PELITA TANPA MINYAK

Tuhan Yesus menceritakan satu perumpamaan di Injil Matius pasal 25 tentang sepuluh gadis, lima bodoh dan lima bijak. Gadis bodoh membawa pelita tanpa minyak sedangkan gadis bijak membawa pelita yang berminyak. Banyak penafsir Alkitab salah menafsirkan perumpamaan ini karena mereka terlalu memfokuskan pada minyak dan mereka mengartikan itu Roh Kudus. Mereka tidak berpikir kritis bahwa gadis bijak menyuruh gadis bodoh pergi beli minyak untuk pelita mereka, sedangkan Roh Kudus tidak diperjualbelikan.

PELITA, baik di PL maupun di PB selalu melambangkan kesaksian. Tuhan Yesus pernah berkata bahwa tidak ada orang yang menyalakan pelita dan taruh di bawah gantang (Mrk. 4:21) dan Tuhan juga pernah berkata bahwa kamu adalah terang dunia, kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Pelita adalah sesuatu yang memancarkan terang, dan terang adalah kesaksian kekristenan kita. Nah, dari sini kita bisa simpulkan bahwa minyak di dalam pelita adalah sesuatu yang menyebabkan sebuah pelita bersinar.

Lalu dikatakan bahwa minyak itu dibeli, bukan diperoleh dengan doa puasa, atau efek dari iman. Dalam Amsal 23:23 dikatakan, “Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.”

Mengapa beli kebenaran, bagaimana cara membeli kebenaran? Hari ini manusia menghabiskan banyak usaha dan dana untuk menjadi orang yang berhikmat dan berpengertian serta terdidik. Banyak orang menghabiskan lebih dari separuh waktu hidupnya untuk pendidikan supaya bisa lebih berhikmat dan berpengertian. Namun demikian kebanyakan manusia hanya memperoleh hikmat duniawi dah pengertian duniawi, bukan kebenaran rohani dan sorgawi.

Lalu bagaimanakah cara memperoleh hikmat sorgawi dan kebijakan sorgawi? Penulis Amsal berkata belilah, tentu maksudnya ialah berusahalah, yang artinya mengorbankan sesuatu untuk memperolehnya.

Pertama harus memiliki hati yang sangat menginginkan kebenaran. Kata Tuhan, carilah maka kamu akan mendapat. Untuk memperoleh kebenaran seseorang harus memiliki rasa haus akan kebenaran seperti seekor rusa yang haus akan air yang segar. Ketika seseorang memiliki kehausan akan kebenaran, sangat menginginkan kebenaran, maka Tuhan akan menambahkan baik keinginan dan juga kebenaran demi kebenaran akan dibukakan kepadanya.

Mat 13:12: “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”

Orang yang haus akan kebenaran tidak terpaku mati pada dogma denominasi, ia akan menyalakan akal sehatnya, dan hatinya akan selalu bertanya, apakah pengajaran yang sedang saya imani adalah yang sungguh benar? Kebenaran pasti tahan uji, dan juga terlihat dari pengikutnya. Jika pengikut sebuah pengajaran menjadi marah ketika dikritik, ia mulai mengolok-olok, maka pengajaran yang dipegang oleh orang tersebut pasti bukan kebenaran.

Kedua, selain haus dan sangat ingin akan kebenaran, seseorang yang mencari kebenaran harus memakai akal sehatnya, dan dia harus berpikir keras dengan otak yang diberikan Tuhan terhadap berbagai pengajaran yang didengarnya. Sangat konyol jika ada orang yang percaya bahwa dia tak perlu berpikir lagi karena segala sesuatu sudah ditetapkan Tuhan sejak minus waktu.

Tuhan menciptakan manusia dengan dilengkapi kemampuan berpikir yang bebas. Hal ini sama sekali tidak meniadakan kedaulatan Allah, karena kebebasan berpikir dan bertindak itu pemberian Allah. Seorang tuan rumah memberikan kebebasan kepada karyawan rumah tangganya kebebasan berpikir dan bertindak sama sekali tidak meniadakan bahkan mengurangi kedaulatan si tuan rumah. Karyawan tersebut bebas namun baik pikiran, keputusan, dan tindakannya yang bebas tetap harus bertanggung jawab. Tuan rumah kapan saja bisa intervensi jika dianggapnya perlu.

Mat 22:37: “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan DENGAN SEGENAP AKAL BUDIMU.”

1Ptr 1:13: “Sebab itu SIAPKANLAH AKAL BUDIMU, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.”

Pakailah akal budi dan kehendak bebas yang Tuhan berikan dengan penuh tanggung jawab. Suatu hari kita akan berdiri di hadapan tahtanya untuk mempertanggungjawabkan kebebasan dalam menggunakan akal budi yang diberikanNya.

Ketiga, berani menguji semua pengajaran dan membandingkannya dengan pengajaran yang sedang diyakini. Adalah hal yang sangat pahit dan pedih jika seseorang yang sudah sangat bergiat, dan sangat fanatik, sangat radikal, namun ternyata yang diyakininya adalah ajaran yang sesat sehingga dia tidak berada di Sorga melainkan di Neraka. Bahkan orang yang masuk Sorga pun akan sangat pedih jika ketika ia berdiri di hadapan Bema Kristus ia dapatkan bahwa pengajaran yang dia imani dan ajarkan ternyata salah, bahwa semua kerajinan yang dikerjakannya sia-sia belaka.

1Tes 5:21: “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”

Ada banyak orang yang beriman secara membabi buta, mungkin mengikuti iman orang tua sejak dilahirkan, atau diajak teman dan sudah merasa betah, atau dia telah menjadikan aktivitas imannya sebagai profesi untuk cari makan dan berbagai alasan. Biasanya orang yang dalam kondisi demikian tidak berani membandingkan imannya dengan pengajaran yang mengkritik imannya. Biasanya orang demikian akan marah, mengolok-olok, dan memperlihatkan berbagai sikap tidak senang ketika keyakinan imannya dikritik. Karena saya tidak mau anggota jemaat saya beriman secara membabi buta, saya suruh mereka membandingkan pengajaran lain dengan pengajaran GBIA GRAPHE, dan jika mereka dapatkan pengajaran yang lain lebih benar, silakan pindah, dan jangan lupa beri tahu saya karena saya juga mau ikut pindah. Pencari kebenaran harus berani membandingkan pengajaran yang sedang diyakininya dengan pengajaran lain dengan sikap hati yang positif.

Kesimpulan

Pada akhir zaman akan ada gadis bodoh dan gadis bijak. Kelihatannya akan lebih banyak gadis bodoh daripada gadis bijak. Banyak orang beriman tanpa mencari kebenaran. Semakin dekat pada hari pengangkatan gadis-gadis bodoh yang mengusung pelita tanpa minyak akan bertambah banyak. Agama dengan upacara ritual akan semakin menarik, bahkan kekristenan yang seharusnya beribadah dalam roh dan kebenaran tanpa ibadah ritual semakin hari akan semakin condong ke ibadah ritualistik, tidak lagi menekankan akal budi dan kebenaran. Mereka akan semakin menjunjung berbagai simbol. Bayangkan betapa kacaunya, di gereja yang penuh patung dan mereka berlomba berlutut di depan patung, namun mereka berkata bahwa mereka tidak menyembah berhala, patung itu hanya simbol saja. Betul sekali, patung lembu emas yang dibuat bangsa Yahudi di kaki gunung Sinai itu maksud mereka adalah simbol Allah Jehovah.

Pembaca yang berhikmat, waspadalah jangan sampai anda menggenapi nubuatan tentang gadis bodoh yang bawa pelita tanpa minyak. Jika ibadahmu adalah ibadah simbolistik, ritualistik, dan jasmaniah, maka ketahuilah ini adalah pelita yang tidak ada minyaknya.

Bandingkanlah pengajaran yang sedang anda imani dengan pengajaran yang lain, dan bandingkanlah dengan pengajaran GBIA GRAPHE. Jadilah gadis yang bijak yang membawa pelita yang berminyak, yaitu ibadah yang ada kebenaran di dalamnya.

Jakarta, 11 September 2022
DR. SUHENTO LIAUW, DRE., TH.D.
<www.graphe-ministry.org>
<Drsuhentoliauwblog.graphe-ministry.org>
YouTube channel: GBIA GRAPHE & GBIA INDONESIA.

Maranatha!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *