Ketika sebuah peristiwa mengejutkan seseorang, sering kali peristiwa itu membuat orang itu tersentak dan merenung. Sering kali orang tersebut langsung memeriksa hati, dan sering kali pula sentakan itu membuatnya bertobat dari tingkah-lakunya yang salah. Tetapi jarang sekali terdengar kesaksian bahwa orang yang tersentak itu memeriksa imannya, memeriksa kebenaran doktrin yang diimaninya, dan bertobat dari mengimani doktrin yang salah. Inilah yang banyak terjadi ketika pandemi Covid-19 melanda dunia.
Ada video yang memperlihatkan sekelompok orang berdoa menangis di jalan sampai jalanan tidak bisa dilalui kendaraan. Ada video yang memperlihatkan seorang yang mandi di kolam kotoran sapi supaya tidak terjangkit virus dan dia terlindungi oleh dewanya. Dan ada video yang memperlihatkan kumpulan orang banyak yang pergi ke rumah ibadahnya menyembah dengan sangat khusyuk sampai asap dupa begitu pekat.
Mengapa Tidak Mengevaluasi Pengajaran Yang Sedang Diimani?
Dalam kitab Wahyu dikatakan bahwa setelah malapetaka yang sangat dahsyat pun orang-orang yang sangat menderita itu tidak bertobat.
Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, (Wah.9:20).
Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia. (Wah.16:9).
Lihatlah, mereka sudah ditimpa malapetaka yang amat dahsyat, namun mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat. Mungkin mereka malah berpikir bahwa selama ini mereka kurang khusyuk, kurang serius dalam menyembah roh-roh yang selama ini mereka sembah. Artinya, mereka tidak bertobat secara doktrinal melainkan hanya bertobat secara hati saja.
Mengapa tidak bertobat secara doktrinal? Sangat mungkin tidak ada orang yang kasih tahu mereka bahwa penyembahan yang selama ini mereka lakukan adalah salah, bahkan itu kejijikan bagi Allah. Atau bahkan tidak ada orang yang berani kasih tahu mereka karena reputasi mereka yang kejam terhadap orang yang pernah mengritik pengajaran mereka. Atau lebih parah lagi, sudah tidak ada orang yang tahu kebenaran di sekitar mereka.
Hati Yang Tulus & Pengajaran Yang Benar
Untuk beriman secara benar, seseorang memerlukan HATI YANG TULUS Yang serius mencari Tuhan dan kebenaranNya. Tanpa ketulusan hati mencari kebenaran tidak mungkin mendapatkannya. Rasul Paulus menyamakan keserakahan dengan penyembahan berhala.
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, (Kol.3:5).
Penyembah berhala bukan mencari Allah dan bukan mencari kebenaran, mereka mencari kesehatan jasmani, dan mencari materi. Jika mereka mencari Allah dan KEBENARANNYA, mereka pasti tidak akan menyembah patung yang terbuat dari kayu, tembaga, atau emas. Bahkan yang terjadi ialah sekalipun mereka tahu sebenarnya ada roh iblis di balik berhala, mereka tetap menyembah selagi roh itu memberikan hal yang mereka cari, yaitu kesehatan jasmani dan kebutuhan materi. Bisakah dilihat bahwa kekristenan yang mempromosikan kesembuhan jasmani dan berkat materi adalah mempromosikan konsep pengembangan berhala? Bacalah Alkitab, Rasul-rasul tak pernah bikin KKR Kesembuhan.
Jika seorang penyembah berhala sungguh mencari kebenaran, atau mencari Allah Pencipta alam semesta, dia akan gampang disadarkan untuk memeluk salah satu agama yang mengajarkan menyembah kepada Tuhan Sang Pencipta bukan pada buatan tangan manusia. Dan ketika dia di dalam salah satu agama tersebut dan hatinya sungguh mencari Allah dan KebenaranNya, maka ia pasti akan bergerak sampai kepada kekristenan karena kekristenan adalah iman yang paling memakai akal budi dan paling masuk akal.
Setelah di dalam kekristenan, seseorang yang sungguh hati mencari kebenaran tidak berhenti meneliti dan bertanya, sesungguhnya di antara begitu banyak denominasi kekristenan, yang manakah yang mengajarkan KEBENARAN? Akal sehatnya akan membantu dia menyimpulkan bahwa denominasi yang pengajarannya berbeda-beda itu tidak mungkin semuanya benar, pasti ada yang salah dan benar. Camkanlah, Tuhan tidak berkepentingan membuat beraneka ragam pengajaran karena Tuhan tidak bermaksud membingungkan. Tetapi iblis berusaha keras memunculkan beraneka ragam pengajaran agar pencari kebenaran kebingungan dan iblis bisa menjaring sebagiannya.
Hati yang tulus adalah salah satu faktor, tetapi hati yang setulus apapun tanpa pengajaran (doktrin) yang benar, pencari kebenaran akan terjebak kekhusyukan roh-roh halus. Karena iblis seperti singa yang mencari mangsa. Ia akan mengajak pencari kebenaran untuk singgah di terminal penyembahan berhala, kalau orang itu mau terus cari kebenaran iblis akan ajak dia singgah di berbagai agama, dan jika orang itu terus mencari lagi iblis akan berusaha menghentikannya di gereja atau denominasi Kristen yang didirikannya. Iblis tahu seserius apapun hati seseorang jika dia tidak bertemu dengan pengajaran (doktrin) yang benar, iman orang itu akan kandas, dan semua kerajinannya akan nihil bahkan bisa direkrut menjadi penyesat.
Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (Rom. 10:2)
Lihatlah, hati mereka sangat serius, tetapi tidak mendapatkan pengajaran (doktrin) yang benar. Karena mereka tidak tulus (jujur) dalam mencari kebenaran melainkan berusaha untuk
mempertahankan kebenaran yang mereka bangun sendiri.
Saya Bertobat Secara Doktrinal
Mungkin ada pembaca yang bereaksi, Anda sendiri bagaimana? Apakah sudah benar? Jawaban saya, sejak saya diselamatkan saya mencari kebenaran. Dan saya sangat bersyukur bahwa Tuhan menuntun saya untuk mendapatkan satu kebenaran demi satu kebenaran. Setiap kali saya dapatkan kebenaran hati saya bersorak seperti seorang yang mendapatkan mutiara yang indah.
Saat muda saya sangat giat di dalam gereja, banyak teman saya bisa memberi kesaksian seberapa giatnya saya. Pada saat baru berumur 17/18 tahun saya dipercaya sebagai sekretaris sidang PGW seluruh Kalbar yang harus membuat notulen rapat. Hampir semua kegiatan gereja saya ikuti bahkan bersifat interdenominasi. Banyak anak muda Kharismatik berkata pada saya, ah pak Suhento tidak tahu Kharismatik. Saya tertawa dan berkata, kamu belum lahir saya sudah di atas panggung pimpin nyanyi, dan saya yang menggalang dana beli perangkat musik supaya nyanyian benar-benar heboh.
Singkat cerita, karena hati yang cinta kebenaran maka Tuhan menuntun saya, akhirnya saya sampai di Seminary Baptist, dan mempelajari banyak doktrin juga membaca sejarah kekristenan yang tidak diceritakan oleh denominasi lain. Dalam proses belajar itulah saya berseru dan bersyukur terus ketika setiap mutiara yang indah saya temukan.
Ketika di Indonesia, saya sudah menggembalakan jemaat enam tahun, dan mengajar pelajaran agama Kristen di poli-teknik Universitas Indonesia selama enam tahun. Saya sudah biasa mengangkat tangan melakukan DOA PEMBERKATAN di setiap akhir kebaktian. Saya bertanya, mengapakah di gereja Baptist tidak ada doa pemberkatan di akhir kebaktian? Saya dikasih tahu bahwa sekarang adalah zaman keimamatan setiap orang percaya yang sudah lahir baru. Orang Kristen lahir baru adalah anak Allah bahkan sudah menjabat IMAMAT yang rajani, artinya anak Allah yang sekaligus merangkap imam. Jemaat Perjanjian Baru yang alkitabiah tidak ada lagi jabatan IMAM maupun praktik keimamatan. Saya tersentak dan merasa sangat bersalah telah melakukannya banyak tahun. Saya BERTOBAT secara doktrinal.
Sebelumnya saya masih percaya Tuhan masih memberikan mimpi, penglihatan, bernubuat dan sebagainya. Tetapi, setelah saya belajar tentang BIBLIOLOGY yang benar, bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Tuhan dan adalah kanon tertutup. Awalnya saya tidak mengerti tentang kanon tertutup, tetapi akhirnya saya mengerti, bahwa pengakuan iman tentang “Alkitab adalah satu-satunya firman Tuhan” berpasangan dengan “Alkitab kanon tertutup,” sama seperti pasangan sepatu yang tidak bisa
dipisahkan. Tertutup artinya, sejak pewahyuan sampai kitab Wahyu maka proses pewahyuan dihentikan Tuhan. Kalau diteruskan maka berarti kanon terbuka dan Alkitab akan menjadi Salah satu firman Tuhan karena banyak orang akan mengklaim didatangi malaikat, dapat bisikan dll. Ohh sejak saya memahami tentang konsep Alkitab satu-satunya firman Tuhan dan kanon tertutup, saya BERTOBAT SECARA DOKTRINAL. Saya tidak bisa lagi percaya masih ada orang yang mendapat wahyu, bertemu malaikat apalagi bertemu Yesus. Dan tidak ada lagi mimpi yang dari Tuhan. Semua mimpi yang terjadi SESUDAH wahyu Tuhan sampai kitab Wahyu adalah karena terlalu banyak pikir atau dari iblis. (Anda bisa mendapatkan penjelasan lengkapnya).
Sejak saya anak remaja saya sudah bertanya terus dan tidak ada orang yang bisa menjawab, mangapakah Yesus berkata bahwa Ia akan di dalam kubur tiga hari dan tiga malam, tetapi jika Dia disalib Jumat dan bangkit Minggu subuh, dihitung dengan cara bagaimana pun itu mustahil tiga hari tiga malam. Setelah saya mendengar penjelasan bahwa sesungguhnya Yesus disalib hari Rabu, saya mengejar penjelasannya, dan saya berseru girang bagai orang yang mendapat mutiara terindah. Saya BERTOBAT SECARA DOKTRINAL, tidak mau lagi merayakan Jumat yang tidak agung itu. (Anda bisa mendapatkan penjelasan lengkapnya).
Saat tinggal di AS, semua orang merayakan Natal, tetapi mengapa gereja Baptis tidak ada acara? Mereka hanya merayakan Natal di rumah masing-masing kata mereka itu tradisi. Kata mereka bahwa Yesus tidak lahir tgl. 25 Desember, itu ditetapkan jauh sesudah para murid tidak ada, dan tercampur perayaan penyembahan Dewa Matahari. Saya kaget dan mulai mengadakan penyelidikan, oh rupanya orang yang pertama memperkenalkan 25 Desember ialah Hippolytus dari Roma pada tahun 235 AD atas dasar tahyul bahwa Yesus dikandung sama harinya dengan kematianNya yang dia patok 25 Maret, dan ditambah 9 bulan, maka hasilnya 25 Desember. Pada tahun 2007 seluruh jemaat GRAPHE bertobat secara doktrinal memutuskan tidak mau lagi mengikuti tradisi yang dimulai oleh kaisar Konstantin, yang pertama merayakan Natal 25 Desember pada tahun 336 AD. Kami putuskan MEMPERINGATI kelahiran Yesus Kristus di minggu ke-4 bulan Juni. (Anda bisa mendapatkan penjelasan lengkapnya).
Dulu saya pernah menjadi seorang Calvinis, dan pernah mengajarkan Calvinisme. Tetapi, ketika saya banyak membaca buku baik yang ditulis oleh Calvinis maupun penentangnya, dan terlebih ketika saya membaca tulisan Calvin sendiri bahwa Adam jatuh dalam dosa itu ditetapkan Tuhan dan saat Adam jatuh Tuhan senang, bahkan semua kejahatan telah Tuhan tetapkan, saya sangat kaget. Ini penistaan terhadap Tuhan. Saya BERTOBAT SECARA DOKTRINAL dan tidak mau menjadi seorang Calvinis lagi.
Masih ada banyak kesalahan doktrinal yang tidak alkitabiah yang pernah kami praktikan sebelumnya, dan kini kami tidak mau praktikan lagi, kami BERTOBAT SECARA DOKTRINAL.
Kesimpulan
Kita dapatkan banyak orang yang bertobat secara hati atas kehidupannya yang berdosa, atas sikapnya yang tidak tulus hati terhadap Tuhan. Tetapi sedikit orang yang bertobat secara DOKTRINAL, yaitu berubah dari mengimani sebuah doktrin yang salah menjadi mengimani doktrin yang benar.
Bertobat secara doktrinal rupanya harga yang harus dibayar BISA LEBIH MAHAL. Adoniram Judson (1812) bertobat secara doktrinal, dari pemercik bayi menjadi seorang Baptis, dan itu menyebabkan dia kehilangan seluruh support sebagai misionari, ada yang mengatakan bahwa keluarganya sampai kelaparan. Gottlob Bruckner, Gembala Gereja Reformed Belanda di Semarang (1814), minta dibaptis ulang oleh misionari Baptis, satu minggu kemudian dia diusir sehingga tidak ada rumah untuk tinggal dan ia harus menumpang tinggal dan makan pada misionari yang membaptis dia.
Tetapi, di mata Tuhan orang yang tulus, jujur, dan pencari kebenaran sejati, adalah yang berani BERTOBAT SECARA DOKTRINAL, dan inilah pertobatan yang sejati yang sangat menyenangkan hati Tuhan. Pertobatan HATI, dari hati yang kurang sungguh menjadi lebih sungguh, dari sikap kurang khusyuk menjadi lebih khusyuk, itu bisa terjadi di pegunungan Himalaya di antara para Biksu. Tetapi PERTOBATAN DOKTRINAL dari sebelumnya mengimani doktrin yang salah menjadi mengimani doktrin yang alkitabiah, ini hanya bisa terjadi pada orang yang sungguh mencintai kebenaran sejati lebih dari harta bahkan nyawanya. Camkanlah!
Jakarta, 31 Agustus 2021.
DR. SUHENTO LIAUW, DRE., TH.D.
<www.graphe-ministry.org>
<drsuhentoliauwblog.graphe-ministry.org>YouTube channel: GBIA GRAPHE dan GBIA INDONESIA.