Sejak kapankah upacara perayaan Rabu Abu (Ash Wednesday) yang sekarang ramai dirayakan oleh sebagian gereja dimulai dan adakah kebenaran alkitabiah di dalamnya? Pertanyaan ini berulang-ulang ditanyakan kepada saya, dan saya telah menjawabnya secara pribadi lepas pribadi kepada banyak orang, hingga saya berpikir sebaiknya dibuat sebuah artikel agar bisa dibagikan kepada orang-orang yang bertanya.
Rabu Abu Adalah Perayaan Katolik
Perayaan RABU ABU atau ASH WEDNESDAY, ini adalah perayaan Gereja Roma Katolik (GRK) yang dimulai pada abad ke-11, dan ditetapkan oleh Paus Urban II pada tanggal 22 Februari 1091.
Ash Wednesday practice originates from the 11th Century. On February 22, 1091, Pope Urban II at the council of Benevento ordered Ash Wednesday extended to the church in Rome. Originally Roman sinners used to dress in sackcloth and were sprinkled with ashes until they were reconciled with the other community. However, the practice was not in use anymore and a new way of applying ashes on the forehead began.
(https://www.the-star.co.ke/news/realtime/2024-02-14-explainer-origin-of-ash-wednesday-beginning-of-len).
Dikatakan bahwa pada saat awal upacara Rabu Abu, hari Rabu (46 hari sebelum Minggu Paskah), mereka merayakannya dengan mengenakan kain karung (sackcloth) dan ditaburi dengan abu dan mereka berjalan sampai bertemu kelompok lain dan berdamai. Namun sekarang mereka tidak melakukan demikian lagi melainkan hanya memoleskan abu berbentuk salib di dahi mereka.
Pada hari Rabu Abu, Uskup akan memberkati baju, rambut yang akan mereka kenakan selama empat puluh hari penebusan dosa dan memercikkannya dengan abu. Abu yang digunakan pada Rabu Abu terbuat dari ranting palem yang digunakan pada Minggu Palem tahun sebelumnya. Abunya dipercik dengan air suci dan dikenai dupa, dan memoleskan ke dahi umatnya berbentuk salib.
Mereka berkata bahwa perayaan ini untuk melambangkan kesengsaraan dan penderitaan Kristus dalam menanggung dosa, dan mereka yang merayakan itu bermaksud menghayati kesengsaraan Kristus dan menghayati dosa. Ada yang menambahkan bahwa juga menghayati bahwa manusia terbuat dari debu dan akan kembali kepada debu. Kemudian belakangan juga dihubungkan dengan penyaliban Kristus dengan memoleskan abu ke dahi berbentuk salib.
Gereja Apa Saja Yang Melakukannya?
Menurut keterangan di Internet, Katolik, Orthodox, Protestan, Reformed, Presbyterian, Anglikan, Intinya gereja-gereja yang memisahkan diri (keluar) dari GRK tetap mengikuti perayaan Rabu Abu ini.
Gereja Baptis karena tidak berasal dari GRK maka tidak mengikuti jejak GRK merayakan Rabu Abu. Dan awalnya gereja-gereja Injili, Pentakosta serta sejumlah gereja yang mengikuti arah gereja Baptis juga tidak merayakan Rabu Abu ini.
Bagaimana Menurut Alkitab?
Mengapa Gereja Baptis tidak merayakan hari Rabu Abu? Gereja Baptis berasal dari kelompok ANABAPTIS, yaitu kelompok orang Kristen yang menjunjung tinggi pengajaran para Rasul, yang dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Para Rasul kemudian dikumpulkan oleh Yesus Kristus dan disebut Rasul Kristus dan sesudah kenaikan Kristus mereka menyebarkan Injil dengan membaptis orang yang sungguh bertobat dan percaya untuk menjadi murid. Cara membaptis para Rasul persis seperti cara mereka dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, yaitu diselamkan ke dalam air di sungai Yordan.
Tetapi pada awal abad ke-3 terjadi penyimpangan, gereja mulai disesatkan melalui pembaptisan bayi yang belum bisa bertobat dan percaya, dan belakangan dilakukan dengan pemercikan air di kepala bayi. Kelompok Kristen yang menjunjung tinggi syarat dibaptis adalah bertobat dan percaya dan dengan selam seperti yang dilakukan Yohanes di sungai Yordan, tidak setuju pada kesesatan yang terjadi, dan mereka MEMBAPTIS ULANG orang yang kemudian setelah dewasa bertobat dan percaya. Pembaptisan Ulang ini bahasa Yunaninya ialah ANA-BAPTIS, akhirnya kelompok ini disebut kelompok ANABAPTIS atau Pembaptis Ulang. Tetapi mereka diburu, dianiaya oleh GRK, bahkan oleh para Reformator, kemudian setelah penganiayaan reda mereka mendirikan gereja yang diberi nama Gereja Baptis.
Gereja Baptis percaya bahwa keselamatan murni melalui iman kepada Yesus Kristus bawa Dia telah dihukumkan di kayu salib menanggung dosa seisi dunia, dan setiap orang yang percaya kepadaNya, maka seluruh dosanya dihitung ditanggung Yesus Kristus, bahwa Yesus telah menggantikannya dihukumkan dan dia berjanji hidup bagi Yesus. Setelah pengakuan iman demikian maka kapan saja dia mati, maka dia pasti akan masuk Sorga. Inilah inti dari seluruh Injil, bahkan inti dari seluruh pengajaran Alkitab.
Orang-orang yang percaya pada Alkitab, tidak percaya adanya upacara atau perayaan apapun yang bisa menyelamatkan orang. Tidak ada upacara yang menguduskan orang (sacrament), melainkan seseorang dikuduskan hanya melalui bertobat dan beriman kepada Yesus Kristus, yaitu mengimani bahwa Yesus Kristus telah dihukumkan menggantikannya, dan sekarang ia sedang hidup menggantikan Yesus atau hidup bagi Yesus.
Upacara Yang Diperintahkan
Pertobatan dan iman adalah urusan hati, dan hal yang sangat pribadi. Terjadi keinsafan akan dosa dan hukumannya, dan percaya bahwa Yesus sudah dihukumkan untuk menanggung hukuman atas semua dosanya, terjadi di dalam hati seseorang. Tidak ada upacara atau ritual, atau amal, atau apapun perbuatan manusia yang diperlukan untuk keselamatan jiwa manusia. Ini adalah kebenaran mutlak yang tak bisa ditawar-tawar, ini sudah harga mati, dan harus sudah sangat dimengerti tuntas.
Kita dapatkan bahwa sesuatu yang terjadi di dalam hati itu disimbolkan dalam dua upacara, sekali lagi saya ulangi, HANYA dengan dua upacara saja, yaitu PEMBAPTISAN dan PERJAMUAN TUHAN.
19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20).
Jelas sekali bahwa PEMBAPTISAN yaitu menyelamkan orang ke dalam air sebagai simbol untuk menyatakan sesuatu yang telah terjadi di dalam hati. Orang yang telah bertobat dengan sungguh, dan percaya dengan segenap hati bahwa Yesus telah dihukumkan, mati, dikuburkan, dan sesudah tiga hari kemudian Dia bangkit bagi dirinya, kemudian memberi dirinya DITENGGELAMKAN ke dalam air dan dibangkitkan kembali. Upacara ini PUN bukan untuk menyelamatkan, melainkan hanya menyimbolkan sesuatu yang terjadi di dalam hatinya.
Kemudian, juga diperintahkan agar mengadakan Perjamuan untuk mengenang tubuh Yesus yang diserahkan untuk disalibkan dan darahNya yang tercurahkan melalui memecah-mecahkan roti dan meminum air anggur. Ini bukan perjamuan KUDUS karena tidak ada perjamuan yang bisa menguduskan seseorang. Ini Perjamuan TUHAN yang diperintahkan Tuhan untuk MENGINGAT akan tubuh dan darahNya, bukan untuk menguduskan. Awas, dengan namanya yang salah bisa menyesatkan.
23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti 24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” 25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (1Kor.11:23-25).
Kami tidak temukan ada upacara atau perayaan lain yang diperintahkan oleh Tuhan dalam Alkitab untuk dilakukan oleh orang Kristen selain PEMBAPTISAN dan PERJAMUAN TUHAN. Dan perlu dicamkan amat sangat bahwa dua upacara yang diperintahkan ini SAMA SEKALI tidak untuk menambahi syarat keselamatan. Ingat, syarat keselamatan hanya pertobatan dan iman yang terjadi di dalam hati.
Kembali ke Perayaan Rabu Abu
Kami dapatkan bahwa iblis berusaha menggeser kekristenan untuk mengikuti sifat (nature) dari penyembahan berhala (paganisme) yang berusaha menghanyutkan perhatian manusia dengan berbagai ritual agar manusia tidak fokus pada kebenaran atau pemakaian akal budi. Kekristenan adalah iman yang paling menekankan pemakaian akal budi. Perhatikan pernyataan Tuhan Yesus tentang hukum yang paling utama.
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Mat.22:37)
Kekristenan yang alkitabiah telah meninggalkan Yudaisme yang adalah ibadah yang bersifat SIMBOLISTIK, RITUALISTIK DAN JASMANIAH. Memang di zaman theokrasi Tuhan mendirikan ibadah Simbolistik, Ritualistik dan Jasmaniah di Yerusalem agar semua bangsa di muka bumi memandang (berkiblat) ke Yerusalem UNTUK MENANTIKAN kedatangan Juruselamat yang dijanjikan. Ibadah Simbolistik, Ritualistik dan Jasmaniah itu selesai pada saat kedatangan Elia dan Jehovah yang maha dahsyat yaitu Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus.
5 Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. 6 Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah. (Mal.4:5-6).
22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yoh.4:22-2).
Kita sangat bersyukur Bait Allah dihancurkan oleh Jenderal Titus. Sebab jika tidak, maka hari ini kekristenan akan disesatkan oleh ibadah ritualistik yang sesungguhnya sudah dihentikan Allah. Rasul Paulus seorang Rasul yang sangat hebat, hampir terjebak melakukan ritual Pentahiran (Kis.21:26). Tuhan bertindak sehingga sebelum dilakukan persembahan Pentahiran terjadi keributan besar.
Kemudian, iblis berusaha terus menerus menyeret gereja agar melakukan berbagai ritual untuk mengacaukan esensi ibadah kekristenan yang sesungguhnya. Serangan iblis yang dahsyat itu akhirnya berhasil menyimpangkan gereja yang kemudian membangun kembali ibadah Simbolistik, Ritualistik dan Jasmaniah, dengan berbagai Upacara Kudus (sacrament), manusia Kudus (santo-santa), tanah kudus, bahkan ada hari Kudus dan malam Kudus juga air kudus.
Berbagai hari raya lengkap dengan ritualnya juga sengaja diciptakan, hari raya Kelahiran dan Kematian Kristus, dan bermacam-macam hari raya. Di Filipina lebih dahsyat lagi dimana mereka setiap musim Paskah ada sejumlah orang yang memperagakan penyaliban Yesus dengan penyaliban diri mereka namun tidak sampai mati. Termasuk hari raya yang sedang kita bahas yaitu HARI PERAYAAN RABU ABU (Ash Wednesday), padahal tidak ada ditemukan di dalam Alkitab perintah untuk merayakan berbagai hari raya, termasuk tidak ada perintah perayaan Rabu Abu.
9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? 10 Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. 11 Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia. (Gal.4:9-11)
Kesimpulan
[1]. Kekristenan alkitabiah adalah kekristenan yang tidak lagi menyembah Tuhan secara Simbolistik, Ritualistik dan Jasmaniah, melainkan yang sudah menyembah Tuhan secara Hakekat, Rohaniah dalam Kebenaran, artinya ibadahnya tidak lagi terikat sikap tubuh, tempat dan waktu.
[2]. Kekristenan alkitabiah mengerti bahwa syarat keselamatan itu hanya bertobat dan beriman pada Yesus Kristus yang tersalib menanggung dosa seisi dunia. Orang yang diselamatkan adalah yang percaya bahwa Yesus telah dihukumkan menggantikannya, dan dia tahu dan berjanji bahwa dirinya akan hidup bagi Yesus.
[3]. Kristen alkitabiah tahu bahwa tidak ada upacara (sacrament) atau perayaan apapun yang bisa menyucikan atau menghapuskan dosa. Dan tidak ada tanah Kudus, orang Kudus, Perjamuan Kudus, hari Kudus dan malam Kudus, apalagi air Kudus.
[4]. Kristen alkitabiah tahu bahwa Alkitab tidak memerintahkan upacara perayaan Rabu Abu. Pertobatan dan perenungan tentang Kesengsaraan Kristus, juga perenungan bahwa manusia dari debu yang akan kembali kepada debu adalah kebenaran yang baik untuk direnungkan, bukan untuk diupacarakan dalam bentuk ritual atau perayaan.
Demikianlah pemahaman saya tentang PERAYAAN Rabu Abu atau ASH Wednesday. Dan saya tulis artikel ini dengan hati yang penuh kasih hanya untuk kalangan sendiri dengan maksud menjawab orang-orang yang meminta pendapat saya.
Jakarta, 14 Februari 2024
DR. SUHENTO LIAUW, DRE., TH.D.
<www.graphe-ministry.org>
<drsuhentoliauwblog.graphe-ministry.org>
YouTube: GBIA GRAPHE & GBIA INDONESIA.
Maranatha!