Sebenarnya Sang Pencipta tidak perlu nama. Kita manusia perlu nama karena kita banyak. Kalau kita mau panggil seseorang, orang yang botak, ternyata banyak yang botak. Orang yang pakai baju merah, bisa jadi juga lebih dari satu. Pencipta hanya satu, oleh sebab itu sesungguhnya Dia tidak perlu nama.
Namun Musa meminta nama, oleh sebab itu, Dia menyebut diriNya Aku yang adalah Aku אֶֽהְיֶה אֲשֶׁר אֶֽהְיֶה [Ehyeh Eser Ehyeh]. Maknanya, Aku yang tidak diciptakan, Aku yang tidak bersandar pada siapa pun dll. Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: JEHOVAH (TUHAN), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.
Dari situlah muncul JHVH, yang bunyinya Jehovah bukan Yahweh.
Pertama, murid bahasa Ibrani harus tahu bahwa huruf yot bisa dibunyikan jot, (Y/J) dan huruf wau bisa dibunyikan vau (W/V) sehingga bisa Yehowah/Jehovah/Yehovah/Jehowah, tetapi tidak ada yang Yehowa yang tanpa H, karena dasarnya dari YHWH/JHVH, jadi empat huruf mati itu tidak ada yang boleh dihilangkan. Supaya konsisten saya pakai yang versi KJV, yaitu Jehovah.
Mengapa Jehovah bukan Yahweh? Karena di dalam Masoretic Text, yang adalah Text PL bahasa Ibrani TERTUA yang ada huruf hidupnya bunyinya adalah JEHOVAH bukan Yahweh. Sekali lagi Masoretic Text adalah text PL bahasa Ibrani tertua yang ada huruf hidupnya, di situ bunyinya Jehovah.
Dari mana datangnya sebutan bunyi Yahweh? Ini adalah usulan theolog Liberal Jerman yang bernama Georg Ewald sekitar tahun 1870an, ia mengusulkan bahwa YHWH itu bunyinya Yahweh. Teorinya, orang Yahudi SUDAH LUPA bunyi YHWH karena mereka tidak berani menyebutnya, dan dia menuduh para Baly Ha Masoretic memakai huruf hidup dari kata ADONAI dipasangkan ke YHWH. Dia mengusulkan bunyi yang menurutnya adalah Yahweh.
Setelah teman-temannya semua ikut setuju, maka sejak saat itu buku-buku tulisan theolog Liberal memakai YAHWEH. Dan tentu yang sangat berpengaruh ialah dari kamus-kamus yang mereka buat.
Namun demikian, theolog kalangan Fundamental tidak bisa terima teori Ewald. Karena logika theolog Fundamental, mustahil orang Yahudi yaitu para Baly Ha Masoret (guru tradisi), bisa lupa dan sebaliknya theolog Jerman pula yang ingat. Sejak awal abad 19, beredar dua versi yaitu Jehovah sesuai KJV yang diterjemahkan dan terbit th 1611 yang dipakai kebanyakan theolog Fundamental, dan buku-buku theolog-theolog Liberal yang semuanya pakai Yahweh.
Kita simpulkan bahwa di dalam Kitab-kitab PL Sang Pencipta dipanggil Jehovah. Dan sering juga dipanggil Elohim yang artinya sesembahan, pujaan, atau yang disembah. Eloh itu bentuk singularnya, sedangkan IM itu penanda bentuk jamaknya.
Eloh bahasa Ibrani itu counterpart-nya dalam bahasa Arab ilah. Elohim itu jamak dari Eloh. AL-ILAH, menurut hampir semua Encyclopedia itu melalui waktu yang panjang terkontraksi menjadi ALLAH, huruf i di tengahnya hilang. Jadi, Ha-Eloh itu sama dengan Al-ilah di bahasa Arab, dalam bahasa Inggris the-god. Tindakan tidak mau memakai kata ALLAH dan menggantikannya dengan ELOHIM, itu tanpa pengertian yang benar. Biasanya mereka dapat informasi yang salah, misalnya Allah itu nama dewa bulan dsb. Padahal menyebut dewa bulan sebagai Allah, itu persis sebagaimana orang Yunani menyebut Zeus theos. Dan penulis PB diinspirasikan memakai kata Theos untuk Elohim.
Kiranya penjelasan ini bisa memberi pengertian, agar orang Kristen tidak terkacaukan atau bahkan tersesatkan.
Jakarta, 15 Maret 2020
Dr. Suhento Liauw
<www.graphe-ministry.org>
MARANATHA!