Tiap-tiap Hari Menelusuri Sejarah Baptis-Philadelphia, Asosiasi Baptis Pertama di Amerika

Renungan Harian 27 Juli

Nas: Kisah Para Rasul 15:1-29

Gereja-gereja yang membentuk Philadelphia Association of Regular Baptists memperoleh anggota dan pelayan dari masa Great Welsh Migration atau perpindahan besar-besaran dari Welsh pada akhir abad ketujuh belas dan awal abad kedelapan belas. Orang-orang Baptis yang berasal dari Welsh membentuk beberapa gereja mula-mula di Pennsylvania dan menyediakan pemimpin-pemimpin untuk membantu gereja-gereja lain. Pemimpin-pemimpin seperti Jenkins Jones, Abel Morgan, dan Samuel Jones menyaksikan pengaruh Welsh di negeri baru mereka. Asosiasi Filadelfia atau The Philadelphia Association dengan nyata menunjukkan ciri-ciri Welsh di masa-masa awalnya. Mereka membawa tradisi mereka berupa khotbah yang hebat, hasrat menyanyi yang kuat, serta penginjilan yang hangat dan penuh semangat.”¹

Asosiasi ini berasal dari apa yang mereka sebut pertemuan umum, yang terkadang dilakukan setiap tahun. Pertemuan-pertemuan ini dilembagakan pada awal tahun 1688 dan bergiliran di bulan Mei atau September setiap tahunnya. Tujuan pertemuan-pertemuan ini terutama dipusatkan pada pelayanan firman serta pelaksanaan upacara-upacara Injil. Namun pada pertemuan mereka tanggal 27 Juli 1707, tampaknya mereka lebih mengarah kepada bentuk asosiasi, sebab kemudian ada utusan-utusan dari beberapa gereja dan membicarakan beberapa hal yang menjadi perhatian bersama. Itulah sebabnya kami mengambil tanggal tersebut sebagai permulaan asosiasi, walaupun tidak terlalu salah juga jika tanggal itu ditarik mundur beberapa tahun ke belakang.

Mereka adalah kelompok orang-orang percaya yang lemah namun setia pada masa itu. Asosiasi itu hanya terdiri atas lima gereja, Lower Dublin, Piscataqua, Middletown, Cohansie, dan Welsh Tract. Pada waktu itu hanya ada empat belas gereja di seluruh koloni. Beberapa catatan yang berkaitan dengan pertemuan pertama asosiasi adalah sebagai berikut, Disimpulkan oleh beberapa jemaat untuk memilih dari beberapa saudara tertentu, yaitu yang dianggap paling mampu di dalam setiap jemaat untuk menyelenggarakan pertemuan tahunan guna membicarakan hal-hal yang dianggap kurang di dalam jemaat-jemaat dan kemudian memperbaikinya.

Kemudian disepakati bahwa seseorang yang asing, yaitu yang tidak memiliki surat keterangan, atau yang tidak dikenal sebagai orang yang memiliki karunia dan cara hidup yang baik, tidak boleh diizinkan untuk berkhotbah, atau diperlakukan seperti seorang anggota jemaat di dalam semua jemaat yang dibaptiskan di dalam persekutuan satu sama lain.”² Sementara asosiasi itu semakin bertumbuh dan dikelola secara lebih leluasa, dianggap perlu untuk memiliki pengakuan iman. Pada pertemuan mereka tanggal 25 September 1742, mereka memilih untuk mengambil dan mencetak ulang ”pengakuan iman, yang disusun oleh para penatua kongregasi Baptis yang bersidang di London pada tahun 1689, dengan disertai risalah tentang disiplin gereja, untuk dilampirkan pada pengakuan iman itu.”³

Dengan berhati-hati mereka menekankan bahwa hal itu bukanlah kredo, melainkan hanyalah pasal-pasal dan sebuah pengakuan iman. mereka tidak mengingini sebuah kredo atau asosiasi untuk berkuasa di atas jemaat lokal, dengan demikian mereka menulis, ”Sebuah gereja Injil adalah penguasa tertinggi gerejawi dan sekali-kali tidak tunduk kepada gereja lain mana pun juga, atau kepada dekrit sebuah asosiasi atau dewan, tetapi di dalam semua tindakannya bergantung kepada firman dan Roh Allah saja.4 Asosiasi ini sangat percaya kepada kedaulatan Allah dan otonomi jemaat lokal, memiliki semangat penginjilan serta bertanggung jawab untuk mengembangkan gereja dan asosiasi di seluruh penjuru negara. Kiranya Allah menganugerahi kita keseimbangan alkitabiah yang sama.

DLC
____

¹ H. Leon McBeth, The Baptist Heritage (Nashville: Broadman Press, 1987), hal. 211-12.
² A. D. Gillette, ed., Minutes of the Philadelphia Baptist Association from AD. 1707 to AD. 1807 (1851; reprint ed., Minneapolis: James Publishing Co., n.d.), hal.4.
³ Ibid, hal. 46.
4 Minutes of the Ketocton Association of Regular Baptists (Luray, Va.: n.p. , 1989), hal.43.
—————————–

Renungan Tambahan DR. SUHENTO LIAUW:

1. Asosiasi adalah semacam persekutuan yang tidak terikat antara gereja-gereja. Bedanya dengan Sinode ialah bahwa Sinode itu sistem yang dibuat gereja yang di negara asalnya adalah gereja negara (state-church) untuk mengatasi pemerintahan gereja saat mereka di luar negara mereka. Contoh, gereja Reformed yang di Belanda itu di bawah negara, lalu di luar Belanda bagaimana? Mereka buat sinode. Kalau Baptis tidak ada yang di bawah negara, mereka hanya buat asosiasi untuk menanggulangi hal-hal tertentu saja misalnya dalam hal pengiriman misi, atau urusan sekolah, yang tidak sanggup diurus oleh hanya satu gereja.

2. Independensi tiap gereja lokal sangat ditekankan oleh gereja Baptis, bahwa gereja lokal tidak tunduk pada gereja lain, maupun asosiasi, bahkan tidak tunduk pada pemerintah. Pribadi orang Kristen sebagai warga negara harus tunduk pada pemerintah, bukan jemaat/gerejanya. Itulah sebabnya gereja Baptis yang alkitabiah tidak mungkin membentuk Sinode atau apapun namanya dan kemudian mendaftar ke pemerintah. Kalau pemerintah mau daftar, ya daftarkan tiap-tiap gereja lokal BUKAN mengelompokan mereka ke bawah satu organisasi dengan ketua, sekretaris bendahara,karena orang-orang ini kemudian membawahi gereja lokal.

3. Moral yang tinggi selalu dijunjung sehingga orang-orang Baptis seluruh muka bumi menjadi manusia yang paling tidak merepotkan pemerintah, melainkan menjadi faktor positif bagi negara, contohnya adalah Amerika Serikat. Sekarang AS sedang dihancurkan perlahan-lahan oleh pendatang yang tidak berhasil ditobatkan yaitu para Atheis, penyembah berhala, dan umat agama yang sesat, bahkan kekristenan yang tidak berdasarkan Alkitab dan akal sehat. Silakan Camkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *