Renungan Harian 10 Juli
Nas: Yeremia 33:3
Ny. M. B. Ingalls telah dijuluki sebagai ”Ratu Perempuan Misionaris” oleh Dr. S. F. Smith,”¹ dan kita dapat mulai memahami julukan itu ketika kita merenungkan kehidupannya. Ny. Ingalls berlayar menuju ladang pelayanannya pada tanggal 10 Juli 1851, sebagai istri kedua dari Reverend L. Ingalls. Pasangan tersebut lalu dipindahkan dari Arracan Mission (di Myanmar-pen) ke departemen Myanmar dari Rangoon Mission, dan bekerja sebagai sebuah tim sampai kematian Ingalls pada tanggal 14 Maret 1856. Banyak orang di Amerika Serikat merasa bahwa sebaiknya Ny. Ingalls kembali pulang, tetapi ia didesak oleh Roh Kudus untuk melanjutkan pelayanan itu, dan ”keberhasilan yang luar biasa mengikuti pelayanannya—keberhasilan yang dalam beberapa hal belum pernah terjadi di dalam sejarah Burmese Mission.”²
Ny. Ingalls ”tinggal selama empat puluh enam tahun lagi untuk melayani lebih jauh di Rangoon dan Thonze.”³ Ia mengalami dua kali kebakaran di ladang pelayanan yang memusnahkan semua harta pribadinya, namun ia bertekad untuk tetap melanjutkan pelayanannya. Dua kali ia pulang kembali ke Amerika untuk menjalani cuti dan menggalang dukungan dan ia berhasil membangkitkan minat yang mendalam di gereja-gereja yang ia kunjungi untuk kepentingan Kristus di Myanmar. Pada suatu kesempatan Ny. Ingalls kembali ke Amerika Serikat ketika kesehatannya memburuk. Dibutuhkan waktu dua tahun untuk memulihkan kesehatannya. Ketika banyak orang menasihati supaya ia tinggal di tanah airnya, Ny. Ingalls tetap bertahan untuk mengikuti panggilan Allah dan kembali sendirian ke ladang pelayanan.
Sementara ia ditugaskan di sebuah pos penginjilan yang terpencil, pada suatu ketika, saat Ny. Ingalls sedang mengajar sebuah kelas petang di bungalonya, datanglah seorang pribumi dengan tergesa-gesa dan dengan penuh rasa takut melaporkan bahwa kepala suku yang bermusuhan sedang dalam perjalanan menuju pos tersebut bersama banyak prajuritnya. Tidak ada lagi waktu untuk melarikan diri, dan dalam beberapa saat ia mendengar langkah-langkah kaki yang berbaris.
Pintu dibuka, dan segerombolan orang liar dengan mata berkilat beramai-ramai memasuki ruangan itu. Ny. Ingalls sendiri bersikap tenang dan dapat menguasai diri. Ia menyambut mereka dengan ramah seolah-olah mereka adalah sahabat-sahabatnya. Karena sikapnya ini tampaknya mereka tunduk untuk beberapa saat. Seolah-olah terinspirasi ia mengambil kesempatan itu untuk mengalihkan perhatian mereka dengan bercerita tentang Amerika, di antaranya tentang pistol Colt. Sambil berbicara ia meletakkan tangannya di atas pistol yang diberikan oleh almarhum suaminya itu. Kepala suku itu mendengarkan dengan wajah mencemooh dan ragu-ragu. Kemudian, sekonyong-konyong ia mengambil selembar kertas dan menempelkannya di dinding, dan berseru, ’Tembak.’
Untuk sesaat jantung Ny. Ingalls bergetar. Ia tidak tahu apakah pistol itu berisi peluru, dan ia juga tidak tahu bagaimana menggunakannya, karena dia belum pernah menembak seumur hidupnya. Namun, sekali lagi ia mengirim permohonan kilat ke sorga untuk meminta tolong, kemudian ia membidik dan menembak. Peluru menembus pusat sasaran. Seketika itu, seolah-olah kena tembak, atau mungkin takut peluru pertama akan disusul peluru-peluru berikutnya, orang-orang liar itu bergegas meninggalkan tempat. Kemudian janda misionaris itu bersama kawanannya yang ketakutan berlutut bersama-sama mengucap syukur kepada Pelindung ilahi mereka.4
Pada bulan April 1890, ketika berbicara di depan sekelompok perempuan di Amerika, Ny. Ingalls berbicara mengenai ”upaya Gerombolan Dakoit untuk meneror dia, dan menunjukkan sebuah plakat (yang pernah) dipakukan di pintu kapelnya, dengan tulisan pengumuman penawaran $10,000 untuk kepalanya.”5 Percaya bahwa ia tidak akan mati di dalam tangan Allah, Ny. Ingalls melayani Tuhan dengan setia di tengah-tengah bahaya besar yang mengancam, dan hari ini kita mengenang dia sebagai salah seorang prajurit agung di dalam pasukan misionaris Tuhan.
DLC
____
¹ G. Winfred Hervey, The Story of Baptist Missions in Foreign Lands (St. Louis: C. R. Barnes Publishing Co., 1892), hal. 877.
² William Cathcart, The Baptist Encyclopedia, ed. Louis H. Everts (Philadelphia: Louis H. Everts, 1881), 1:581.
³ Hervey, hal. 940.
4 Ibid, hal. 868.
5 Maung Shwe Wa, Burma Baptist Chronicle (Rangoon: Burma Baptist Convention, 1963), hal. 158.
———————————-
Renungan Tambahan DR. SUHENTO LIAUW:
1. Mungkin ada orang yang tidak tahu bahwa misionari wanita Baptis itu tidak menggembalakan jemaat dan tidak berkhotbah di kebaktian umum. Wanita boleh saja melayani bahkan boleh memegang jabatan non-autoritatif misalnya jadi nabi, guru KW atau anak-anak, literatur dll. Tuhan tidak pernah saling bertentangan dalam dirinya sendiri, karena Dia perintahkan istri tunduk kepada suaminya, maka tidak mungkin Dia memanggil perempuan khotbahi suaminya dan suami orang lain.
2. Ny. Inggalls dan banyak misionari wanita telah sangat berjasa dalam penginjilan dan mencerdaskan kaum wanita di ladang misi. Bisanya jika sang suami terlalu keras kepala dan sulit ditobatkan, para misionari wanita yang maju masuk melalui istri-istri dan anak-anak mereka akan lebih diterima dan lebih berhasil. Ketika para istri berubah dan anak-anak mereka menjadi riang penuh lagu sekolah minggu, itu akan menjadi ketukan yang terus menerus di hati ayah mereka.
3. Jika Anda seorang wanita, ketahuilah Anda sesungguhnya sangat diperlukan Tuhan. Ada banyak sekali pekerjaan yang hanya bisa dilakukan wanita. Tetapi waspadalah, jangan menyakiti hati Tuhan, jangan melawan ketetapan Tuhan antar suami-istri, yaitu istri tunduk kepada suami dan suami mengasihi istri. Atas ini kita mengerti mengapa Tuhan tidak mau perempuan mengajar dan memerintah laki-laki (1Tim.2:11-12).