HIDUP YANG DIKHUSUSKAN BAGI TUHAN

Hidup yang paling indah ialah hidup yang dikhususkan bagi Tuhan. Kita semua tahu bahwa hidup kita hanya puluhan tahun, dan kemudian kita akan tinggal jadi kenangan bagi orang-orang yang mengasihi kita. Nama kita mungkin bisa ada dalam sejarah jika kita melakukan hal yang istimewa bagi dunia ini. Jika meninggalkan nama yang harum dan tercatat dalam sejarah maka akan menjadi kebanggaan keturunan. Tetapi orang yang bersangkutan tidak menikmati semua itu bahkan jika tidak beriman kepada Sang Juruselamat, dia telah menderita kekal dalam api Neraka dan penuh penyesalan.

Orang-orang berhikmat akan mencari tahu tentang kekekalan. Ia akan bertanya terus dan berusaha terus mencari tahu tentang keadaan orang-orang yang meninggal. Seandainya tidak ada kekekalan, bagi pencari kekekalan tidak akan rugi, namun jika ada kekekalan maka dia akan menjadi orang yang sangat beruntung.

Orang-orang yang meyakini adanya kekekalan dan adanya Pencipta alam semesta akan berharap bukan saja menghidupi kehidupan baik di dunia, melainkan nanti setelah meninggal dunia maka kehidupan akan berlanjut. Dan orang yang percaya bahwa Alkitab adalah firman dari Sang Pencipta, sangat yakin pada janji bahwa kehidupan akan berlanjut di Sorga bagi yang semua dosanya terselesaikan oleh Sang Juruselamat.

Bagi orang yang telah diselamatkan Sang Juruselamat, menurut Alkitab hidup di dunia ini sangat pendek dibandingkan dengan hidup sesudah kematian yang bersifat kekal. Sesudah seseorang mendapatkan kepastian masuk Sorga, dia diharapkan berbuat banyak bahkan hidup untuk Kerajaan Sorga, rumah kekal masa depannya. Karena segala yang di dunia akan berlalu dan sirna bahkan tubuh kita akan layu dan mati dikuburkan kembali menjadi tanah. Menurut Alkitab jiwa dan roh orang yang percaya bahwa Sang Juruselamat telah dihukumkan menggantikannya akan diberikan tubuh mulia di Sorga kelak.

Mempersembahkan Anak

Karena percaya pada Allah Pencipta alam semesta, Tuhan alam semesta, banyak orang mempersembahkan anak-anak mereka kepada Tuhan untuk berkarya bagiNya. Bahkan banyak orang tua melihat bahwa hal terbaik bagi anak-anak mereka ialah jika anak-anak mereka bisa dipakai oleh Tuhan. Pengharapan setiap orang yang berhikmat seharusnya adalah hidup dalam kemuliaan di Sorga karena tidak ada orang yang bisa hidup kekal di dunia. Bahkan seandainya bisa hidup lama, bukan kekal, namun dengan tubuh yang layu pun tidak ada orang bijak yang menginginkannya. Ada orang yang hidup lebih dari seratus tahun, namun dengan kondisi semua gigi sudah lepas, hampir semua rambut sudah rontok, bahkan daging dan ototnya sudah tidak ada sehingga tinggal kulit membungkus tulang hampir seperti tengkorak, bukan kondisi yang nyaman dan menyenangkan. Oleh sebab itu orang bijak yang percaya pada Tuhan dan Alkitab firmanNya memandang ke Sorga dan mengharapkan suatu kehidupan yang indah di sana.

Dalam kitab Samuel tercatat seorang wanita bernama Hana yang sangat percaya pada Allah, ia meminta seorang anak pada Allah dan berjanji akan dipersembahkannya kembali kepadaNya. Allah mendengarkan permintaannya, ia kemudian melahirkan seorang anak laki-laki dan diberinya nama Samuel. Ia tahu bahwa anaknya adalah pemberian Tuhan maka ia membesarkannya dan mengajarkannya takut akan Tuhan. Setelah Samuel cukup besar, Hana sendiri mengantarnya untuk diserahkan kepada imam besar Eli agar ia bisa mengabdi kepada Allah di Kemah Kudus.

Hana adalah wanita bijak yang mengasihi Tuhan. Ia tahu bahwa kehidupan yang terindah di bumi terlebih setelah tubuh jasmani layu musnah adalah memiliki pengharapan dan kepastian pergi ke Sorga menikmati kemuliaan Allah. Itulah yang mendorongnya menyerahkan anak yang sangat dikasihinya untuk mengabdi kepada Allah. Ia tahu bahwa anaknya akan menghabiskan hidupnya di dunia dalam pengabdian kepada Allah dan tubuhnya akan mati kembali kepada tanah, sedangkan untuk jiwa dan rohnya akan dibuatkan tubuh kemuliaan dan menikmati kemuliaan sorgawi yang dijanjikan.

Dalam sejarah ada banyak orang tua yang berhikmat seperti Hana yang mempersembahkan anak-anak mereka dan berdoa amat sangat agar Allah memakai anak-anak mereka untuk kemuliaan Allah. Mereka berhasil mengamati kehidupan dan menjadi berhikmat, bahwa seberapa pun kaya seseorang, seberapa pun berkuasanya seseorang, akhirnya hanya tinggal nama yang tercatat dalam sejarah. Alexander bahkan meminta agar peti matinya dilubangi dan tangannya dijulurkan keluar agar orang-orang melihat bahwa ia mati tidak membawa apapun.

Hal yang sangat menyedihkan hati Tuhan adalah semakin banyak orang Kristen yang sesungguhnya tidak percaya kepadaNya dan tidak mengasihiNya. Iblis telah berhasil memasukkan ragi pengajaran yang bernama sukses theologi yang bersifat mendorong orang Kristen mengejar kesembuhan jasmani dan materi. Efeknya ialah orang tua Kristen tidak mempersembahkan anak-anak mereka untuk melayani Tuhan melainkan mengharapkan anak-anak mereka sukses meraup materi dan bisa menyenangkan orang tua mereka dengan materi. Masih adakah orang tua yang sedemikian mengasihi Tuhan yang berkata kepada anak-anaknya bahwa kami lebih berharap dan lebih ingin kalian melayani Tuhan walau tidak berlimpah materi?

Ketika orang tua yang mengasihi Tuhan semakin sulit ditemukan berarti semakin tidak ada orang tua yang berdoa mempersembahkan anak-anak mereka kepada Tuhan seperti Hana. Dan efek berikutnya ialah semakin sulit ditemukan hamba Tuhan yang cerdas dan berkompeten menjelaskan kebenaran Alkitab. Akhirnya kebanyakan orang yang menjadi hamba Tuhan adalah mereka yang tidak berhasil melakukan hal lain. Efek berikutnya ialah gereja-gereja kekurangan pengkhotbah, dan untuk memenuhi kebutuhan gereja maka akan saling membajak pengkhotbah. Atas situasi demikian iblis akan melihat peluang untuk masuk mengendalikan gereja-gereja. Ia akan memasukkan pengkhotbah berkharisma yang gagal berbisnis tetapi berkharisma dalam berbicara untuk membanting setir beralih dari pebisnis materi menjadi pebisnis rohani. Atau iblis akan menggiring gereja menempatkan pengkhotbah sebagai pegawai atau karyawan sehingga mereka bekerja di gereja layaknya bekerja di kantor pemerintah atau swasta. Dan kekristenan dapat dipastikan seperti tangga pilin yang akan berputar ke bawah semakin hari semakin jauh dari kebenaran dan akan tinggal menjadi sebuah perkumpulan untuk melepaskan emosi atau pelaksana upacara ritual sehingga saat Tuhan datang Ia tidak mendapati lagi iman yang benar di bumi.

“… Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk 18:8).

Orang-orang yang beriman dengan sungguh dan benar akan mengasihi Tuhan, dan hati mereka akan selalu mengutamakan Tuhan. Orang-orang demikian tidak akan segan mempersembahkan harta termahal mereka kepada Tuhan, yaitu anak-anak mereka.

Dari Muda Mengasihi Tuhan

Daud tidak menargetkan diri menjadi raja karena dia bukan seorang pangeran, bahkan ia tidak bercita-cita untuk dijadikan role-model sebagai raja yang berkenan kepada Tuhan sepanjang sejarah bangsa Israel. Ketika pemilihan raja yang dilaksanakan Samuel terhadap saudaranya, Daud rela tinggal di padang menjaga domba tanda dia tidak berpikir untuk ikut bersaing dalam pemilihan raja dan semua abangnya juga mengecualikan dia.

Daud hanya seorang pemuda yang percaya sepenuh hati kepada Tuhan dan senang memuji Tuhan. Lihatlah betapa banyaknya lagu pujian kepada Tuhan yang digubahnya dalam kitab Mazmur. Ini cukup untuk membuktikan Daud adalah seorang pemuda yang percaya kepada Tuhan dengan segenap hati bahkan segenap jiwa raganya diarahkan kepada Tuhan. Ia melakukan hal-hal yang dapat dilakukannya yaitu bernyanyi untuk Tuhan di antara domba-dombanya.

Jika kita bandingkan dengan keadaan zaman jemaat lokal di masa Perjanjian Baru, Daud seperti seorang pemuda yang senang ikut paduan suara, aktif dalam melayani di bidang musik, ikut mengajar sekolah minggu. Ia seperti seorang pemuda yang mencoba melakukan hal yang sebisanya dan segiat-giatnya untuk Tuhan di jemaat lokal. Ia pasti seorang yang juga turut ambil bagian dalam segala pelayanan yang bisa dilakukannya.

Ketika Saul melakukan tindakan yang lancang yang bertentangan dengan ketetapan Tuhan maka Tuhan perlu seorang yang sangat mengasihi Tuhan dan ketetapanNya untuk menggantikan Saul. Kesalahan Saul itu sangat prinsip, bahwa mempersembahkan korban bakaran mewakili bangsa Yahudi hanya boleh dilakukan oleh Imam dan Nabi, bukan wewenang raja. Saul melakukan pelanggaran yang sangat prinsip dan Tuhan perlu memecatnya karena jika dibiarkan maka hal ini pasti akan diulangi terus.

Tuhan mencari pengganti Saul, pasti harus seorang yang sangat mengasihiNya, menghormatiNya, dan yang akan memegang teguh ketetapanNya. Dan tidak salah lagi Tuhan dapatkan seorang anak muda yang senang bernyanyi memujiNya dan sangat mengasihiNya. Di kemudian hari Daud terbukti seorang yang sangat memegang prinsip. Dua kali Daud memiliki kesempatan untuk membunuh Saul, namun ia tidak mau melakukannya karena ia memegang prinsip untuk tidak menyakiti apalagi membunuh orang yang diurapi Tuhan. Daud memiliki keyakinan bahwa Tuhan punya cara untuk membunuh Saul jika saatnya tiba, jangan dia yang melakukannya.

Kita hidup di zaman yang semakin sulit untuk mendapatkan orang muda yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Tawaran dunia dengan segala sinar gemerlapannya telah menyilaukan mata orang-orang muda Kristen. Lebih sulit lagi untuk mendapatkan orang muda yang berusaha keras mengenal Allah dan segenap kebenaranNya. Kebanyakan orang muda bersemangat untuk mengejar kenikmatan duniawi dan memimpikan kekayaan materi. Maka tidak mengherankan jika kekristenan alkitabiah semakin menciut sehingga Tuhan pesimis dan mempertanyakan, akankah Ia mendapatkan iman di bumi pada saat kedatanganNya nanti (Luk.18:8).

Kegairahan Daud terhadap perkara rohani sungguh menggugah hati Tuhan, sehingga Ia berkata kepada Samuel bahwa Ia telah menemukan orang yang berkenan di hatiNya, dan Samuel sampaikan kepada Saul.

TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu.” (1Sam.13:14).

Akhirnya Daud diangkat menjadi raja menggantikan Saul dengan cara yang sangat dramatis. Tuhan, dan Samuel juga, tahu bahwa pengangkatan raja pengganti Saul harus secara rahasia karena orang tersebut pasti akan dibunuh oleh Saul. Daud kemudian diangkat namun tidak segera menjadi raja karena sangat muda dan sangat tidak berpengalaman. Tuhan menyekolahkan Daud melalui mengirimnya sebagai pemusik bagi Saul untuk mempelajari cara bersikap di istana, dan kemudian menyekolahkan dia di medan perang.

Apakah Daud tidak pernah melakukan kesalahan? Oh tidak! Ia banyak melakukan kesalahan. Tetapi, ketika ia salah dan ditegur, Daud tidak membantah seperti Saul, melainkan segera mengakui salah dan mau bertobat. Sebuah sikap yang sangat baik di mata Tuhan, karena Tuhan tahu manusia lemah. Bahkan Tuhan mengingatkan murid-muridNya bahwa daging lemah.

Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mat 26:41).

Sepanjang masa Tuhan mencari orang-orang muda seperti Daud yang mengasihiNya, menghormatiNya dan yang siap menjadi alatNya. Di zaman Perjanjian Baru, Tuhan memiliki proyek yang sangat besar yaitu memberitakan Injil sampai ke ujung bumi, menggembalakan domba-domba Tuhan. Apakah engkau bisa menjadi salah satu orang yang akan dipakai Tuhan?

Mengkhususkan Diri Bagi Tuhan

Jika pembaca adalah seorang Kristen sejak kecil maka pasti sudah sering mendengar cerita tentang Daniel dan teman-temannya. Biasanya guru Sekolah Minggu yang hebat bisa membuat anak-anak tak berkedip dan hati berdebar-debar ketika Sadrakh, Mesakh dan Abednego, (nama Babilon mereka yang lebih dikenal), dimasukkan ke dalam dapur api. Tetapi sehelai rambut pun dari mereka tidak ada yang terbakar. Mengapa terjadi pada mereka hal yang begitu hebat?

Tuhan telah membiarkan Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh Nebukadnezar, dan dia menjadi sangat sombong karena berpikir telah mengalahkan semua dewa-dewi bangsa-bangsa termasuk Jehovah sesembahan bangsa Yahudi. Nebukadnezar bermimpi dan tidak mau kasih tahu mimpinya namun meminta orang lain yang kasih tahu mimpinya. Setelah ia marah karena tidak ada orang yang dapat memberitahukan mimpinya dia mulai membunuh orang-orang pintar, para penasihat kerajaan, dan Daniel beserta teman-temannya juga terancam. Setelah dikejutkan oleh tampilnya Daniel yang dapat memberitahukan kepadanya mimpinya, juga dikejutkan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang tahan api, Nebukadnezar berseru bahwa Allah Jehovah adalah Allah yang empunyai alam semesta. Mengapa terjadi pada mereka hal yang begitu hebat?

Karena bangsa Yahudi telah membelakangi Tuhan dengan tidak menaati perintah-perintahNya, Tuhan telah membiarkan baitNya dihancurkan, tetapi Dia tetap Tuhan yang hidup dan yang maha kuasa. Setelah bangsa Yahudi gagal menjadi saksi bagiNya kepada bangsa-bangsa, Tuhan mencari pribadi-pribadi yang bisa dipakaiNya, dan tentu yang mengasihi dan menghormatiNya.

Daniel pasal 1 ayat 8 sesungguhnya adalah kunci dari seluruh kitab Daniel, bahkan kunci jawaban dari seluruh keberhasilan Daniel yang diangkat menjadi Perdana Menteri dua kerajaan dengan beberapa raja.

Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. (Dan 1:8).

Ohhh betapa indahnya, setelah mayoritas bangsa Yahudi menyimpang dari kebenaran, ada beberapa orang muda di muka bumi yang berketetapan hati untuk menaati Tuhan. Dan tak heran kemudian Tuhan menjadikan mereka mercusuar untuk memancarkan namaNya ke seluruh bumi. Ada sejumlah orang muda yang berketetapan hati untuk menaati ketetapan-ketetapanNya di saat Ia dihina oleh Nebukadnezar. Mereka bertekad menjaga kekudusan dan mereka tidak menjadi tawar hati walau sebagai orang buangan.

Sekarang dunia semakin kacau, iblis dengan pasukannya tidak puas dengan agenda homoseksnya, sekarang bergerak ke trans-gender, di AS bahkan seorang anak yang belum akil balik bisa minta diubah dari laki menjadi perempuan dan sebaliknya. Kebejatan moral manusia sudah melampaui segala zaman. Dan kesesatan doktrinal sudah mencapai puncak sehingga kekristenan telah melampaui empat puluh ribu denominasi.

Adakah orang muda yang seperti Daniel dan teman-temannya di zaman kebejatan moral dan kesesatan doktrinal, yang sungguh-sungguh cinta Tuhan dan kebenaranNya? Jika ada orang-orang muda yang mengasihi Tuhan yang mengkhususkan diri menjaga kesucian dari segala macam dosa dan bersungguh-sungguh mencari kebenaran alkitabiah dengan memasuki sekolah theologi yang pengajarannya BENAR, maka Tuhan akan bahagia sehingga memakainya menyinari dunia yang semakin gelap pekat.

Kesimpulan

Tuhan sangat mendambakan ada orang tua yang seperti Hana yang mengasihi Tuhan dan mempersembahkan anaknya walau masih bayi bahkan belum lahir. Dan Tuhan juga sangat merindukan adanya orang-orang muda yang seperti Daud, yang mengasihi Tuhan sejak muda, bergiat bagi Tuhan, jika zaman Daud ia bernyanyi bagi Tuhan di padang rumput bersama domba-dombanya, tetapi kini orang muda yang bergiat di jemaat lokal. Dan Tuhan mencari orang muda yang seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang berani hidup menjaga diri dari kecemaran dunia dengan segala dosa seksual yang sedang menenggelamkan dunia ini.

Marilah kita mempersembahkan diri kita kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, yang masih bisa berbicara, untuk kemuliaan namaNya. Kita bukan mempersembahkan yang telah disembelih atau dipersembahkan oleh orang lain, melainkan yang masih hidup dan yang oleh kehendak kita sendiri.*

Jakarta, 15 Maret 2020
DR. SUHENTO LIAUW, DRE., TH.D.
<www.graphe-ministry.org>
<drsuhentoliauwblog.graphe-ministry.org>
YouTube: GBIA GRAPHE dan GBIA INDONESIA
MARANATHA!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *