Kata ALLAH, Siapakah Yang Boleh Memakainya?

Sejak ada bahasa Arab, tentu sudah ada kata AL yg fungsinya sebagai artikel seperti bahasa Inggris The  Dan juga sudah ada kata ilah yg artinya sesuatu yang disembah.  Lama kelamaan terbentuklah kata ALLAH yg menurut SEMUA Encyclopedia maupun kamus yang berkompeten bahwa itu berasal dari hasil kontraksi dari artikel AL dan kata ILAH sehingga menjadi ALLAH.  Jadi,  kata ALLAH adalah sama dengan kata The God dalam bhs Inggris, atau God dengan huruf besar yang merujuk kepada Sang yang disembah.  Kata ini telah dipakai oleh orang Kristen Arab sejak abad pertama sampai sekarang. Itu adalah sebuah SEBUTAN kepada Sang Pencipta, atau yang disembah.

Tetapi kemudian Mr. M pada abad ke-6 membuat pernyataan bahwa ALLAH itu sebuah NAMA dari sesembahan mereka.  Jadi ketika umat Mr. M menyebut Allah, dalam pikiran mereka itu adalah sebuah nama, bukan sebuah sebutan seperti God.  Jadi, kondisinya seperti begini, kata Laksamana adalah sebutan untuk jenderal angkatan laut. Tetapi ada orang yang memberi nama anaknya nama Laksamana.  Dengan demikian maka kata LAKSAMANA bisa berarti sebuah sebutan dan juga sebuah nama, sangat tergantung siapa yang memakainya.  Para prajurit angkatan laut pasti memakai kata laksamana dengan pengertian sebagai JENDERAL ANGKATAN LAUT. Tetapi ketika anak cucu Laksamana memakainya mereka memahaminya sabagai nama ayah atau kakek mereka.

Kata ALLAH sudah ada di Alkitab bahasa Arab sejak belum ada Islam, dan dalam Alkitab bahasa Melayu sejak zaman Belanda, dan sejak Indonesia merdeka tidak ada masalah tentang kata ALLAH dalam Alkitab bahasa Indonesia.  Belakangan kata ALLAH jadi masalah setelah sejumlah tokoh muslim jadi Kristen.  Penyebabnya ialah bahwa mereka membawa konsep LAMA mereka BAHWA KATA ALLAH ITU SEBUAH NAMA bukan sebuah sebutan.  Kondisinya mirip anak Laksamana masuk Angkatan Laut. Para mantan umat tetangga itu mirip anak-cucu Laksamana yang sudah tertanam konsep bahwa Laksamana itu nama, bukan sebutan.

Celaka sekali karena sejumlah orang Kristen TERPENGARUH oleh para mantan umat “tetangga” yang jadi Kristen, ikut meyakini bahwa kata ALLAH itu nama. Mereka sampai tidak bisa diyakinkan dengan Encyclopedia dan kamus, dan mereka mengutip buku Kyai ini dan ustad itu, sebuah sikap yg sama seperti anak cucu Laksamana, yang tentu berkata bahwa kata ALLAH itu sebuah nama, dan ngotot bahkan tidak mau pakai otak sama sekali. Dijelaskan pun tidak mempan, sehingga sangat mengherankan kita.

Ada sejumlah orang yang ngotot percaya bahwa Allah itu dewa bulan. Persoalannya sebenarnya demikian, karena kata Allah artinya YANG DISEMBAH ITU, maka semua yang mereka sembah dipanggil Allah termasuk bulan juga dipanggil Allah. Karena tercatat dalam sejarah bulan pernah dipanggil Allah, lalu orang-orang yang pendek pikirannya, langsung menyimpulkan bahwa Allah itu nama dewa bulan, jangan dipakai. Kasusnya sama dengan kata THEOS yang juga artinya yang disembah, zaman dulu orang Yunani memanggil Hercules sebagai theos, dan banyak sekali yang mereka panggil theos. Dan mereka juga memanggil matahari, bulan dan bintang-bintang dengan sebutan theos. Dan heran sekali tidak ada orang yang berkata tidak boleh pakai kata Theos karena itu nama dewa bulan atau dewa orang Yunani. Rasul-rasul menulis kitab PB memakai kata Theos menggantikan kata Elohim PL.

Tetapi orang Kristen sejati adalah org yg berdiri di atas kebenaran, bukan yang ikut-ikutan gelombang penyesatan. Banyak orang berkata kepada saya, mengapakah bapak tetap pakai kata ALLAH?  Saya jawab mereka bhw sebenarnya sangat gampang untuk menggantikannya dengan kata lain.  Tetapi saya tidak mau ikut-ikutan apalagi terpengaruh konsep agama lain bahwa kata ALLAH itu sebuah NAMA. Itu sesungguhnya adalah sebutan. Mr. M menyebut taman Eden itu Firdaus, sehingga mengacaukan konsep Firdaus dalam Alkitab. Dan apakah kita tidak boleh memakai kata Firdaus dengan makna dan konsep yang benar? Orang Kristen dapat membedakan Firdaus Mr. M dengan Firdaus Alkitab. Sorga mereka bisa kawin dengan bidadari, sedangkan Sorga Alkitab tidak ada kawin mawin lagi. Apakah kita tidak boleh memakai kata Sorga dengan konsep yang benar? Orang Kristen tahu menggunakan kata Sorga dengan konsep Alkitab dan tidak terkacaukan oleh kata Sorga agama yang lain. Demikian juga dengan kata ALLAH, orang Kristen yang berakal budi tahu membedakan Allah tetangga dengan Allah Alkitab.

Karena kata Allah itu sebutan seperti kata Presiden, ya presiden Indonesia dengan presiden AS tentu beda. Orang Kristen berhikmat tahu bahwa Allah yang di Alkitab dengan Allah yang disembah tetangga itu beda. Sorga juga berbeda, bahkan cara masuk Sorga juga beda, dan suasana di Sorga Alkitab itu indah mulia penuh kekudusan sedangkan Sorga yang satunya penuh kesibukan seks.

Kasus kata ALLAH juga banyak disalahmengerti oleh para theolog Barat, karena mereka hanya mendengar penjelasan dari kelompok tetangga bahwa kata ALLAH itu nama, bukan sebutan.  Jadi, mereka seperti orang yang hanya mendapat penjelasan cucu Laksamana bahwa laksamana itu nama kakek mereka. Mereka tidak mendapatkan penjelasan dari Angkatan Laut bahwa Laksamana itu sebutan komandan mereka. Misalnya Robert Murray yg menulis ISLAMIC INVASION. Dan sejumlah pengkhotbah di Indonesia yang kurang teliti dan kurang akademik, terutama yang terpengaruh konsep tetangga, menjadi senang dengan dukungan theolog Barat yang salah paham itu. Saya tidak mengganti kata ALLAH dengan kata lain karena tindakan itu bertentangan dengan akal sehat saya.

Jadilah orang yang berdiri di atas kebenaran, bukan orang yang ikut-ikutan, terlebih janganlah menjadi orang yang terpengaruh KONSEP agama lain, sekali lagi perhatikan KONSEP.

Jika Anda ingin tahu lebih banyak kebenaran alkitabiah silakan mengunjungi <www.graphe-ministry.org>
Silahkan berkunjung ke Channel YouTube: GBIA GRAPHE

Dr. Suhento Liauw.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *