Renungan Harian 21 November-Ketika Sepatu Berada di Kaki yang Satu Lagi

Dari Buku: Tiap-tiap Hari Menelusuri Sejarah Baptis

Nas: Mazmur 94

Segera setelah Elisha Paine ditahbiskan ke dalam pelayanan Injil pada bulan Mei 1752, dia ditangkap oleh otoritas di Windham, Connecticut, tanggal 21 November 1752, dan dipenjarakan karena dia gagal membayar pajak khusus untuk menunjang hamba Tuhan gereja-negara. Dalam mempertahankan kebebasan hati nurani dan mengedepankan perlunya mempertahankan netralitas antara gereja dan negara, kaum Baptis seringkali harus mengingatkan kaum Congregational pada waktu itu ketika “sepatunya berada di kaki yang satu lagi,” dan leluhur mereka menderita di bawah otoritas dan tirani kepausan sekaligus dari anak Roma, Gereja Inggris. Elisha Paine memberikan peringatan baik berikut:

Saya tidak bisa tidak terheran-heran melihat bagaimana dengan segera anak-anak itu melupakan pedang yang mengusir bapa-bapa mereka ke negeri ini, dan memegang pedang itu bagaikan permata, dan membunuh cucu-cucu mereka dengannya. O, kiranya manusia dapat melihat betapa jauhnya hal ini dari hukum Kristus! Bahwa segala sesuatu yang kita ingin orang lain lakukan bagi kita, kita harus lakukan itu juga kepada mereka. Saya percaya orang-orang yang sama, yang menaruh otoritas ini ke tangan Tuan Cogswell, hamba Tuhan mereka, untuk memenjarakan saya karena saya tidak membayar dia untuk berkhotbah, akan merasa sangat tertindas jika gereja saya, yang saya gembalakan, ketika berkuasa, memajaki dan memenjarakan dia karena pajak yang sangat tidak adil itu; namun saya tidak bisa melihat perbedaannya, hanya karena kuasa ada pada tangan dia saat ini; karena saya kira dia pernah mendengar saya sesering saya mendengar dia, tetapi masih saja dia mengambil paksa dari saya dua sapi dan satu lembu, dan kini tubuh saya ditahan di penjara hanya karena kuasa ada di tangan dia.”¹

Dia belakangan membandingkan hukum Connecticut dengan hukum Roma dan mengacu kepada Mazmur 94:20-22 – “Masakan bersekutu dengan Engkau takhta kebusukan, yang merancangkan bencana berdasarkan ketetapan? Mereka bersekongkol melawan jiwa orang benar, dan menyatakan fasik darah orang yang tidak bersalah. Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku.” Dia melanjutkan dengan berkata, “Jika undang-undang ini berasal dari takhta itu, maka bangkitlah untuk membantu Tuhan melawan orang-orang kuat, karena lebih baik mati bagi Kristus daripada hidup melawan Dia.”²

Lima hari kemudian, Elisha Paine dibebaskan dari penjara. Musim dingin yang keras memisahkan dia dari keluarganya, yang menderita di dalam rumah yang belum selesai karena kekurangan bantuan. Penindasan kaum Baptis berlanjut di Connecticut hingga 1771, dan melalui semua itu, kaum Baptis tidak hanya melihat prinsip-prinsip jelas kebebasan hati nurani, tetapi juga dengan tiada takut menyatakannya walaupun semua penganiayaan ditaruh ke atas mereka. Kiranya Tuhan kita membantu kita menyatakan, mengajarkan dengan jelas, dan menekankan prinsip-prinsip ini kepada generasi yang akan datang, agar kebenaran ini tidak hilang bagi keturunan kita melalui letargi dan ketidakpedulian. Kebebasan-kebebasan yang kita hilangkan hari ini, bisa jadi memerlukan berabad-abad lagi untuk didapatkan.

EWT
_________

¹ Charles G. Sommers, ed., A History of the Baptists in New England, The Baptist Library, vol. 1 (New York: Lewis Colby and Co., n.d.), hal. 152.
² Ibid
——————————–

Renungan Tambahan DR. SUHENTO LIAUW:

1. Pada abad 18 di benua Amerika, khususnya koloni Connecticut, para Gembala gereja-negara digaji dengan pajak khusus dari rakyat bahkan dari bukan jemaatnya. Orang Baptis, seperti Elisha Paine, tidak mau bayar, binatang piaraan mereka bisa disita, bahkan properti. Di Eropa, gereja-negara digaji oleh pemerintah dari budget APBN, sebenarnya sama. Bahkan sistem konyol ini sampai hari ini masih berlaku di Jerman. Kalau kamu Kristen ada pajak tambahan, maka menyebabkan banyak orang mengaku atheis untuk menghindari pajak tambahan. Iblis yang menang.

2. Gereja-negara adalah suatu kesalahan yang diprotes ANABAPTIS ribuan tahun. Demi protes hal ini telah banyak nyawa ANABAPTIS dikorbankan. Kesalahan ini dilanjutkan gereja Anglikan, Reformed, Protestan, Congregational dll. Sampai abad 19 hanya orang Baptis yang mengerti kehendak Tuhan bahwa gereja harus TERPISAH TOTAL dari negara, berikan pada kaisar hak kaisar pada Tuhan hak Tuhan.

3. Kelompok Kristen lain juga tidak paham tentang keinginan Tuhan bahwa jemaat PB penekanannya adalah KEBENARAN. Ketika mereka membangun gereja-negara maka mereka pasti mempromosikan LITURGI (RITUAL). Ketika penekanan adalah pada LITURGI maka pengajaran doktrinal pasti disingkirkan, efeknya gereja akan berputar ke bawah, jemaat semakin tidak paham mengapa melakukan ini dan itu. Jawaban pemimpin biasanya ialah ikuti saja jangan banyak tanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *