah hati.
Sesungguhnya media boleh diganti, bahkan harus diganti sesuai dengan keadaan kontemporer. Pada saat orang memakai sendal terbuka, dan jalanan yang penuh pasir dan debu, maka mencuci kaki seseorang sebelum mereka duduk makan adalah hal yang tepat, dan sangat rendah hati. Tetapi ketika zaman berubah, dan lokasi berubah, orang-orang sudah memakai sepatu tertutup bahkan sudah pakai kaus kaki, jalanan tidak berdebu bahkan sudah pakai mobil, lalu bikin upacara cuci kaki yang sebenarnya bersih, ini justru menunjukkan yang melakukannya tidak berhasil menangkap pengajaran yang disampaikan oleh Yesus Kristus.
Jika Gembala mau mengajarkan kerendahan hati, untuk jaman sekarang bisa jadi tukang parkir, jadi penyambut tamu, atau sapu dan ngepel ruangan kebaktian. Tetapi banyak Gembala yang bahkan sulit ditemui, namun mereka bikin upacara cuci kaki untuk sekedar upacara.
[4]. Lalu bagaimana dengan baptisan dan perjamuan Tuhan?
Dua upacara ini ialah upacara PENGGAMBARAN, diperintahkan untuk menggambarkan sesuatu. Baptisan untuk menggambarkan mati, dikuburkan, dan bangkit bersama Kristus (Rom.6:3-4). MENGGAMBARKAN berbeda dari mengajarkan, menggambarkan maksudnya melalui melihat tindakan gambaran itu simaklah maknanya. Ketika orang asing yang kebetulan menyaksikan pembaptisan di sebuah sungai bertanya, mengapa mereka tenggelamkan orang ke dalam air dan ditarik naik lagi. orang Kristen bisa menjawab bahwa mereka MENGGAMBARKAN bahwa mereka mati bersama Yesus, dikuburkan, dan nanti akan bangkit seperti Yesus. Jelas sekali. Kalau dikibarkan bendera menggambarkan apa? Menggambarkan tunduk pada kelompok yang diwakili bendera itu? Kalau ditetesi air, menggambarkan apa? menggambarkan kehujanan?
Itulah sebabnya Para Rasul dan orang Kristen mula-mula membaptis orang di sungai seperti yang Yohanes Pembaptis lakukan, di sungai Yordan. Tidak ada keharusan di sungai Yordan, karena rasul Paulus dibaptis di Damsyik, dan kepala penjara Filipi tentu tidak dibaptis di sungai Yordan. Mereka yang dibawa tour dan dibaptis di sungai Yordan tidak mengerti kebenaran. Baptisan MENGGAMBARKAN mati, dikuburkan, dan bangkit bersama Kristus, maka tidak bisa digantikan selain yang dicontohkan murid-murid awal yaitu ditenggelamkan dalam air dan ditarik ke atas dalam nama Yesus.
[5]. Perjamuan Tuhan dengan roti dan anggur.
Namanya yang benar ialah Perjamuan TUHAN (The Lord’s supper), bukan perjamuan KUDUS. Perjamuan tersebut diperintahkan untuk mengingat kepada Tuhan, bukan untuk menguduskan orang. Ini sama seperti pembaptisan, tujuannya ialah untuk PENGGAMBARAN. Roti untuk menggambarkan tubuh Kristus dan anggur untuk menggambarkan darahNya.
Karena sifatnya yang menggambarkan tubuh dan darah Kristus, maka harus semirip mungkin dengan tubuh dan darah Kristus. Jika diganti dengan nasi, tidak lebih mirip dari roti, atau air kelapa tidak lebih mirip darah Kristus dari anggur. Tuhan ingin ketika Perjamuan ini dilakukan pesertanya teringat pada tubuhNya dan darahNya yang telah dikorbankan untuk penebusan dosa mereka.
Kesimpulannya
Tuhan melakukan tindakan pembasuhan kaki para murid untuk mengajarkan kerendahan hati. Intinya ialah kerendahan hati, tentu boleh dengan media lain, dan bisa disesuaikan dengan keadaan zaman dan kemajuan tingkat kebersihan kaki.
Sedangkan Tuhan perintahkan pembaptisan untuk MENGGAMBARKAN mati, dikuburkan, dan bangkit bersamaNya, dengan cara menenggelamkan orang ke dalam air dan menariknya naik lagi. Ini tidak boleh digantikan dengan tindakan lain karena ini penggambaran. Dan Perjamuan Tuhan juga untuk menggambarkan tubuhNya yang tercabik dan darahNya yang tertumpahkan untuk penebusan dosa, dengan roti dan anggur, yang juga tidak bisa digantikan dengan media lain karena sifatnya yang menggambarkan.