Sejak muncul pertama, Advent sudah dikelompokkan sebagai bidat. Banyak orang bertanya, sesungguhnya apa kesesatannya, mengapa dikelompokkan sebagai bidat?
MEMELIHARA SABAT
Mari kita selidiki apa persisnya yang diajarkan Advent-Hari-Ketujuh (Seventh-day Adventism, disingkat SDA), tentang Sabat. Berikut ini penjabaran tentang pengajaran mereka dari materi-materi terbitan mereka sendiri.
YANG ADVENT AJARKAN:
Sabat itu mengikat secara kekal bagi manusia sejak penciptaan. Advent-Hari-Ketujuh mengatakan bahwa Sabat diciptakan untuk manusia pada umumnya dan diberikan kepada Adam di Taman Eden. Jadi, memelihara-Sabat, adalah tanda kesetiaan kepada Allah, sang Pencipta.
“Allah menginstitusikan Sabat di Eden; dan selama fakta bahwa Dia adalah Pencipta kita terus menjadi alasan mengapa kita harus menyembahNya, selama itu juga Sabat akan berlanjut sebagai tanda dan peringatannya. …Memelihara Sabat adalah tanda kesetiaan kepada Allah yang sejati” (Ellen White, The Great Controversy, hal. 386).
“Sabat dipelihara oleh Adam dalam ketidakberdosaannya di Eden yang suci; juga dipelihara Adam yang telah jatuh namun bertobat, ketika dia diusir dari tempatnya yang bahagia. Sabat dipelihara oleh semua bapa-bapa patriarkh, dari Habel hingga Nuh yang benar, ke Abraham, ke Yakub” (Ibid., hal. 398)
YANG ALKITAB AJARKAN:
1. Sabat, walaupun disebutkan dalam Kej. 2:2-3, tidak diberikan kepada manusia sampai zaman Israel di padang gurun (Neh. 9:13-14).
2. Sabat diberikan, bukan kepada umat manusia secara umum, tetapi kepada Israel saja sebagai suatu tanda perjanjian spesial antara Israel dan Allah (Kel. 31:13, 17).
3. Ellen White menambahi Kitab Suci ketika ia mengajar bahwa Adam dan para patriarkh memelihara Sabat. Alkitab sama sekali tidak menyebut apa-apa tentang hal ini. Bahkan, tidak mungkin ini benar. Jika Sabat telah dipelihara oleh manusia pada umumnya sejak penciptaan, tidak mungkin Sabat diberikan sebagai peringatan perjanjian khusus kepada Israel.
YANG ADVENT AJARKAN:
Sabat terus mengikat bagi orang-orang percaya di zaman Perjanjian Baru.
“…dari hal ini menjadi jelas bahwa keseluruhan Sepuluh Hukum mengikat dalam dispensasi Kristen, dan bahwa Kristus tidak punya pikiran untuk mengubah satupun dari antaranya. Salah satu perintah ini adalah pemeliharaan hari ketujuh sebagai Sabat…” (Bible Footlights, hal. 37).
YANG ALKITAB AJARKAN:
1. Perjanjian Baru adalah satu-satunya pedoman yang tiada salah mengenai bagian mana dari Hukum Musa yang berlanjut secara mengikat dalam pengertian apapun pada orang-orang percaya zaman gereja. Perjanjian Baru secara tegas mengajarkan bahwa orang percaya hari ini tidak terikat pada hukum Sabat! “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus” (Kol. 2:16-17).
Tambahan Editor Dr. Steven Liauw:
Para Adventis sering mencoba untuk berkelit dari ayat ini dengan berkata bahwa Sabat yang dimaksud di Kolose 2:16-17, bukanlah Sabat hari, tetapi mengenai Sabat tahunan. Jadi, menurut Advent, Sabat tahun (yaitu mengistirahatkan tanah setiap tahun ketujuh) sudah selesai, tetapi Sabat hari berlanjut terus. Ide ini tentu saja sangat konyol, dan dengan mudah dipatahkan, sebagai berikut:
a. Dalam Alkitab (LAI maupun KJV, dan dalam banyak versi lain), jelas-jelas tertulis “HARI Sabat.” Adventis akan berkelit lagi dan berkata bahwa dalam bahasa aslinya, tidak ada kata “hari” melainkan hanya “Sabat” saja. Tetapi, kata “Sabat” muncul 68 kali dalam Perjanjian Baru, dan tidak pernah mengacu kepada tahun, melainkan selalu kepada hari Sabat. Dalam perikop-perikop di empat Injil, sering dikatakan Yesus melakukan sesuatu di hari Sabat (misal Mat. 12:1, Mar. 1:21; 6:2; Luk. 13:14; Yoh. 5:16, dan masih banyak lagi), dan di ayat-ayat itu, juga hanya memakai kata “Sabat” tanpa kata “hari.” Faktanya, ketika kata Sabat dipakai dalam PB, sudah pasti yang dimaksud adalah hari. Mencoba untuk mengubahnya menjadi “tahun” dalam Kolose 2:16, tanpa ada bukti kontekstual apapun, adalah pemelintiran Firman Tuhan demi doktrin sendiri. Sekali lagi, dalam Perjanjian Baru, tidak pernah disinggung tentang Sabat tahun.
b. Konsep Sabat tahunan sebenarnya didasarkan pada prinsip yang sama dengan hari Sabat. Pada Sabat harian, ada enam hari untuk bekerja, dan hari ketujuh adalah istirahat. Demikian juga orang Israel boleh mengerjakan tanah enam tahun, lalu mengistirahatkan tanah pada tahun ketujuh. Prinsipnya sama dan saling terkait. Oleh karena itu, tidak masuk akal jika Sabat tahun dihilangkan, tetapi Sabat hari tidak.
c. Konteks Alkitab secara keseluruhan menyatakan bahwa “hari” Sabat sudah tidak mengikat bagi orang percaya. Jelas sekali adalah Yohanes 5:18, tetapi juga Roma 14:5.
2. Menurut surat-surat Perjanjian Baru, masalah Sabat sama sekali tidak relevan bagi jemaat-jemaat Tuhan. Dalam semua instruksi yang Allah berikan kepada jemaat-jemaat dalam surat-surat, hanya ada satu kali menyebut kata “Sabat,” yaitu Kolose 2:16, dan satu kali penyebutan itu adalah untuk mengatakan bahwa Sabat tidak lagi mengikat bagi orang-orang percaya Perjanjian Baru. Bukankah aneh, dalam terang fakta bahwa surat-surat PB menyebutkan Sabat hanya satu kali dan hanya untuk mengatakan bahwa Sabat tidak mengikat, bahwa Advent-Hari-Ketujuh memberi penekanan yang begitu besar pada pemeliharaan Sabat? Jelas sekali, denominasi SDA (Advent) memiliki pemahaman tentang Sabat yang sangat berbeda dari Rasul-Rasul! Rasul-Rasul, dalam tulisan mereka, sama sekali tidak memberi penekanan apapun kepada Sabat. Advent, dalam tulisan-tulisan mereka, memberi penekanan yang begitu besar pada hal ini. Waktu mengikuti salah satu mata kuliah jarak jauh mereka, SDA mengirimkan kepada saya sebuah poster print yang cantik dengan gambar loh-loh yang berisikan Sepuluh Hukum. Ini diprint pada kertas foil-emas yang mahal, dan hukum tentang Sabat di-highlight, katanya sama seperti dalam penglihatan Ellen White. Saya berasumsi bahwa mereka mengirimkan barang ini kepada saya agar saya sedemikian menghargainya. Tidak, sobat, saya tidak bermegah dalam Sabat. Rasul Paulus berkata bahwa Sabat bukan untuk saya.
3. Sabat adalah tipologi keselamatan. “Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya” (Ibr. 4:9-10). Para Adventis mengakui bahwa tipologi dan bayangan dalam Perjanjian Lama, seperti korban-korban keimamatan, telah digenapi dalam hidup dan kematian Tuhan Yesus Kristus, namun mereka mempertahankan bahwa Sabat mingguan bukanlah suatu tipologi yang digenapi oleh Kristus. Tetapi, dalam Ibrani 4, Sabat dinyatakan sebagai suatu tipologi keselamatan. Sebagaimana Allah beristirahat pada hari ketujuh dari pekerjaan penciptaanNya, orang percaya yang sejati hari ini beristirahat dalam karya Tuhan Yesus Kristus yang sempurna. Untuk memasuki peristirahatan Allah, seseorang harus dengan rendah hati menerima pekerjaan Allah dan berhenti dari pekerjaannya sendiri. Keselamatan adalah pemberian Allah, bukan pekerjaan kita.
YANG ADVENT AJARKAN:
Hukum Sabat telah diubah, dan tuntutan-tuntutan yang keras dalam sistem Musa, tidak lagi mengikat. Para Adventist tidak memelihara berbagai syarat dan ketentuan Sabat yang ada dalam Perjanjian Lama; tetapi mereka mengklaim bahwa mereka tidak perlu melakukannya, karena ketentuan yang berhubungan dengan Sabat katanya telah diubah pada zaman ini. Salah satu penglihatan Ellen White dijadikan bukti akan hal ini.
“Dalam tempat yang paling kudus, dia [Ellen White] melihat tabut yang mengandung hukum itu, dan tercengang memperhatikan bahwa ‘yang keempat, perintah Sabat, bersinar di atas semua yang lain; karena Sabat telah dipisahkan untuk dipelihara demi kehormatan nama Allah yang kudus…’ Di sana juga ditunjukkan kepadanya perubahan terhadap Sabat, signifikansi pemeliharaan Sabat….” (Messenger to the Remnant, hal. 34).
“Institusi-institusi yang Allah telah dirikan adalah untuk kepentingan manusia. …Hukum Sepuluh Perintah, yang Sabat menjadi bagian di dalamnya, Allah berikan kepada umatNya sebagai suatu berkat…” (Ellen White, The Desire of Ages, hal. 245-246).
YANG ALKITAB AJARKAN:
1. Hukum Sabat waktu itu sangatlah ketat dan keras. (1) Tidak boleh bekerja, Kel. 20:10; 31:14-15; (2) tidak boleh mengangkat barang, Yer. 17:21; (3) tidak boleh menyalakan api, Kel. 35:3. Hanyalah di tempat-tempat dengan iklim relatif hangat, seperti di Israel, perintah ini dapat dijalankan. Hukum Sabat sedemikian keras sehingga Allah memerintahkan seorang Israel dirajam mati karena mengumpulkan kayu untuk menyalakan api, karena itu melanggar hukum Sabat (Bil. 15:32-36). Hukum ini tidak diberikan sebagai berkat. Rasul Petrus pernah hidup di bawah hukum sepanjang hidupnya, sampai dia ditobatkan waktu dia dewasa, dan dia menyebutnya suatu kuk perhambaan “yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?” (Kis. 15:10).
Yakobus 2:10 memberitahu kita bahwa Hukum tidak dapat dipilah-pilah. Jadi, siapapun yang mau memelihara Hukum Musa tentang Sabat, harus memeliharanya persis sebagaimana Allah tuntut dalam Perjanjian Lama. Dan orang seperti itu harus memelihara setiap detil dari hukum tersebut. Hukum Perjanjian Lama bukanlah standar orang Kristen; standar kita adalah Kristus!
Dengan mengurangi tuntutan hukum Sabat, gereja Advent merusak kuasa dan tujuan hukum Musa untuk menyingkapkan keperluan akan Juruselamat. Hukum Musa tidak pernah dimaksudkan sebagai tata cara kehidupan bagi orang yang sudah dibenarkan – “dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar” (1 Tim. 1:9). Hukum dimaksudkan sebagai guru yang membawa orang berdosa kepada Juruselamat dan keselamatanNya.
2. Tidak ada otoritas Alkitab untuk mengubah hukum Sabat [sehingga Advent mau memelihara Sabat tapi tidak semua detil tentang Sabat]. Tuhan Yesus tidak mengubah Hukum. Tuhan hanya menghakimi tradisi orang Farisi yang menambah-nambahi Hukum. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Mat. 5:17-18).
3. Ini adalah contoh lain Ellen White menambahi pewahyuan yang diilhami. Ny. White melihat hukum Sabat sebagai lebih penting dari semua yang lain; ia “bersinar di atas semua yang lain.” Para Rasul yang diilhami tidak melihat ada kepentingan apapun mengenai Sabat bagi orang percaya PB.
YANG ADVENT AJARKAN:
Karena Yesus dan para Rasul memelihara Sabat, orang Kristen juga perlu memelihara Sabat hari ini.
“Contoh Yesus sangatlah jelas dan konsisten. KebiasaanNya adalah kebiasaan memelihara Sabat. …Namun walaupun demikian, kita menemukan situasi yang aneh di dunia hari ini. Karena walaupun kita memiliki Kristus yang sama sebagai teladan kita, Alkitab yang sama sebagai pedoman kita, kita menemukan dua jenis hari Sabat yang dipelihara orang Kristen…” (George Vandeman, Planet in Rebellion, hal. 277).
“Pengikut-pengikut Kristus dengan seksama memelihara Sabat, pada hari mana Tuhan mereka yang dikuburkan beristirahat dari pergumulan mautNya dengan dosa” (New Life Bible Correspondence Course, Guide #16).
YANG ALKITAB AJARKAN:
1. Yesus memelihara Sabat karena Dia lahir di bawah Hukum Taurat untuk memenuhi tuntutan Hukum. “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Gal. 4:4-5). Tuhan Yesus dengan rela hati membuat diriNya hamba, lahir di bawah hukum Musa, supaya Dia dapat menebus orang-orang berdosa dari kutuk dan perbudakan Hukum, masuk ke dalam kebebasan kekal anak. Dalam Matius 5:17-20, Yesus membeberkan tuntutan Hukum, yaitu kesempurnaan. Kristus datang, bukan untuk meniadakan Hukum, tetapi untuk menggenapinya, yang Ia memang lakukan. Yesus ada di bawah Taurat, supaya orang percaya tidak perlu berada di bawah Taurat.
2. Tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Paulus dan jemaat-jemaat awal memelihara Sabat. Para Adventis mengajarkan ini sebagai fakta, tetapi ini hanyalah perkiraan dan tebakan saja. Benar bahwa Paulus bertemu di sinagog-sinagog pada hari Sabat untuk berkhotbah kepada orang-orang Yahudi yang berkumpul di sana, tetapi ini tidak berarti bahwa dia memelihara sistem hukum Sabat Musa. Sebaliknya, Paulus bersaksi tentang masalah Sabat, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat” (Kol. 2:16).
Rasul Paulus dengan gamblang mengajarkan bahwa pemeliharaan Sabat tidak mengikat pada orang percaya PB. Memelihara atau tidak memelihara hari-hari tertentu adalah bagian dari kebebasan individu Kristen. “Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Rom. 14:5).
Menurut Alkitab, alasan Paulus mengunjungi sinagog-sinagog pada hari Sabat adalah untuk memberitakan Injil. Beban Paulus setelah pertobatannya adalah untuk memberitakan Kristus. Dia terbeban untuk bangsanya sendiri, orang Yahudi. Jadi, dia pergi ke tempat orang Yahudi untuk memberitakan Kristus kepada mereka. Perhatikan Kisah Para Rasul 13:14-44; 16:13-14; 17:2-4; and 18:4. “Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci” (Kis. 17:2).
Fakta bahwa Paulus pergi ke sinagog-sinagog pada hari Sabat tidak membuktikan bahwa dia memelihara Sabat, sama seperti dia pergi ke berbagai perayaan Yahudi di Yerusalem tidak membuktikan bahwa dia percaya dirinya terikat oleh hukum tentang hari-hari raya Yahudi. Dia tidak merasa terikat kepada satu pun dari hal-hal ini. Dia bebas dalam Kristus. Dia pergi sebagai pemenang jiwa untuk bersaksi kepada orang-orang sebangsanya tentang kebebasan dalam Kristus yang dia sendiri nikmati.
3. Ada banyak bukti dalam Alkitab dan dalam sumber-sumber sejarah lainnya bahwa orang-orang Kristen awal, sejak dari zaman Rasul-Rasul, bertemu dan kebaktian pada hari pertama minggu, bukan pada hari Sabat. Para pembaca sekalian bisa mengecek dokumentasi yang disediakan pada poin berikutnya.
YANG ADVENT AJARKAN:
Roma mengubah hari penyembahan dari Sabat menjadi Minggu pada abad keempat. Para Adventis berargumen bahwa hukum Sabat dipelihara oleh orang-orang Kristen hingga Konstantin, kaisar Roma, mengharuskan semua orang untuk memelihara Minggu. Para pemimpin Adventis melihat Konstantis sebagai tipologi dari antikristus di masa depan, yang (mereka percayai) akan membuat penyembahan Minggu suatu hukum yang mengikat semua manusia.
“Konstantin adalah kaisar Romawi. Dia adalah seorang penyembah matahari, tetapi dia juga adalah seorang politikus pintar. Dia mau menyenangkan semua orang. Sewaktu dia masih seorang kafir, dia mendekritkan bahwa semua kantor pemerintah harus ditutup pada hari pertama minggu – ‘hari penghormatan matahari.’ Gereja, yang kini telah berdiri di Roma, dengan cepat melihat keuntungan duniawi dalam kompromi dengan kekafiran … jadi demikianlah setelah beberapa tahun singkat, ketika hari Minggu telah masuk bercokol, gereja Roma dalam Konsili Laodikia mengesampingkan perintah Allah yang jelas dan mendekritkan perubahan dari hari ketujuh menjadi hari pertama minggu” (Planet in Rebellion, hal. 290).
YANG ALKITAB AJARKAN:
Ada banyak bukti dalam Alkitab dan dalam sumber-sumber serjah lainnya bahwa orang-orang Kristen awal, sejak zaman Rasul-Rasul, bertemu dan kebaktian pada hari pertama minggu, bukan pada hari Sabat.
Bukti-bukti Alkitab berkaitan dengan hari pertama minggu.
1. Pada hari pertama Yesus bangkit dari kematian (Mar. 16:9)
2 . Pada hari pertama Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya (Mar. 16:9)
3. Pada hari pertama Yesus bertemu dengan murid-muridNya di berbagai tempat dan berulang kali (Mar. 16:9-11; Mat. 28:8-10; Luk. 24:34; Mar. 16:12-13; Yoh. 20:19-23).
4. Pada hari pertama Yesus memberkati murid-murid (Yoh. 20:19)
5. Pada hari pertama Yesus memberikan kepada murid-murid karunia Roh Kudus (Yoh. 20:22)
6. Pada hari pertama Yesus mengamanatkan murid-murid untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia (Yoh. 20:21; dengan Mar. 16:9-15)
7. Pada hari pertama Yesus naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Bapa dan dijadikan Kepala dari segala sesuatu (Yoh. 20:17; Ef. 1:20)
8. Pada hari pertama banyak orang kudus yang dibangkitkan dari kubur (Mat. 27:52-53)
9. Hari pertama menjadi hari sukacita dan bagi murid-murid (Yoh. 20:20; Luk. 24:41).
10. Pada hari pertama Injil tentang kebangkitan Kristus pertama kali diberitakan (Luk. 24:34)
11. Pada hari pertama Yesus menjelaskan Kitab Suci kepada murid-murid (Luk. 24:27, 45)
12. Pada hari pertama, pembenaran kita diselesaikan (Rom. 4:25)
13. Pada hari pertama Roh Kudus turun (Kis. 2:1). Pentakosta adalah pada hari ke-50 setelah Sabat waktu persembahan unjukan (Im. 23:15, 16). Jadi, Pentakosta selalu adalah hari Minggu.
14. Orang-orang Kristen bertemu untuk acara jemaat pada hari pertama (Kis. 20:6, 7; 1 Kor. 16:2). Hari Minggu adalah “hari Tuhan” (Wah. 1:10) (D.M. Canright, Seventh-day Adventism Renounced).
Sejak zaman itu, mayoritas besar orang-orang Kristen telah selalu berkumpul pada hari Tuhan, yaitu hari pertama minggu. Mereka melakukan ini untuk menghormati kebangkitan Juruselamat mereka. Kristus ada dalam kubur pada hari Sabat, dan bangkit sebagai yang pertama dari antara orang mati pada hari pertama. Sabat menandakan hari terakhir dari ciptaan lama (Kej. 2:2). Minggu adalah hari pertama dari ciptaan baru.
Bukti Sejarah bahwa Orang Kristen Awal Berjemaat pada Hari Minggu
Epistle of Barnabas (sekitar 100 M): “Oleh karena itu, juga kita memelihara hari kedelapan dengan sukacita, hari saat Yesus bangkit lagi dari kematian.”
Epistle of Ignatius (sekitar 107 M).
“Jangan tertipu oleh doktrin-doktrin aneh, atau dengan dongeng-dongeng kuno, yang tidak bermanfaat. Sebab jika kita masih hidup menurut Hukum Yahudi, kita mengakui bahwa kita belum menerima kasih karunia … Oleh sebab itu, jika, mereka yang dibesarkan dalam tatanan lama telah menjadi pemilik dari pengharapan yang baru, tidak lagi memelihara Sabat, tetapi hidup dalam pemeliharaan Hari Tuhan, dalam hal mana hidup kita juga muncul lagi oleh Dia dan oleh kematianNya.”
Justin Martyr (sekitar 140 M).
“Dan pada hari yang disebut Minggu, semua yang tinggal di kota-kota atau di desa berkumpul di satu tempat, dan catatan-catatan para Rasul atau tulisan-tulisan para nabi dibacakan. …Tetapi Minggu adalah harinya, pada waktu mana kita semua berkumpul bersama; karena ini adalah hari pertama minggu, saat Allah … menciptakan dunia; dan Yesus Kristus Juruselamat kita pada hari yang sama bangkit dari kematian.”
Bardesanes, Edessa (180 M).
“Pada hari pertama minggu, kita berkumpul bersama.”
Clement of Alexandria (194 M).
“Dia, untuk menggenapi aturan, menurut Injil, memelihara hari Tuhan … memuliakan kebangkitan Tuhan dalam dirinya.”
Tertullian (200 M).
“Kita mengkhusyukkan hari setelah Sabtu, berlawanan dengan mereka yang menyebut hari ini sebagai Sabat mereka.”
Irenaeus (sekitara 155-202 M). “Misteri Kebangkitan Tuhan tidak boleh dirayakan pada hari lain selain hari Tuhan, dan pada hari ini sajalah kita dapat memelihara pemecahan Pesta Paskah.”
Sangatlah jelas bahwa orang-orang Kristen berjemaat pada hari Minggu jauh sebelum abad keempat.
YANG ADVENT AJARKAN:
Gereja telah mengubah Sabat menjadi Minggu tanpa otoritas Alkitab.
“Orang-orang Kristen pada generasi-generasi lampau memelihara Minggu, dengan pemahaman bahwa dengan cara demikian mereka memelihara Sabat dalam Alkitab; dan kini ada orang-orang Kristen sejati di setiap gereja, tidak terkecuali dalam persekutuan Roma Katolik, yang secara jujur percaya bahwa hari Minggu adalah Sabat yang ditentukan Allah” (Ellen White, The Great Controversy, hal. 394).
YANG ALKITAB AJARKAN:
Hari Minggu bukanlah Sabat; hari Minggu bahkan bukan hari yang kudus. Orang-orang Kristen tidak memelihara hari pertama sebagai Sabat ketika mereka berkumpul pada hari Minggu. Orang percaya PB, yang telah ditebus dari kewajiban hukum Musa, bebas untuk memelihara atau tidak memelihara hari-hari kudus, sesuai dengan hati nuraninya. (Tentu saja orang Kristen tidak seharusnya meninggalkan perkumpulan bersama pada hari Minggu atau hari lainnya, tetapi setiap orang Kristen bebas untuk menghormati atau tidak menghormati hari-hari tertentu). Roma 14:1-13 dan Kolose 2:16 dengan jelas menyatakan bahwa orang percaya tidak akan dihakimi dalam hubungan dengan hari-hari kudus. Bahkan cara orang-orang Galatia memelihara hari-hari kudus membuat Rasul Paulus khawatir bahwa mereka bahkan belum diselamatkan!
“Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. 11 Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia….Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu” (Gal. 4:10-11, 20).
“Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri. Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Rom 14:4-5).
“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat” (Kol. 2:16).
YANG ADVENT AJARKAN:
Adventisme sedang memenuhi nubuat dengan memberitakan tentang Sabat. Para Adventis percaya bahwa Allah telah membangkitkan mereka sebagai gereja sisa di akhir zaman untuk memberitakan kebenaran Sabat sebagai suatu ujian bagi umat manusia. Pekerjaan ini akan berpuncak pada Kesusahan Besar, demikian mereka percayai, dan pada kedatangan kedua Kristus. Untuk bukti Alkitab mengenai hal ini, para Adventis menunjuk kepada empat perikop utama: Yes. 58:12-14; Mat. 24:14; Wah. 14:6-12; dan Wah. 12:17.
“Sejak awal, Advent-Hari-Ketujuh telah dengan berani memproklamirkan tiga pesan dalam Wahyu 14:6-12 sebagai panggilan terakhir Allah bagi orang berdosa untuk menerima Kristus, dan dengan rendah hati yakin bahwa gerakan mereka adalah yang disebut di sini sebagai ‘sisa.’ Tidak ada badan rohani lainnya yang memproklamirkan pesan gabungan ini, dan tidak ada yang lain yang cocok dengan spesifikasinya … Para Adventis telah menemukan ulang permata-permata kebenaran ini dan merestorasi mereka kepada setting mereka yang sebenarnya … Contoh … berharganya nilai kebenaran Sabat, berlawanan dengan Minggu kepausan. Terutama adalah perintah Sabat harus direstorasi ke tempatnya yang sebenarnya dalam sepuluh perintah Hukum Allah. Yesaya mendeklarasikan bahwa sisa umat Allah akan memperbaiki ‘celah’ yang terjadi pada hukum Allah ketika kepausan merobek hukum keempat dari jantung Sepuluh Hukum…” (Prophetic Guidance Correspondence Course, hal. 46).
YANG ALKITAB AJARKAN:
1. Ayat-ayat yang dipakai oleh SDA untuk mendukung ide ini, sama sekali tidak mendukungnya sebenarnya. Baik Perjanjian Lama maupun Baru sama sekali tidak berbicara mengenai suatu kelompok agama/rohani yang akan muncul di hari-hari terakhir sebelum kedatangan kedua Kristus untuk memproklamirkan Sabat. Walaupun Wahyu 14:12 memang menyebut sisa pada masa Kesusahan Besar akan “menuruti perintah Allah,” sama sekali tidak ada disinggung bahwa ada penekanan khusus pada Sabat. Penafsiran yang dipaksakan pada ayat ini oleh guru-guru Advent mengilustrasikan kebiasaan mereka memelintir Kitab Suci.
Lagi, Yesaya 56:1-7 dan 58:1-13, yang dipakai oleh para Adventis untuk mendukung doktrin tentang suatu gereja sisa akhir zaman yang memberitakan Sabat, sama sekali tidak mengatakan apa-apa tentang hal demikian. Dalam ayat-ayat ini, Allah secara sederhana menasihatkan bangsa Israel untuk memelihara sabat mereka, sama seperti yang telah Ia lakukan sepanjang sejarah Israel. Yesaya 56 dan 58 berbicara tentang Israel nasional, bukan gereja di zaman sekarang ini. “Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!” (Yes. 58:1). Bahwa Yesaya akan menasihati Israel tentang Sabat adalah cocok dengan perikop-perikop lain yang mengajarkan bahwa Sabat diberikan kepada negara/bangsa Israel sebagai tanda perjanjian yang spesial (Yes. 66:20-23). Israel akan selalu memelihara Sabat perjanjiannya. Namun, gereja bukanlah Israel, dan gereja tidak menggenapi nubuat-nubuat Israel dalam Yesaya. Ada tiga kelompok umat yang disebut secara terpisah dalam Alkitab – Israel, bangsa-bangsa, dan jemaat-jemaat Tuhan. Rasul Paulus mengajarkan hal ini ketika ia menulis, “Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah” (1 Kor. 10:32). Rencana Allah bagi bangsa Israel, sebagaimana dinyatakan sejak dulu dalam Perjanjian Lama, masih akan digenapi secara literal oleh bangsa Israel, bukan oleh jemaat Tuhan.
2. Sumber sejati dari ide ini adalah penglihatan-penglihatan Ellen White, bukan Alkitab.
“… tujuh bulan setelah keluarga White mulai memelihara dan mengajarkan Sabat, Tuhan memberikan suatu penglihatan yang menekankan pentingnya hal tersebut … dalam penglihatan ini, Ny. White sepertinya dipindahkan ke sorga dan dibawa melalui tempat kudus sorgawi.
Dalam tempat yang maha kudus, dia melihat tabut tersebut yang mengandung hukum, dan tercengang memperhatikan bahwa ‘yang keempat, perintah tentang Sabat, bercahaya di atas mereka semua; karena Sabat dipisahkan untuk dipelihara demi menghormati nama Allah yang kudus. SABAT YANG KUDUS TERLIHAT MULIA – ADA LINGKARAN KEMULIAAN MELINGKUPINYA…’
JUGA DITUNJUKKAN KEPADANYA PERUBAHAN PADA SABAT, SIGNIFIKANSI PEMELIHARAAN SABAT, PEKERJAAN DI HADAPAN MEREKA UNTUK MEMPROKLAMIRKAN KEBENARAN SABAT, hubungan pemeliharaan Sabat ke waktu kesusahan di hadapan umat Allah yang setia, yang berklimaks pada kedatangan kedua Kristus, yang membawa keselamatan akhir..
Hubungan Sabat dengan pesan malaikat ketiga juga disingkapkan: ‘Saya ditunjukkan pentingnya hal ini dan tempatnya pada pesan malaikat ketiga’ (E.G. White surat 2, 1874).
‘Saya ditunjukkan bahwa malaikat ketiga, memproklamirkan perintah-perintah Allah dan iman kepada Yesus, mewakili orang yang menerima pesan ini dan mengangkat suara peringatan kepada dunia, untuk menjaga perintah-perintah Allah seperti biji mata sendiri, dan bahwa sebagai respons terhadap peringatan ini banyak orang akan memeluk Sabat Tuhan’ (Ellen White, Testimonies, Vol. 1, hal. 77; Messenger to the Remnant, hal. 34).
Walaupun disangkali oleh para Adventis, jelas bahwa yang diklaim sebagai penglihatan-penglihatan Ellen White ini adalah otoritas sejati dari doktrin mereka bahwa merekalah gereja sisa pada akhir zaman yang dibangkitkan Allah untuk memproklamirkan penyembahan pada hari Sabat kepada seluruh dunia. Di sini sekali lagi kita menemukan suatu doktrin kunci dalam sistem Advent terbentuk dari penglihatan nabiah mereka.
Kami mengulangi: tanpa Ellen White, tidak akan ada Gereja Advent-Hari-Ketujuh. Banyak dari doktrin-doktrin utama mereka secara sederhana tidak bisa didapatkan dari Alkitab saja, karena memang tidak ditemukan, kecuali jika seseorang mendekati Kitab Suci dengan ide-ide yang sudah tertanam sebelumnya dari sumber luar Alkitab – misal dari penglihatan seseorang.
SDA (Seventh-day Adventism), sama seperti kelompok tidak alkitabiah lainnya, memandang Kitab Suci hanya dari kacamata doktrin mereka yang sesat. Tanpa “kacamata” Mary Baker Eddy, tidak akan ada kelompk Christian Scientists. Tanpa “kacamata” Joseph Smith, tidak akan ada Mormonisme. Tanpa “kacamata” Charles Taze Russell tidak akan ada Saksi Yehovah. Semua pribadi-pribadi ini telah memberikan kepada pengikut-pengikut mereka suatu set pandangan yang sesat, dan mereka membaca Alkitab dengan lensa pandangan tersebut.
Advent-Hari-Ketujuh membeli kacamata sesat mereka dari laboratorium Ellen White.
YANG ADVENT AJARKAN:
Memelihara Sabat akan menjadi tes ketaatan selama masa Kesusahan Besar. Adventisme bersikukuh bahwa pada masa Kesusahan Besar, pemeliharaan hari Minggu akan menjadi tanda binatang itu. Mereka mengatakan bahwa adalah Paus, sebagai tipologi antikristus, yang mengubah Sabat menjadi Minggu. Semua yang memelihara penyembahan pada Minggu di masa Kesusahan Besar adalah menerima tanda binatang itu, dan oleh karena itu akan terhilang.
“Pada penafsir Adventis memahami tanda antikristus bukan sebagai suatu cap yang literal, tetapi semacam tanda kesetiaan yang mengidentifikasikan pemilik tanda sebagai orang yang setia kepada sistem yang diwakili oleh sang Binatang. Kontroversi pada waktu itu akan berpusat pada hukum Allah, dan terutama pada hukum keempat. …Jadi, pemeliharaan hari Minggu akan menjadi tanda seperti itu” (News From Jesus— bagian dua, hal. 28, Adult Sabbath School Lessons, third quarter, 1974).
“…dihilangkannya salah satu perintah dalam Sepuluh Perintah, dan menggantikannya dengan suatu hari yang tidak pernah Allah perintahkan, diklaim oleh kuasa ini sebagai tanda otoritasnya untuk mengikat hati nurani manusia. Betapapun mengerikannya penyingkapan ini, dikukuhkannya hari pertama minggu sebagai hari penyembahan, berlawanan dengan firman Allah yang jelas bahwa hari ketujuh adalah SabatNya – ini, dengan bukti yang berkelimpahan dan pengakuan yang tidak malu-malu, adalah tanda yang akan segara dipaksakan pada manusia!” (Planet in Rebellion, hal. 386).
YANG ALKITAB AJARKAN:
Ide bahwa pemeliharaan hari Minggu akan menjadi tanda binatang itu, jelas tidak ditemukan, dan juga tidak didukung oleh Kitab Suci. Ini adalah ide yang dimunculkan dan disebarkan oleh Ellen White, dan diterima sebagai dogma oleh denominasi Advent-Hari-Ketujuh. Benar, Antikristus akan “berusaha untuk mengubah waktu dan hukum,” tetapi Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa ini melibatkan Sabat atau Minggu. Alkitab sederhananya tidak menyingkapkan secara persis hukum-hukum apa yang akan Antikristus ubah.
Dari manakah datangnya doktrin Advent-Hari-Ketujuh ini, kalau begitu? Sampul belakang dari buku The Great Controversy menyatakan bahwa penulisnya, Ellen G. White, “dianggap telah diilhami oleh Allah.” Dia juga disebut “komentator Alkitab yang diilhami.” Dalam buku ini, White menyatakan secara mendetil, doktrin-doktrin yang menurut dia diajarkan oleh malaikat-malaikat dalam beberapa penglihatan. Di sinilah, seiring dengan doktrin-doktrin aneh lainnya dan penambahan-penambahan kepada pewahyuan Allah, Ellen White mengembangkan ide bahwa pemeliharaan Minggu adalah tanda binatang antikristus. Ny. White menulis:
“Melalui dua kesalahan besar, yaitu immortalitas jiwa dan kekudusan Minggu, Setan akan membawa orang-orang ke bawah penipuannya … Kaum Protestan di Amerika Serikat akan menjadi yang pertama dalam mengulurkan tangan mereka melewati jarak untuk menggenggam tangan spiritualisme; mereka akan menjangkau melewati jurang untuk bergenggaman tangan dengan kuasa Romawi …
… akan dideklarasikan bahwa manusia melawan Allah dengan melanggar Sabat Minggu; bahwa dosa ini telah membawa kehancuran yang tidak akan berhenti sampai pemeliharaan hari Minggu diterapkan dengan ketat; dan mereka yang menyatakan klaim-klaim hukum keempat, sehingga menghancurkan penghormatan kepada hari Minggu, akan orang-orang yang mengganggu umat. …
Orang-orang yang menghormati Sabat Alkitab akan dihakimi sebagai musuh hukum dan keteraturan. … Sambil gereja-gereja Protestan menolak argumen-argumen jelas Kitab Suci yang mempertahankan hukum Allah, mereka akan sangat rindu untuk melenyapkan orang-orang yang imannya tidak dapat mereka kalahkan melalui Alkitab. … Para pejabat gereja-gereja dan negara akan bersatu untuk menyogok, meyakinkan, atau memaksa semua kalangan untuk menghormati hari Minggu … bahkan di Amerika yang bebas ini (The Great Controversy, hal. 515, 517- 519).
Tidak dapat disangkal, Ny. White memiliki imajinasi yang luar biasa!
Tambahan Editor, Dr. Steven Liauw: Ini adalah satu lagi dari daftar panjang nubuat/prediksi palsu Ny. White. Hari ini Amerika Serikat sama sekali tidak menghormati hari Minggu, banyak gerejanya saja tidak, apalagi orang-orang sekulernya.*