Jika kita perhatikan sejarah, maka kita akan lihat pola Tuhan dan pola iblis dengan sangat jelas, dan kita akan dapat pelajaran. Setelah dapat pelajaran seharusnya kita jadi lebih berhikmat.
Ketika jumlah manusia baru beberapa orang, sudah terjadi sesuatu yang terus terjadi sampai hari ini. Ketika Kain melihat Habel berkenan kepada Tuhan, dia tidak mengintrospeksi diri, tidak bertanya, apa ada yang salah dari persembahannya? Itu persembahan bakaran, untuk untuk masak sup. Dalam Ibrani diperjelas, “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr9:22).
Kain tidak mau tahu kesalahannya yang mempersembahkan tanaman, bukan binatang yang mengeluarkan darah, yang MENSIMBOLKAN Sang Juruselamat yang akan dimatikan untuk menanggung dosa manusia. Kain pakai kekerasan, dia membunuh Habel.
Dalam perjalanan sejarah, berulang-ulang, dan ulang-ulang terus, kelompok yang tidak memiliki KEBENARAN, selalu meniru tingkah si KAIN, yaitu memakai kekerasan.
Tak perlu kita singung penganiayaan yang dilakukan oleh penyembah berhala dan para Atheis, seperti yang sekarang sedang terjadi di negara-negara Komunis-Atheis, dan juga di negara yang agamanya bukan bersumber dari Tuhan. Kasusnya terlalu banyak. Mari kita lihat, fokus pada penganiayaan yang dilakukan ORANG KRISTEN, orang yang di tangannya pegang Alkitab yang katanya percaya Yesus.
Sekitar seribuan tahun gereja Katolik menganiaya Anabaptis, dan kelompok mana saja yang mengritik pengajarannya. Penganiayaan bisa sedemikian masif itu tentu memakai tangan pemerintah. Modus memakai tangan pemerintah menganiaya kelompok lain yang membawa pengajaran berbeda doktrin, selalu terulang.
Ketika John Calvin menguasai kota Geneva, ia juga memakai tangan pemerintah kota untuk menganiaya pengritiknya. Servetus dibakar hidup-hidup padahal ia tidak berbuat kesalahan apapun selain mengritik pengajaran Calvin. Lucu sekali, pengikut Calvin zaman modern berkata bahwa bukan Calvin yang membunuh Servetus melainkan pemerintah kota. Tetapi kesalahan Servetus bukan karena merampok, membunuh atau mencuri. Satu-satunya kesalahan Servetus ialah mengritik pengajaran Calvin. Hanya orang idiot yang tidak bisa melihat hubungan Calvin dengan pembunuhan Servetus.
Felix Mann, hanya berumur 22th, murid Zwingli dalam pelajaran theologi dan bahasa Yunani. Ketika Felix sampai pada kesimpulan bahwa baptisan harus kepada orang yang sudah bisa mengaku iman, tidak kepada bayi dan percik, Zwingli gurunya marah besar. Zwingli tidak cukup marah, dia mengikuti tingkah Kain, membunuh Felix dengan kekuasaan dewan kota, dengan cara menenggelamkan Felix di sungai Limnat.
Martin Luther juga terlibat penganiayaan ketika dia menggabungkan gerejanya dengan pemerintah Jerman. Tadinya, saat keluar dari Katolik Luther percaya baptisan hanya untuk yang sudah percaya, dan dengan cara selam. Buktinya, Luther menerjemahkan kata BAPTIZO dengan kata TAUCHEN, bahasa Jerman untuk kata selam pada Alkitab terjemahannya yang terbit tahun 1519.
Pengulangan Cara Kain
Ketika mahasiswa GITS tamat, ada yang berkeinginan pulang kampung dan membangun gereja di kampungnya. Saya sering mendapat laporan dari alumni tentang sikap penolakan dan perlakuan yang mereka terima, bukan dari pemimpin agama lain, tetapi justru dari pemimpin Kristen. Satu alumni GITS dari Papua yang tamat dan pulang kampung ingin membangun jemaat, mendapat ancaman dari pendeta di kampungnya yang adalah abangnya sendiri.
Saya mendengar laporan demikian merasa sangat geli. Kok bisa ya, bagaimana seandainya di sebuah kampumg sudah ada satu toko beras, lalu pemilik toko beras itu marah dan melarang orang lain jual beras di kampung itu? Apakah masuk akal kalau ada sebuah toko bahan bangunan di sebuah kampung, lalu tidak boleh ada pihak manapun yang bikin toko bangunan lagi? Padahal di semua negara sekarang sudah ada peraturan anti monopoli.
Singkat cerita, sangat disayangkan alumni GITS tersebut akhirnya menjadi penjual minyak, karena oleh abangnya sendiri tidak diijinkan untuk mendirikan gereja kedua di kampung mereka.
Banyak KAIN Zaman Modern
Cara Kain, yang sudah lebih enam ribu tahun, tidak kadaluarsa, ternyata masih banyak dipakai oleh pemimpin agama, bahkan pemimpin gereja. Mereka tidak malu-malu menjadi pengikut Kain. Ketika mereka tidak mampu mempertahankan KEBENARAN yang mereka ajarkan, mereka mulai berpikir untuk memakai cara Kain.
Sepuluh tahunan lalu ketika alumni GITS tamat dan dipanggil pulang orang tua, dan mau mendirikan gereja di daerah Sungai Ayak. Mereka sangat ditentang oleh gereja yang ada. Bahkan ada yang mengancam dengan bawa parang, maudau dll. Tetapi karena teguh hati, dan memakai akal sehat, akhirnya yang berencana memakai cara KAIN, malu juga. Dan sekarang sudah reda, jemaat yang dimulainya sudah berdiri walau sedikit jumlah anggotanya.
Ketika artikel ini ditulis, saya dapat laporan dari alumni GITS yang berasal dari Pulau Sabu. Mereka sudah tamat dan pulang kampung dan ingin bersama kekuarga mereka mendirikan gereja baru. Aneh sekali, gereja yang sudah ada duluan di pulau Sabu tidak setuju dan marah. Dan mereka mulai mengancam dengan kekerasan dan juga mau memakai kekuasaan pemerintah. Mereka berencana menjadi pengikut Kain, dan mengikuti jejak pendahulu mereka untuk menganiaya dengan tangan pemerintah. Nanti jika ada “Servetus” terbunuh, kemungkinan mereka akan berkata bahwa “Calvin” tidak terlibat, padahal jelas-jelas Calvin yang lapor dan suruh tangkap.
Sesungguhnya ada banyak sekali “Kain modern,” yang marah ketika melihat ada gereja lain berdiri di dekatnya. Mereka marah ketika “Habel” mempersembahkan domba, kok bukan ikut mereka mempersembahkan bayam atau mentimun. Seharusnya, mereka introspeksi pengajaran mereka, dan memperkuat anggota jemaat mereka dengan pengajaran dan nasihat, bukan dengan mengancam pihak lain dan memakai tangan pemerintah.
Ingat wahai Gembala manusia, orang yang jadi jemaat kita itu bukan domba kita yang kita cucuk hidung, melainkan domba Tuhan, Tuhanlah Gembala Agung pemilik domba yang sesungguhnya. Jangan ada yang berpikir dan bersikap seperti penjajah atas jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan. Saya berkata kepada anggota jemaat Graphe, jika kalian temukan ada gereja yang lebih benar dan lebih berkenan di hati kalian, silakan pindah. Dan jangan lupa kasih tahu saya karena saya juga mau ikut pindah.
Jakarta, 17 Des 2018
Dr. Suhento Liauw
<www.graphe-ministry.org>
Maranatha!